Dalam perjalan menuju kediaman keluarga evander, Anna terus mengarahkan pandangannya ke luar jendela mobil. Perasaan yang selama ini tak pernah ia rasakan karena melihat dunia luar, perasaan bebas yang ia rasakan karena telah terbebas dari sangkar emas yang selama ini mengurungnya, senyum indah dari wajahnya selalu terlihat dan cahaya matahari yang menyentuh kulitnya yang puncat tak ia hiraukan lagi Sembari sesekali mengeluarkan tangannya keluar dari jendela mobil merasakan udara luar.
"Apakah aku bisa selalu merasakan perasaan seperti ini?
Tapi… persyaratan ibu?
Aaaaaa…." Tangan Anna kembali bergetar, perasaan gugup bercampur takut kembali ia rasakan. Anna memasukkan kembali tanggannya dari luar jendela dan memegangnya kuat, membungkukan badannya untuk menenangkan dirinya sendiri.
...***...
Setelah perjalanan panjang selama 3jam dari rumahnya menuju kediaman keluarga Evander yang melelahkan, ia akhirnya tiba, dari jauh Anna melihat pintu gerbang besar berwarna hitam dan gold yang dijaga oleh beberapa petugas pengaman, tak nampak rumah di sekitarnya hanya jalanan yang panjang dan deretan pohon palem besar beserta lampu taman yang menghiasi jalananan menuju ke bangunan utama. Rumah yang sangat besar di bandingkan dengan rumahnya yang ia tempati selama ini.
Anna di sambut oleh rombongan pelayan yang berbAris rapih dan sepasang suami dan istri yang sudah tampak sangat tua.
“Anna kyara tomas, selamat datang di rumah kami anak manis” kakek Avran evander dan nenek Eireen yolanie menyambut kedatangan Anna dengan hangat. “perkenalkan nama kakek Avran Evander dan ini istri kakek Eireen yolanie” kakek dan nenek Evander mengambil tangan Anna bergantian.
Anna terdiam karena sangat gugup lalu terburu – buru memberi taukan namanya “ nama aku Anna kyara Thomas. Kakek, nenek” ia kemudian memberikan kecupan di punggung tangan kakek dan nenek Evander.
“kamu terlihat sangat pucat sayang, apakah kamu baik – baik saja dalam perjalan kemari?” Tanya nenek Eireen sambil memegang tangannya dan membawanya masuk kedalam rumahnya di ikuti oleh kakek Avran dan pelayan yang tadi menyambutnya.
“ia nenek sayabaik – baik saja. Saya hanya sedikit lelah” jawab Anna dengan sedikit tawa yang canggung.
Bagainana tidak ia memiliki kulit yang sangat pucat, selama 10 tahun Anna tak pernah keluar dari rumahnya untuk melihat matahari yang bersinar secara langsung, ia hanya merasakan sinar matahari dari jendela kamarnya.
“kalau begitu nenek akan menyuruh pak Didit untuk mengantarkanmu ke kamar untuk beristirahat dan membawakan barang – barang mu juga, karena besok adalah hari pernikahanmu dengan Drew cucuk nenek dan kakek.”
“besok?” waktu seperti berhenti, Anna yang terkejut mendengarkan perkataan nenek Eireen membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Tangannya yang gemetar secara tak sadar memegang kalungnya yang berisi racun. apakah besok waktunya? Apakah aku sanggup melakukan itu? Apakah aku tega membunuh cucu satu – satunya dari kakek dan nenek Evander. Ya tuhan apa yang aku harus lakukan, kakek dan nenek Evander sangat baik dan tulus, mengapa mereka bisa mendapatkan cucu menantu sepertiku yang tidak tau diri ini.
“ia sayang, kami sudah mengatur semua untuk acara besok, kamu hanya perlu beristirahat dengan tenang agar besok kamu bisa terlihat segar di pernikahan mu.” Ucap kakek Evran sambil memanggil pelayan untuk mengantarkan Anna kedalam kamarnya. “ oh iya sayang, hari ini Drew tidak bisa menyambut mu karena ada sedikit masalah dikantornya. Kamu bisa menemuinya besok di upacara pernikahan kalian saja ya”
“baik kakek, kalau begitu saya permisi ke kamar dulu. Selamat malam kakek, nenek.”
