Naura masih terlelap di kamar sang suami, sampai suara gelak tawa terdengar samar-samar di telinganya. 'Sepertinya Papol sudah pulang,' pikir Naura yang matanya masih terpejam. Perlahan, ia membuka mata dan menajamkan pendengarannya kembali. Terdengar suara ramai dari lantai dasar, yang membuat wanita itu lantas meninggalkan tempat tidur dengan terburu-buru.
Dengan setengah berlari, Naura keluar kamar. Senyum pun merekah di bibirnya saat dari ujung tangga ia bisa melihat dengan jelas seseorang di lantai dasar sedang berjalan menuju ruang keluarga. Entah mengapa semenjak bertemu Nadia di toko, Naura mendadak sangat merindukan suaminya itu. Ingin sekali ia memeluk Dimas dan menyegel lelaki itu tanpa celah, bahwa suaminya itu hanya miliknya seorang. Dengan cepat Naura menuruni tangga dan mengejar lelaki yang sudah hampir tiba di ruang keluarga.
"Papol, aku merindukanmu!" Naura berhasil mengejar langkah lelaki itu dan langsng memeluknya dari belakang.
"Papol, aku merindukanmu!" gumamnya lagi dengan manja, sambil mencium belakang tubuh yang dipeluknya. "Apa kau tak merindukanku?" tanya Naura, saat mendapati orang yang dipeluknya tak merespon.
Biasanya jika Naura memeluk Dimas dari belakang, lelaki itu selalu membalasnya dengan mencium tangan sang istri, lalu memutar tubuh dan menghujani wajah istri kesayangannya dengan kecupan sembari mulut yang tak pernah berhenti mengucap 'i love you, my wife'. Akan tetapi, kali ini lelaki itu malah diam mematung. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut orang yang dipeluknya.
Hingga sebuah deheman menjawab pertanyaan wanita hamil tersebut. 'Suara Papol berdehem, tapi, kok terdengarnya bukan dari orang yang kupeluk?' pikir Naura, saat mendengar deheman cukup keras dari arah sofa.
"Ehm ... ehm ...." Suara deheman itu pun terdengar lebih keras dari yang pertama.
'Apa aku salah peluk orang?' Naura pun mengurai pelukannya, perlahan ia menyembulkan kepala yang bersembunyi di punggung yang dianggap suami olehnya. Kepalanya langsung tertuju ke arah suara terdengar dan betapa terkejutnya Naura saat melihat seseorang yang dimaksudnya sedang duduk menyilangkan kedua tangan di dada dengan sorot mata menatap tajam ke arahnya.
"Eh!" Naura menutup mulutnya dengan mata yang masih melongo, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sementara, kakinya spontan menjauh dari orang yang baru saja dipeluk. "Kalau itu Papol, lalu yang aku peluk siapa?" gumam Naura bertanya-tanya.
"Hai, adik ipar!" Tiba-tiba Andre berbalik badan ke arah Naura dengan senyum yang mengembang. "Aku juga sangat merindukan calon adik iparku yang comel ini. Tapi, gak nyangka bakal dapat pelukan hangat darinya. Padahal, aku cuma ngarep dapat pelukan dari kakakmu doang. Tapi ... tak apalah, itung-itung bonus." Andre berujar seraya menggoda Naura yang sudah seperti tomat. Antara kesal dan malu bercampur menjadi satu.
Ucapan nyeleneh Andre, telah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Dilihatnya semua orang beralih menatapnya tak bersahabat.
"Ngomong apa, Dre?" tanya Dimas.
"Ih, amit-amit aku peluk dirimu." Naura bergidig, lantas berlari ke arah suaminya yang tatapannya sudah tak bersahabat. "Papol, aku merindukanmu!" ucapnya sambil menjatuhkan bokongnya di samping Dimas dengan tangan yang langsung memeluk lengan pria itu.
"Bukannya merindukan lelaki yang tadi kamu peluk?" jawab Dimas tak bersahabat.
