Kicauan burung mulai bersahutan, menyambut sang surya yang mulai menampakkan diri. Hujan lebat semalam masih berbekas, jalanan yang licin dan dedaunan pun masih terlihat basah. Dengan kaos dan celana pendek yang digunakannya, Andre sedang menghirup udara pagi sembari melebarkan kaki serta merentangkan kedua tangan, lalu memiringkan tubuhnya ke kiri dan kanan. Kemudian, melakukan gerakan-gerakan lain utuk melemaskan otot-ototnya dengan melakukan senam pagi.
Hingga, aktivitas paginya terhenti saat melihat kedua wanita penghuni rumah sebelah sedang memperhatikan sembari menunjuk-nunjuk atap rumah mereka sembari berbicara. Entah apa yang dibicarakan? Tetapi terlihat serius, membuat Andre tergugah untuk menghampiri keduanya.
"Pagi, Tan, Mbak!" sapa Andre kepada Ranti dan Irma
"Pagi, Dre." Ranti menoleh ke arah suara.
"Apa ada masalah, Tan?"
"Itu! Sepertinya gentengnya menggeser gara-gara hujan deras semalam. Tahu-tahu ruang tamu udah basah aja," ujar Ranti yang tadi subuh mendapati sofa di ruang tamunya sudah basah. "Nanti siang, tolong panggilkan Mang Sakir buat benerin gentengnya, ya, Kak!" titah Ranti kepada Irma.
Irma pun mengangguk, mengiakan.
"Kenapa mesti nyuruh Mang Sakir, Tan? Kalau cuma benerin genteng aku juga bisa." Andre menawarkan jasanya.
"Tapi, Nak Andre mau kerja, nanti takut ganggu. Mending panggil Mang Sakir nanti agak siangan." Ranti menolak secara halus. Wanita paruh baya itu tak enak hati terus menyusahkan polisi, si tetangga rumahnya.
"Benerin genteng doang, tidak ganggu, Tan. Lagian kalau nunggu Mang Sakir kelamaan. Gimana kalau hujan turun lagi beberpa menit kemudian?" tandas Andre. "Ada tangganya, gak Tan?" lanjutnya.
Ranti mengangguk, lalu memerintahkan Irma mengambilkannya. Tanpa menolak, Irma pun pergi ke gudang mengambil barang yang dibutuhkan pahlawan dadakan itu.
Dalam rangka mendapatkan hati kedua wanita di hadapannya, apapun rela dilakukan oleh lelaki yang berprofesi sebagai polisi itu. Andre mendadak jadi super hero yang serba bisa. Dari mulai membenarkan ledeng, kran bocor, listrik mati, motor mati dan genteng bocor pun dengan siap siaga Andre selalu ada untuk membantu ibu dan anak itu. "Engga sekalian buka jasa servis one for all aja, Pak? Biar nanti walaupun ditolak kakakku, kamu masih bisa mengembangkan bakat terpendammu." Bahkan, Naura yang melihat perjuangan Andre sering mengejeknya.
"Biar aku saja yang bawa." Tanpa sepengetahuan Irma, Andre mengikuti wanita itu.
"Mas? Ngapain di sini?"
"Mau bantuin Mbak Say-nya lah. Iya kali aku biarkan wanita cantik bawa tangga sendirian!'" Lelaki itu tersenyum lebar ke arah wanita yang sudah salah tingkah karena ucapan Andre. "Sini, aku yang bawa!" lanjutnya sambil mengangkat tangga dan mengalihkannya pada pundak Andre.
"Terima kasih," ujar Irma, setulus hati, dengan wajah yang sudah seperti tomat masak. Selalu seperti itu setiap kali Andre mengucapkan rayuan receh untuknya, membuat Irma kadang kesal sendiri dengan wajah yang memiliki mode otomatis seperti itu.
"Kembaliannya pake cinta, boleh?" Andre memicingkan sebelah mata ke arah Irma yang berjalan bersisian, semakin menggoda pipi yang sudah memerah di sampingnya. Andre yang sudah berulang kali mengungkapkan isi hatinya secara terang-terangan, tak pernah sedikit pun mendapat balasan dari mulut wanita itu—dan berharap Irma akan segera membalas cintanya.
"Jangan berharap lebih dari hubungan kita, Mas! Aku tak mau kamu kecewa."
Andre membuang napas kasar. Selalu berakhir dengan itu yang Irma katakan setiap dirinya mencoba melangkah lebih jauh, semakin mendekati wanita yang sebentar lagi mengakhiri masa idahnya. Padahal dari raut wajah yang dilihat Andre, ia yakin wanita itu suka dengan perlakuan yang diberikannya. Akan tetapi, entah mengapa mulut Irma selalu saja mematahkan harapan sang Pengejar Jahe.
Andre menoleh ke arah wanita yang sedang berjalan sembari menunduk itu, lantas bertanya, "Apa itu termasuk jawaban dari pertanyaanku tempo lalu juga?"
Tak ada jawaban. Irma mendadak kembali membisu. Dengan kepala yang masih menunduk, ia memainkan jemari saling beradu memainkan kuku-kukunya.
"Mbak Say diam. Aku anggap jawabannya memang benar," lanjut Andre yang selalu memanggil Irma dengan sebutan Mbak Say sebagai panggilan sayangnya.
Hening. Tak ada lagi yang mereka bahas, hanya bunyi keteplak-ketepluk dari sendal jepit yang dipakai keduanya yang terdengar. Tak ada lagi gurauan atau sekedar basa-basi dari keduanya lagi. Andre lebih memilih diam, begitu pun Irma—membuat keduanya malah dirundung canggung. Lelaki itu lebih memilih segera menyelesaikan pekerjaannya. Andre naik ke atap untuk membenarkan genteng yang tergeser.
"Beres," gumam Andre, melihat genteng tersusun rapat.
Lelaki itu pun merayap mundur, lalu kakinya menginjak anak tangga. Perlahan ia mulai menuruni anak tangga.
"Eh ... eh ...." Pikiran Andre pergi entah ke mana, membuatnya tak fokus pada anak tangga yang akan diinjak. Serta kaki yang basah, setelah menginjak genteng basah, membuatnya terpeleset.
Tangan Andre memegang anak tangga yang sudah diinjaknya mencoba menyeimbangkan tubuh yang sudah mulai oleng. "Eh ... eh!" Bukannya seimbang, tangga yang Andre gunakan pun malah ikut merenggang dari pijakannya, bergoyang-goyang di atas ketinggian 4 meter dan ....
"Aww ...." teriak Andre saat dirinya mendarat di tanah basah dengan tangga di atasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Dianherlina Siswoyo
pengen ketawa takut dosa🙈
2022-11-30
0
Marsha Andini Sasmita
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2022-11-25
0
Marsha Andini Sasmita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-11-25
0