“iya sayang” jawab kakek dan nenek Evander dengan senyum hangat di wajah mereka.
Anna mengikuti langkah kaki pak Didit, seorang kepala pelayan di rumah keluarga Evander. Sambil menyusuri jalan menuju ruang peristirahatannya sementara Anna melihat sangat banyak lukisan terpajang di dinding rumah keluarga Evander ini, setiap ruangan dihiasi dengan lampu – lampu Kristal yang begitu besar.
Sesampainya dikamar ia terkaget melihat ruang kamarnya yang begitu besar sangat berbeda dengan kamarnya yang selama ini ia tempati dirumahnya. Terdapat ranjang besar dari kayu yang memiliki ukiran sangat cantik, dengan meja hias yang begitu indah dan tempat duduk empuk beserta kamar mandi yang sangat besar, yang mungkin seukuran dengan kamarnya yang dulu.
...***...
Di tempat yang berbeda di sebuah apartemen mewah milik Drew, dia mendapatkan kabar dari sekertArisnya Hans yang juga mengurusi semua masalahnya termasuk kehidupan pribadi Drew geino Evander.
“tuan muda, calon istri anda dari keluarga Thomas sudah tiba di rumah, ia di sambut oleh kakek dan nenek anda, ini” Hans memberikan beberapa lembar foto dan selembar kertas yang berisikan informasi tentang Anna dan keluarganya kepada Drew yang sedang duduk santai di sebuah sofa dan menyesap wine yang berada di tangan kanannya.
“Anna kyara Thomas, lumayan juga.” Drew yang melihat foto dan beberapa informmasi tentang Anna itu sedikit tersenyum dan menaikan alisnya bingung. “ hanya ini?
Informasi tentang Anna memang sangat sedikit. Tak banyak yang tau tentang dia karena ia tak pernah muncul di depan umum. Hanya berita tentang saudara tirinya yang memiliki beberapa skandal dan ibu tirinya yang melakukan bisnis dengan melakukan segala cara untuk melancarkan bisnisnya.
“menarik” hanya kata itu yang keluar dari mulut Drew sambil menghabiskan winenya.
...***...
Hari pernikahannya pun tiba. Anna yang sedang menunggu di sebuah ruangan meremas gaun pengantinnya dengan gelisah, tangannya terus menyentuh kalung pemberian dari ibu tirinya itu. Anna menarik nafasnya dalam – dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Bisa jadi ini adalah kesempatan terakhirnya untuk membunuh Drew.
“Anna” suara kakek Avram Evander yang baru masuk mengejutkan Anna yang tampak sangat gugup. Kakek tua itu mengenakan setelan jas rapi berwarna silver dengan boutonniere.
“kakek akan menemanimu jalan ke altar”
“altar” Anna yang terkejut terus memandangi wajah kakek Evander yang selalu tersenyum hangat.
“kakak mu tadi menghubungi kami, katanya ibu mu sekarang sedang sakit jadi tidak bisa hadir dan dia sedang menemaninya. Ucap kakek Evander. Karena ayah Anna yang sudah meninggal dan tidak memiliki saudara laki – laki jadi tidak ada yang bisa mendampingi Anna.
“terimakasih kakek sudah mau menemaniku” ucap Anna sambil tersenyum haru kepada kakek Evander yang juga membalas senyumannya itu sambil menepuk punggung tangannya.
Alunan suara lembut yang mengiringi langkah Anna menuju altar mulai melambat. Dari jauh ia melihat sosok yang akan ia nikahi membuat jantungnya semakin berdegup kencang. Ini pertama kalinya Anna bertemu dengan calon suaminya itu dan mungkin saja juga menjadi terakhir kali ia melihatnya setelah malam ini.
Setelah sah menjadi suami dan istri, Drew mendekati Anna yang berdiri tepat di sebelahnya yang hanya setinggi bahunya itu meraih dagunya lalu menghadiainya sebuh ciuman tepat di bibirnya di hadapan seluruh tamu undangan.
Kedua kaki Anna lemas, tangannya bergetar hebat seakan terkena listrik bertegangan tinggi. Bila ciuman saja bisa membuatnya hampir tak sadarkan diri bagaimana ia bisa melakukan tugasnya sebagai seorang istri.
undangan yang hadir di pernikahan mereka sontak berdiri dan memberikan tepuk tangan kepada mereka berdua.
