"Selamat siang tante" sapa Tita.
Celina yang baru selesai memberi pengarahan pada bawahannya langsung mencari arah suara. Mendapati Tita yang sedang memandanginya.
"Selamat siang Tita, ada yang bisa tante bantu ? atau Tita ingin ketemu Ozora ?" tanya Celina sambil mengajak gadis kecil itu duduk dikursi yang disediakan untuk pengunjung yang ingin membaca.
"Nggak tante, Tita cuma ingin ngasih ini" ucap Tita sambil memberikan sebuah undangan buatan tangan.
"Wah, undangan ?" tanya Celina yang dibalas dengan anggukan oleh Tita.
"Undangannya bagus sekali, beli dimana ini ? belum pernah tante lihat undangan sebagus ini " ucap Celina memuji undangan buatan tangan itu.
"Bikin sendiri tante, Tita yang bikin diajari sama Ozora" ucapnya malu-malu.
"Oh benarkah, kalau begitu Tita punya bakat. Tapi undangan apa ini ? ulang tahun pernikahan grandpa and grandma ? di Bali ?" tanya Celina.
Tita mengangguk kuat. Celina membaca undangan itu dengan cermat, ditujukan untuk Ozora dan ibunya. Raut wajah Celina otomatis berubah, Celina tentu tidak akan bersedia menghadiri acara itu.
"Sepertinya tante tidak bisa hadir sayang, tante tidak bisa meninggalkan pekerjaan. Tapi kalau Ozora, tante bisa tanyakan nanti" jawab Celina.
Wajah Tita berubah murung, ada kemungkinan mereka tidak akan hadir di acara itu.
"Tante akan minta Ozora untuk hadir dipesta menemani Tita" ucapnya membujuk gadis kecil itu.
Wajah Tita berubah riang.
"Makasih tante" ucapnya sambil memeluk dan mengecup pipi Celina.
Celina merasa aneh, Tita terlalu mudah dekat dengan orang yang baru dikenalnya. Kedekatan Tita dengan Ozora masih bisa masuk akal, karena anak-anak memang mudah dekat satu sama lain apalagi jika memiliki hobi yang sama.
Celina membelai rambut gadis kecil itu. Teringat saat Jessica mengandung Tita, wanita itu terjatuh hingga harus dilarikan kerumah sakit. Tita harus lahir prematur, Celina difitnah atas kejadian itu, dia merasa menyesal saat melihat Tita.
"Tante ingin tanya sesuatu sama Tita, apa boleh ?" tanya Celina langsung dibalas anggukan oleh Tita.
"Apa Tita sehat-sehat saja selama ini atau memiliki penyakit tertentu ?" tanya Celina hati-hati.
"Tita sehat tante, kalau sakit paling demam abis itu sehat lagi" jawab gadis kecil itu, disambut wajah lega Celina.
"Kalau disekolah, Tita bisa memahami pelajaran ?" tanya Celina lagi.
"Bisa, kalau pelajarannya susah grandma mendatangkan guru privat, emangnya kenapa tante ?" jawab Tita.
"Nggak apa-apa, tante memang suka bertanya pada para pengunjung" jawab Celina lega karena kelahiran Tita yang prematur sama sekali tidak mempengaruhinya.
Celina memang sering bertanya pada pengunjung terlebih lagi pada para pelajar yang membutuhkan buku. Terkadang pelajar itu ingin memiliki sebuah buku namun tak mampu untuk membelinya, terlihat dari kerisauan wajahnya yang menimbang-nimbang buku apa yang harus dibeli.
Celina akan langsung menghampiri pelajar seperti itu, membantunya untuk mendapatkan buku yang diinginkan. Dengan berbagai cara Celina membantu mulai dari mengatakan promo khusus untuk pelajar, atau event penjualan buku murah. Semua kekurangan pembayaran buku-buku itu ditanggung sendiri oleh Celina.