"Aku merindukanmu. Tadi, aku pikir dia kamu," sanggah Naura yang memang mengira Andre itu Dimas. "Lagian salah sendiri, kenapa pinjemin baju sama dia. Jadinya aku pikir dia itu kamu," lanjut Naura, tak mau kalah.
Jika dilihat dari belakang, bukan hanya Naura, orang lain pun pasti mengira itu Dimas. Postur tubuh yang hampir sama, membuat Naura salah mengira. Sementara itu, Ana hanya mengulum senyum dan perlahan beranjak dari tempat duduknya.
"Sepertinya Papah kalian membutuhkan minum, sebaiknya mamah susul dia ke ruang kerja sambil bawa minum," ujar Ana sambil berlalu meninggalkan mereka.
"Meskipun bajunya sama harusnya kamu bisa bedain. Lagian, bukannya kalau di rumah kita selalu memaki baju couple?" sarkas Dimas yang juga tak mau kalah.
"Maaf."
"Drama quin sekali kalian itu. Cuma peluk belakang doang, gak ada yang lecet juga. Salah sasaran pula. Gak perlu tuh wajah di tegang-tegangkan seperti itu!" cibir Andre, melihat wajah Dimas yang sudah tak bersahabat itu.
"Diam! Pulang sana! Bukannya sudah dapat solusi dari masalahmu? Daripada di sini malah buat masalah baru." Dimas melemparkan kunci mobil ke arah Andre, mengusir lelaki itu untuk segera meninggalkan kediaman orang tua Dimas.
Sebelum mendarat di muka, secepat kilat Andre menangkap kunci yang dilempar Dimas. "Raja Bucin cemburu gak jelas," cibir Andre.
"Pulang kagak?!"
"Iya. Siap laksanakan Kapten!" Andre memberi hormat dan langsung tunggang langgang meninggalkan sepasang suami-istri tersebut. 'Dasar aneh. Istrinya yang salah peluk, aku yang kena masalah.'
Sepeninggalan Andre, Naura masih mencoba membujuk Dimas atas ketidaksengajaannya itu. Niat hati Naura yang mau merajuk, malah dirinya dahulu yang harus merayu sang suami yang merajuk karena salah peluk.
"Jangan marah lagi dong! Aku 'kan gak sengaja, nanti aku bersihkan dengan kembang tujuh rupa sekalian deh. Biar lelembutan yang nempel juga ikut kebersihin. Gimana?" tawar Naura.
"Kembang tujuh rupa?" tanya Dimas dengan senyum yang sengaja ditahannya.
"Iya. Takutnya pas aku meluk Andre ada makhluk halus yang menempel."
"Hei pasangan stres, kalian pikir aku hantu apa? Sampai harus dibersihin kembang tujuh rupa," sarkas Andre yang kembali lagi karena ponsel miliknya tertinggal.
"Kenapa balik lagi?" Bukannya menjawab, sepasang suami istri itu malah bertanya balik kepada Andre.
Andre mengambil ponsel yang tergeletak di meja, lalu mengacungkannya ke arah Naura dan Dimas. "Ngambil ini! Ketinggalan," jawabnya.
"Ya, sudah sana balik!" usir Dimas lagi.
Andre hanya mencebik, lalu pergi lagi. Sementara itu, Naura masih mencoba membujuk Dimas yang masih pura-pura merajuk kepadanya.
"Atau, aku bersihin dengan keringat kita aja gimana?" tawar Naura sesampai di kamar, dengan alis yang sengaja ia naik-turunkan menggoda sang suami, berharap suaminya akan luluh.
"Ok. Aku terima tawarannya dengan senang hati," jawab Dimas dengan senyum yang terukir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Marsha Andini Sasmita
🤫🤫🤫🤫🤫😅😅😅😅😅😅😅😅
2022-11-25
0
Marsha Andini Sasmita
😅😅😅😅😅😅🥰🥰🥰😅😅😅😅
2022-11-25
0
AuliaNajwa
pasti ngelindur dia 🤣
2022-01-25
0