"Aku pasti akan mendapatkan hatimu." Andre mengulangi ucapannya tempo lalu sembari menciumi guling yang masih dipeluknya.
Di saat Andre sedang mengurai rasa dingin dengan memeluk erat guling di bawah selimut tebal, lain halnya dengan Dimas. Lelaki yang baru saja mengolok-olok sang sahabat, tersenyum penuh kemenangan. Ada kepuasaan tersendiri saat berhasil meng-skakmat Andre.
Setelah puas dengan aksi jahilnya, Dimas meletakkan kembali ponsel di atas nakas. Lalu, menyibakkan selimut—ikut bergabung dengan sang istri yang sudah terpejam. Lelaki itu memeluk perut Naura yang hanya ditutupi selimut. Ia mengelus lembut, perut yang mulai mengeras dan membesar itu. Terlihat jelas perubahan di perut yang setiap malam dipeluknya, membuatnya semakin bangga pada dirinya sendiri yang telah berhasil membuat si istri seperti itu.
"Papah, nengok satu kali lagi boleh, gak?" bisik Dimas di telinga Naura dengan tangan yang masih mengelus perut si istri.
Naura yang sebenarnya tidak tidur, menahan tawanya agar tidak pecah.
"Papah nengoknya hati-hati, kok, tadi juga sangat hati-hati. Iya, 'kan?" bisiknya lagi sembari meniup-niup telinga berlanjut meniup pundak Naura juga. Membuat Naura bergidig, otaknya langsung merespon perbuatan jahil Dimas dan gelenyar-gelenyar aneh pun datang lagi.
"Apa, sih? Geli, tahu!" Naura menepuk tangan suaminya yang masih menempel di perut.
"Satu babak lagi, ya?" ujar Dimas dengan suara yang dibuat se-erotis mungkin.
Lelaki yang tadi pamer segel biru kepada Andre pun semakin mengeratkan pelukannya kepada sang istri, sehingga Naura bisa merasakan sesuatu yang mengeras menempel di pinggul.
"Papol, ada yang mengganjal!" ujar Naura dengan polosnya.
"Dia pengen masuk sarang lagi, Honey." Dimas berujar seraya menciumi pundak mulus sang istri dengan tangan yang sudah naik satu jengkal ke tempat yang beberapa bulan lagi akan ia bagi dengan sang junior.
Saat pertama tahu kehamilan sang istri, Dimas hampir saja memesiumkan benda pusaka miliknya sangat lama karena ancaman tak berdasar sang mamah yang mengerikan waktu itu. Ia yang tak mau terjadi apa-apa dengan sang junior pun rela memisahkan benda pusaka bawaan sejak lahir itu dari sarangnya.
Namun, memesiumkannya hampir sebulan itu sangat menyiksa Dimas. Hingga akhirnya, di pemeriksaan kedua kandungan sang istri, ia memberanikan diri menanyakan kebenaran ucapan sang mamah. Dimas membuang rasa malu atas pertanyaan tabu yang dilontarkan kepada si dokter, daripada ia harus menahan ******** yang terus meronta-ronta. Baginya, menahan ******** lebih menyiksa daripada menahan malu. Pertanyaan Dimas saat itu pun berhasil membuat Naura seperti tomat masak. Sementara si dokter sedikit mengulas senyum, lalu memberikan sedikit pencerahan kepada orang yang sudah berpuasa hampir cukup lama.
Saat mendengarkan penuturan dokter, Dimas pun bernapas lega sembari merutuki perbuatan Ana yang membuatnya keleyengan setengah mati. Apa yang terjadi selanjutnya? Tentu saja ia membalas dendam atas waktu yang telah ia lewati tanpa menjenguk sang Junior. "Asal, jangan sampai si ibu kelelahan dan lakukanlah dengan hati-hati!" Tentunya dengan pesan dokter yang selalu ia ingat baik-baik. Kabar baiknya lagi bagi Dimas, ternyata kehamilan membuat hormon Naura meningkat. Tak jarang istrinya dahulu yang meminta, bahkan kadang Dimas sendirilah yang dibuat tepar terlebih dahulu oleh si istri.
Dengan bujuk rayu dan sentuhan-sentuhan lembut Dimas, lantas membuat Naura sendiri yang meminta suaminya untuk berbuat lebih. Hingga akhirnya, Dimas pun berhasil meng-idghom-kan benda pusaka tumpul miliknya ke dalam sarang. Tak mau mengganggu sang junior yang sedang bersemayam di rumah baru, Dimas pun bermain dengan sangat lembut. Maju-mundur cantik, alon-alon asal kelakon, sampai penyatuan mereka berakhir dengan sempurna.
"Aku mencintaimu, Honey!" Satu kata yang tak pernah absen dari mulut Dimas. Sebuah kecupan mendarat agak lama di kening yang berkeringat itu.
"Aku juga mencintaimu," jawab Naura dengan napas yang masih tersenggal-senggal, akibat ritual idghom yang mereka lakukan.
Perlahan lelaki itu mengeluarkan benda pusaka miliknya, kemudian menciumi perut sang istri. "Baik-baik di sana, ya, Sayang. Papa dan Mama akan setia menunggu kehadiranmu. I love you so much!"
"Baik, Papa!" Naura mengusap rambut yang masih berada diperutnya, seraya menjawab ucapan Dimas layaknya ia bayi mereka. "Love you too, Papa."
Wanita itu tersenyum saat Dimas menyembulkan kepala, melihat ke arahnya ketika ia berbicara dengan nada seperti anak kecil. Lantas keduanya mengakhiri ritual mereka dengan saling melempar tawa, penuh kebahagiaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Marsha Andini Sasmita
🥰🥰🥰🥰🤩🤩🤩🤩🤩🤩🤩🥰🥰
2022-11-25
0
Marsha Andini Sasmita
🥰🥰🥰🥰🥰
2022-11-25
0
Hartin Marlin ahmad
rindu banget aku cerita dimas Dan naura😍😘😘😘😘 udah ceritanya ke 21,coba disambung cerita dimas Dan naura,lanjut lagi thor
2021-10-16
1