Gadis itu sangat ingin semua orang suka membaca, merasa sedih melihat seseorang yang ingin memiliki buku tapi tak bisa karena tidak mampu. Celina sangat bersyukur ditakdirkan bekerja di toko buku itu.
Cita-cita awalnya yang ingin bekerja di kantor, pergi pagi pulang sore sudah terlupakan begitu saja. Celina bersyukur bekerja ditoko itu karena merasa dirinya bisa lebih bermanfaat bagi banyak orang.
"Kalau gitu Tita pulang dulu ya tante" ucap Tita ingin pamit.
"Tita nggak ingin nunggu Ozora ?" tanya Celina, dijawab gelengan kepala oleh Tita.
"Tita ingin Ozora ikut acara itu, nanti Tita jemput ya tante" ucap gadis kecil itu sambil memeluk Celina lalu berlari keluar dari toko.
Celina tercenung, Tita semakin dekat dengan dirinya dan Ozora, ada rasa cemas dengan kedekatan ini. Bisakah dia bersikap sewajarnya dengan keluarga kaya itu ? atau harus selalu bersembunyi dari mereka ? Celina menarik nafas berat.
Disaat makan malam seperti biasa mereka, Kevin, Alyssa, Celina dan Ozora bercakap-cakap mengenai kegiatan mereka hari ini. Ozora yang diminta menemani murid SD yang mengadakan kunjungan ke planetarium dan observatorium menceritakan keceriaannya bertemu dengan banyak teman-teman.
Ada yang telah dikenalnya di toko, ada yang baru dikenalnya saat kegiatan kunjungan. Ozora sangat bersemangat mengikuti kunjungan itu karena bertemu dengan banyak orang yang hampir seumuran dengannya sekaligus bisa menambah wawasannya meskipun secara teori anak cerdas itu telah hafal semua diluar kepala.
Kevin dan Alyssa pun menceritakan kegiatan mereka di kantor, tak ada yang spesial hanya kegiatan sehari-hari. Kevin juga tidak mungkin menceritakan betapa lambatnya kerja karyawati di perusahaan itu karena sibuk menggosipkannya.
"Ozora mendapat undangan pesta ulang tahun pernikahan tuan dan nyonya Saltano" ucap Celina ragu-ragu.
"APA..? " jerit Kevin.
Semua tersentak kaget, tak menyangka respon Kevin sekeras itu. Pandangan matanya tajam lurus kearah Celina.
"Kamu mengijinkan dia pergi ? kamu juga ikut hadir ? kamu akan membiarkan Ozora berkumpul dengan keluarga itu ?" tanya Kevin bertubi-tubi.
Celina tercengang melihat ekspresi Kevin yang panik berlebihan seperti itu. Dia sendiri sebenarnya panik, tapi melihat respon Kevin seperti itu membuat Celina bahkan Alyssa merasa heran.
"Aku... aku.. semua terserah pada Ozora, aku sendiri tidak bisa menghadirinya" jawab Celina lalu menunduk.
Kevin masih menatap Celina, banyak pertanyaan dalam pikirannya namun tak sanggup untuk ditanyakannya.
"Bagaimana Ozora bisa mengenali keluarga itu ?" akhirnya muncul salah satu dari pertanyaan itu.
Celina bingung menceritakannya, dia tidak mungkin menceritakan kalau Raffa dan istrinya mengajak putri mereka berkunjung ke toko.
"Cucu keluarga itu datang ke toko dan berkenalan dengan Ozora" jawab Celina, sebisa mungkin tidak menyebutkan nama Raffa.
"Benarkah ? dia datang bersama siapa ?" tanya Kevin lagi.
Oh Tuhan kenapa harus bertanya itu ? batin Celina.
"Aku tidak tau, Ozora hanya memperkenalkan gadis kecil itu padaku" jawab Celina berharap pembicaraan itu segera berakhir.
"Bersama tuan Raffa dan istrinya" jawab Ozora.
"Apa ?" kembali Kevin berteriak panik.