...***...
Anna yang baru saja selesai mandi dan berganti pakaian di kejutkan oleh sosok pria tampan yang sedang duduk di tepi ranjang apartemen mewah itu sambil memperhatikan dirinya, menatapnya tajam seperti ingin memangsanya hidup – hidup.
Anna yang terkejut melihat Drew yang mulai mendekatinya sontak memundurkan dirinya hingga tubuhnya membentur ke dinding. Dengan tangannya yang bergetar Anna menyentuh dada bidang Drew mendorong tubuhnya dengan sekuat tenaga, walaupun tenaganya tak sebanding dengan Drew.
“k-kamu. Apakah kamu ingin minum denganku?” dengan permintaan yang asal Anna mencoba mengulur waktu, ia tau apa yang akan Drew lakukan kepadanya. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan sekarang.
Drew yang mendengar ajakan Anna hanya tersenyum dan mengurungkan niatnya sementara untuk menemani Anna bermain – main sebentar. “ if that’s what you want, baby”
Baiklah Anna, lakukan tugas mu dengan cepat. Ibu bilang tidak akan ada pemeriksaan apapun yang dapat mendeteksi racun ini. Ingatlah kebebasan mu, persetan dengan dengan hati nurani.
Dengan tekat yang kuat untuk mendapat kebebasannya, Anna dengan sekuat tenaganya memberanikan dirinya untuk memasukkan racun kedalam minuman yang ia ambil dari kulkas kecil di dalam kamar mereka, namun sayang Drew yang ternyata sedari tadi terus memperhatikan tingkah Anna yang sedikit mencurigakan mendapatinya menuang sesuatu kedalam minumannya.
“jika kau ingin membunuhku, lakukanlah dengan benar” Anna yang mendengar suara lantang dari Drew seketika menjatuhkan gelas yang berada di tangannya. Belum sempat ia lari dari kamar itu, Drew meraih pinggangnya dan melemparkannya di atas ranjang.
Dengan pisau yang ia ambil dari piring buah di atas meja, Drew mengarahkannya ke leher Anna. Setetes darah segar yang menetes di gaun tidur yang Anna kenakan tak bisa lagi ia rasakan sakitnya. Tak peduli dimana Anna akan berakhir, entah itu di tangan suaminya yang baru beberapa saat ia nikahi atau di tangan ibunya karena telah gagal membunuh Drew. Dengan perasaan kalut Anna terus meminta pengampunan dari Drew. Air mata yang terus jatuh dari mata indahnya membuat Drew menjauhkan pisau itu dari leher Anna.
“maafkan aku, aku tak punya pilihan lain selain melakukan ini kepada mu” ucap Anna sambil terus terisak.
“apakah nyonya Brianna yang menyuruhmu melakukan ini?”
Dengan perasaan takut, Anna menganggukan kepalanya. Bibirnya yang kaku sudah tidak bisa lagi mengeluarkan kata – kata.
Ini sudah terfikirkan oleh Drew sebelumnya, dengan watak nyonya Brianna yang slalu melakukan segala cara untuk memuluskan rencananya pasti akan melakukan cara apapun untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Dengan perasaan marah Drew merobek baju Anna dan menciumnya dengan ganas. Seakan seperti serigala yang sedang kelaparan Drew menghantam tubuh kecil Anna dengan sangat kasar, menyatuhkan tubuhnya dengan paksa. Seperti mendapatkan penyiksaan dengan cara yang berbeda Anna merasakan sakit dan perih di sekujur tubuhnya.
Setelah menikmati tubuh Anna perasaan aneh muncul pada diri Drew, ia memang bukan kali pertama melakukan itu, tak tau mengapa dengan Anna ia seperti mendapatkan kepuasan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
...***...
Anna yang memperhatikan tubuhnya di depan kaca kamar mandi mendapati banyak jejak kepemilikan Drew pada tubuhnya. Ia segera mengenakan pakaian dan berjalan keluar melewati Drew yang sedang tertidur pulas di tempat tidur.
Ia harus pergi, walaupun Drew tak membunuhnya, tetapi ibunya pasti yang akan menemukannya untuk membunuhnya karena telah gagal menjalankan rencana ibu tirinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments