"Awww ...." pekik Andre.
Para tamu yang siap mendengarkan ijab kabul pun, beralih memandang Andre dengan sorot mata yang penuh tanda tanya. Membuat si pemilik suara tersenyum kikuk karena salah tingkah, sambil mengusap daun telinga yang terasa panas. Sementara Ana yang telah menjadi biang kerok teriakan Andre itu, dengan tanpa berdosanya malah membenarkan posisi duduk, duduk cantik dengan begitu anggun.
"Tante kenapa malah menjewerku? Sakit tahu!" bisik Andre saat kondisi sudah kondusif.
"Nanti dijelaskan. Sekarang akad mo dimulai. Jangan ganggu konsetrasi, Tante!" Ana mendorong wajah Andre untuk menghadap tempat akad. "Dengerin dengan seksama, buat belajar kalau nanti mo ijab kabul juga. Tapi, jangan berharap sama Irma," imbuhnya lagi.
"Tapi aku sudah kepincut duluan sama gadis itu," rutuk Andre.
"Jangan cari gara-gara kalau masih mau jadi sahabat Dimas!" ancam Ana.
Andre memberengut, tak suka dengan ancaman orang di sampingnya. Memulai pun belum, ia sudah kena ancaman.
Ijab kabul menggema. Naura dan Dimas pun sudah resmi menjadi suami istri. Giliran Andre meminta penjelasan Ana. Akan tetapi, wanita itu terlihat sangat sibuk, bahkan melupakan janjinya kepada sahabat Dimas itu.
"Kesempatan. Nunggu komando dari Tante Ana mah kelamaan." Andre tersenyum miring, tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepala—yang sudah dipenuhi si gadis kebaya ungu.
Lelaki yang sedang menikmati segelas es serut itu pun, mengambil segelas es serut lagi. Lalu, berjalan mendekati gadis yang baru saja turun dari pelaminan, setelah berfoto dengan sepasang pengantin di sana.
"Es serutnya!" Andre menyodorkan segelas es serut kepada Irma yang sedang duduk sembari mengibas-ibaskan kipas tangan.
Irma menoleh, memicingkan mata ke arah Andre yang masih memegang dua gelas es serut. "Untuk saya?" tanya Irma, menunjuk hidungnya sendiri.
"Ya. Kamu sepertinya kegerahan. Tadinya aku bawa dua buat diriku sendiri, tapi liat kamu sepertinya juga membutuhkan ini. Jadi, sebaiknya aku berbagi. Berbagi itu lebih indah." Andre berbasa-basi sembari memamerkan rentetan gigi putihnya. "Nih, biar gerahnya ilang dikasih yang seger-seger dulu!" lanjutnya, tangan kanannya masih menyodorkan segelas es serut kepada Irma.
"Aku bisa ambil sendiri. Untuk anda saja," tolak Irma.
"Kalau ada di depan mata, ngapain ngambil yang jauh-jauh. Lagian belum tentu aku bisa menghabiskannya. Sudah terlalu banyak makanan yang masuk ke perutku." Andre meletakkan segelas es serut itu di tangan Irma.
"Terima kasih."
"Kembali kasih," jawab Andre sambil memasukan sesendok penuh es ke dalam mulut.
Keduanya pun menikmati es serut di gelas masing-masing. Sesekali Andre melirik Irma yang asyik dengan es di tangan, tanpa memedulikan kehadiran dirinya. Hingga akhirnya, lelaki itu berinisiatif untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu. Andre menggosok-gosok telapak tangan tujuh kali ke celana, seakan-akan takut tangannya yang bersih itu akan menodai tangan mulus Irma.
"Perkenalkan namaku Andre. Aku sahabatnya Dimas." Andre mengulurkan tangannya.
Sejenak, Irma menatap tangan yang minta dijabat itu. Lalu, dengan senyum yang tertampil, ia menerima uluran tangan Andre. "Irma. Aku kakaknya Naura."
"Senang berkenalan denganmu!" ujar Andre lagi.
'Senyum yang bisa membuat es kutub mencair seketika. Baru lihat senyumnya saja sudah meleleh begini,' gumam Andre dalam hati. Hatinya saat ini berdisko ria—riang gembira. Kegirangan Andre mengetahui nama sang pujaan, melebihi kegirangan dua sejoli yang baru meresmikan pernikahan.
Andre mengeratkan jabatan tangannya, ingin lebih lama menggenggam tangan yang mampu membuat dadanya itu berdesir hebat, bahkan jika bisa tak akan pernah ia lepaskan. Namun, lain halnya dengan Irma. Gadis itu berusaha melepaskan tautan tangan mereka.
"Maaf. Anda menggenggam tanganku terlalu kencang," gumam Irma yang tak berhasil melepaskan genggaman Andre.
Andre terkesiap, lalu melepaskan jabatan tangan mereka. "Maaf, aku terhipnotis senyum indahmu," imbuh Andre dengan rayuan ala-ala pujangga itu. 'Setelah pulang dari sini aku gak bakal cuci tanganku yang satu ini.'
Irma kembali menampilkan senyumnya, kali ini sangat manis bahkan teramat manis—semakin membuat Andre meleleh.
"Sayang!" ujarnya, membuat jantung Andre terasa melompat dari tempatnya. Percaya diri Andre melewati batas, mana mungkin ada orang baru kenal sudah memanggilnya 'sayang'.
"Sayang, kamu sedang apa di sini? Keluarga kita mencarimu." Tiba-tiba suara dari belakang Andre, membuyarkan ekspetasi lelaki itu.
Seorang lelaki memakai batik khusus keluarga mempelai wanita, menghampiri Irma, lalu mencium pipi kiri dan kanan gadis itu dan merangkulnya mesra. "Sedang apa di sini?" tanyanya lagi.
"Hanya menikmati es serut. Mau?" Irma menyuapi lelaki itu.
'Pemandangan macam apa ini?' rutuk Andre yang tiba-tiba merasakan gelora panas di dalam dada.
"Pak Andre kenalkan ini suami saya namanya Ryan." Irma memperkenalkan lelaki yang sedang merangkulnya.
Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Andre sangat terkejut oleh penuturan Irma. 'Jadi dia sudah menikah?' Cintanya mati, bahkan sebelum ia tumbuh. Harapannya untuk mendapatkan gadis berkebaya ungu pun pupuslah sudah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
mika
🤣🤣🤣🤭🤭sdh patah jd dua
2023-09-21
2
Mahmudah Mahmudah178
visual ya thor
2023-03-05
0
Dianherlina Siswoyo
kacian bnr dah babang Andre😂😂😂
2022-11-30
0