Celina dan Alyssa tercengang, tak menyangka Ozora akan mengungkapkan itu. Kevin bahkan menghentikan makannya, berdiri dan pergi dari meja makan. Ozora merasa bersalah namun wajahnya menunjukkan tidak mengerti kenapa Kevin terlihat marah.
Ozora menunduk sedih, anak itu tidak lagi berselera untuk makan. Celina membujuk putranya, bahwa apa yang dilakukan Kevin, karena khawatir Ozora pergi bersama keluarga yang belum begitu dekat dengannya.
Mata Ozora berkaca-kaca, anak itu tidak suka ibunya dibentak oleh Kevin. Namun Celina berdalih semua itu karena Kevin terlalu sayang pada Ozora.
Celina menemui Kevin yang duduk di teras rumah, duduk disamping laki-laki yang sedang termenung itu. Hening beberapa saat, Celina tidak tau harus memulai dari mana.
"Kamu mengizinkan Ozora pergi ?" tanya Kevin pelan.
"Aku tidak punya alasan untuk melarangnya" jawab Celina juga pelan.
"Dia masih terlalu kecil untuk bepergian sendiri" alasan Kevin.
"Tapi aku tidak bisa menjadikan itu alasan, dia sudah mandiri dari dulu, sama sekali tidak ada rasa takut jika harus bepergian sendiri" jawab Celina memandang lurus ke halaman rumah.
"Berapa lama ? kemana ?" tanya Kevin.
"Bali, kurang lebih seminggu" jawab Celina.
"Dia ingin pergi ?" tanya Kevin menunduk menatap lantai teras.
"Aku belum menanyakannya ? dia... masih kaget dengan respon kakak tadi" ucap Celina.
Kevin menoleh pada Celina.
Apa kamu ingin anakmu mengenal keluarga itu ? kamu ingin anakmu dekat dengan ayah kandungnya ? tanya Kevin dalam hati, yang tak mungkin bisa ditanyakannya.
Celina yang dipandang begitu lama, hanya bisa menunduk. Celina sendiri bingung dengan situasi ini, ada kecemasan untuk melepas Ozora, namun tak ingin melarang anak itu jika dia memang ingin menghadiri pesta keluarga itu. Apalagi Celina sudah berjanji pada Tita untuk membiarkan Ozora pergi bersama keluarganya.
Kevin berdiri masuk kedalam rumah, melihat Ozora yang duduk bersandar pada Alyssa, sepertinya gadis itu sibuk membujuk Ozora. Kevin duduk mendekat, meraih Ozora, menggendongnya duduk dipangkuan Kevin.
"Maafin uncle Kev ya, itu karena uncle sayang sama Ozora, nggak ingin Ozora pergi bersama orang lain" ucapnya sambil mendekap anak lima tahun itu.
"Ya, Ozora maafin uncle Kev, Ozora juga sayang sama uncle" jawab Ozora pelan.
"Ozora benar-benar ingin pergi ?" tanya Kevin.
"Kalau nggak pergi, Tita pasti sedih, sebenarnya udah lama ngajak ikut tapi Ozora nggak berani tanya sama mama, jadi Tita bikin undangan" jelas Ozora.
Sejak awal perkenalan, Tita sudah mengajak Ozora untuk ikut hadir di acara pesta ulang tahun pernikahan kakek dan neneknya itu, yang telah direncanakan sejak jauh hari.
Karena pesta ini khusus diadakan untuk refreshing dari kesibukan dalam menjalankan perusahaan sekaligus untuk mempererat rasa kekeluargaan. Mengundang beberapa orang penting dalam perusahaan untuk ikut merayakan pesta sambil berwisata.
Akhirnya Kevin mengizinkan Ozora ikut bersama keluarga itu, meski tak rela. Rasanya laki-laki itu ingin menemani Ozora namun Kevin tidak ingin keluarga Saltano mengetahui hubungannya dengan Ozora. Sejujurnya Kevin tak ingin keluarga Saltano mengetahui hubungan antara dia, Ozora dan Celina.
Malam sebelum keberangkatan, Ozora telah mempersiapkan segala keperluannya dibantu Celina.
"Ozora boleh memakai ini ma ?" tanya Ozora sambil memperlihatkan kalung liontin hati berisi foto dirinya dan Celina.
"Ini kalung pemberian Oma Widya ? kenapa tiba-tiba ingin memakainya ?" tanya Celina.
"Kalau Ozora kangen sama mama, bisa liat foto mama disini" jawab Ozora.
"Baiklah, Ozora boleh pakai, lagian kalung ini memang hadiah dari Oma untuk Ozora kan, dijaga yang baik ya" ucap Celina sambil memasangkan kalung silver itu dileher Ozora.
Celina memeluk erat tubuh anaknya, begitu juga Ozora yang memeluknya erat.
"Sekarang Ozora tidur ya" ucap Celina yang dibalas anggukan oleh Ozora.
Entah berapa lama Celina memandang wajah anaknya yang telah tertidur itu. Lalu rebah disamping Ozora, mencoba untuk tidur, namun matanya tak mau terpejam. Perlahan gadis itu berjalan ke dapur lalu duduk diruang makan yang gelap, termenung.
{ Oh ya, para reader yang Othor sayangi, main-main ke tetangga di blok F ya ... Kak_ICHA judul SIRKUIT CINTA. Mohon dukungannya untuk karyaku ini ... ditunggu ya, makasih }
Alyssa yang keluar dari kamar terkaget mendapati Celina duduk seorang diri dalam gelap. Segera menghidupkan lampu lalu duduk disampingnya.
"Maaf mengagetkanmu, aku tidak bisa tidur" ucap Celina.
"Aku juga" jawab Alyssa.
Lalu mereka termenung berdua.
"Kamu tidak mengantar Ozora besok ?" tanya Alyssa.
"Ozora dijemput di toko, aku akan melihatnya berangkat dari situ.
Oh.. rasanya aneh, anak itu tak pernah berpisah jauh dariku apalagi sampai berhari-hari" ucap Celina.
"Kamu jangan khawatir, dia anak yang cerdas. Bahkan lebih cerdas dari kita. Aku heran bagaimana kamu melahirkan anak begitu genius. Kamu memang cerdas sih tapi kecerdasan Ozora itu luar biasa apa yang menyebabkan dia bisa begitu" tanya Alyssa pelan seperti bertanya pada diri sendiri.
"Pelanggan tokoku seorang neurologis meneliti Ozora, anak itu bisa begitu cerdas karena pernah mengalami cedera otak saat bayi" ucap Celina yang langsung membuat kaget Alyssa.
"Cedera otak ? bagaimana bisa terjadi seperti itu ? apa kamu membenturkan kepalanya ke dinding ? aku jadi percaya kalau kamu pernah hampir membunuhnya" ucap Alyssa.
"Aku memang hampir membunuhnya, bukan hampir, malah telah membunuhnya, aku mencekiknya hingga berhenti bernafas" ucap Celina pelan meneteskan air mata mengingat masa lalu.
"Tidak mungkin, bagaimana kamu bisa tega seperti itu ?" tanya Alyssa.
"Kamu tidak tau bagaimana penderitaanku saat mengetahui aku mengandung seorang anak. Kamu tidak tau betapa beratnya mengandung bayi yang tak diinginkan.
Mual setiap pagi dan bahkan harus menutupi semua itu darimu. Kak Kevin yang pertama kali mengetahui keadaanku bahkan membenciku" cerita Celina, air matanya mengalir, mengingat awal kehamilannya.
"Aku harus berhenti kuliah demi menghindari orang-orang yang mengenalku, dari dirimu yang selalu menganggap aku gadis yang suci. Kamu tidak tau betapa berat beban itu ?" ucap Celina mulai terisak.
"Aku ingat bagaimana kamu membelaku di depan teman-teman sekelas yang membully ku.
Bagaimana aku bisa mengatakan padamu. Jangan membelaku Alyssa, aku memang ternoda, aku memang kotor seperti yang mereka tuduhkan.
Aku tak sanggup kehilangan kepercayaanmu, aku juga tak sanggup mengungkapkan kebenarannya padamu, karena itulah aku pergi" ucap Celina tersedu-sedu.
Sekian lama akhirnya gadis itu baru bisa bercerita tentang penderitaannya pada Alyssa. Kevin yang tak bisa tidur juga diam-diam mendengar cerita Celina. Dalam hatinya mungkinkah gadis itu akan mengungkapkan siapa laki-laki yang telah menghamilinya.
"Aku harus menerima kenyataan laki-laki itu, keluarganya, menginginkan aku untuk melupakan kejadian itu dan menyuruhku untuk pergi menjauh dari mereka. Menyaksikan pernikahannya, hingga menyadari telah mengandung anaknya.
Menurutmu bagaimana aku bisa menerima kehamilanku itu ?
Setiap saat merasakan penderitaan karena kehamilan itu. Bagaimana aku bisa mencintainya, bagaimana aku tidak ingin membunuhnya ?
Sesaat setelah melahirkannya aku berniat membunuhnya.
Ya.. aku mencekiknya hingga dia berhenti bernafas.
Dokter berkata tercekik bisa menyebabkan cedera otak pada bayi. Dan itulah yang menyebabkan seseorang bisa mengalami sindroma kecendikiaan.
Kasus yang pernah terjadi seseorang tiba-tiba bisa bermain piano, atau tiba-tiba menjadi pelukis yang hebat, kasus yang lainnya seseorang bisa menjadi ahli matematika secara mendadak semua karena mereka pernah mengalami cedera otak itu" ucap Celina menunduk.
Alyssa tercenung mendengar cerita Celina, begitu juga dengan Kevin. Mereka tidak menyangka Celina mengalami semua itu.
"Beruntung dia masih bisa diselamatkan, beruntung dia hidup kembali, jika tidak, aku akan menjadi pembunuh bayiku sendiri" lanjut Celina.
"Aku rasa itulah sebabnya seorang ibu tega membuang atau membunuh bayinya. Karena sendirian mengalami penderitaan selama kehamilan" ucap Celina dengan mata yang sayu.
"Aku sendiri ragu apakah aku bisa mencintai anakku ? apakah aku akan menyayanginya ? tapi di saat menyusuinya, saat itu aku merasakan, gerakannya, wajahnya, seolah berkata hanya akulah yang dia inginkan, hanya akulah yang dia butuhkan, bagaimana bisa aku mengabaikan seseorang yang bergantung padaku ?.
Aku rasa saat itulah aku mulai bisa menyayanginya, hingga sekarang tak sanggup harus berpisah dengannya walau cuma sebentar" ucap Celina tertawa sambil menitikkan air mata.
Alyssa tersenyum sambil menggenggam tangan Celina ingin memberikan kekuatan pada gadis itu. Memberi pengertian bahwa Ozora pergi hanya sebentar dan tak perlu merasa khawatir padanya.
Keesokan harinya Celina hanya bisa menatap putranya dari jauh. Gadis itu takut keluarga Saltano melihatnya. Tita dan Raffa masuk ke toko disambut oleh Ozora.
"Udah siap berangkat ? ibumu tidak ikut ? " tanya Raffa pada Ozora.
"Nggak bisa Om, mama harus bekerja, cuma Ozora yang berangkat" jawab Ozora.
Raffa menyuruh sopirnya membawakan koper Ozora ke mobil. Celina hanya bisa menatap mereka dari lantai tiga.
"Ayo... kita pamit sama ibumu" ucap Raffa.
Menggenggam tangan Ozora dan Tita menuju lantai tiga.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut...
2023-10-10
0
Sering Halu
💕
2023-09-21
0
Bang Wind
❤
2023-09-16
0