Alya masuk ke dalam kamarnya. Kembali gadis itu melupakan kekesalan dan amarahnya di dalam kamar dengan melempar semua barang yang ada di kamarnya.
"Sialan !! Perempuan itu benar-benar masih hidup. Ini sungguh tidak bisa dibiarkan begitu saja."
"Aku harus menyelidiki nya. Aku tidak rela jika dia hadir kembali ke rumah ini."
Alya terus bergumam seperti orang gila. Dia memiliki ketakutan tersendiri jika Belva benar-benar kembali ke rumah Satya. "Apa aku kasih tahu Mommy kalau Belva masih hidup ?" Alya bertanya pada dirinya sendiri.
Mencoba menghubungi ibu nya tapi nihil nomor ibu nya tidak dalam keadaan aktif. Alya semakin kesal mendapati nomor ibu nya tak tersambung.
"Ck... Selalu saja seperti ini." Alya melempar ponsel nya ke atas ranjang.
Sonia sejak pertengkaran nya dengan Satya, dia lebih memilih pergi bersama teman-teman sosialitanya. Tinggal berlama-lama di dalam rumah bersama Satya justru akan membuat wanita dewasa itu semakin stress. Terbiasa hidup dengan berfoya-foya dan liburan sana sini membuat Sonia tak bisa diam jika ada ajakan demi ajakan dari teman-teman nya.
Berganti nomor ponsel saat liburan selalu Sonia lakukan agar acara nya bersama teman-teman nya tidak terganggu oleh Satya maupun Alya. Hanya ketika butuh saja Sonia akan menghubungi langsung Satya. Tak lain dan tak bukan hanya untuk meminta transferan uang tambahan untuk kesenangan nya.
"Oke wanita tua itu tidak mau memberikan informasi pada ku. Jadi aku harus gunakan cara ku sendiri." Gumam Alya..
Hari berganti Alya masih memikirkan cara untuk menyelidiki Belva. Tak tahu harus memulai dari mana karena Alya sendiri tidak tahu dimana tempat tinggal Belva.
Alya berjalan ke arah dapur, melihat ada Budhe Rohimah di sana. Tidak menyapa ataupun tidak menegur, Alya terus berjalan melewati dapur dan sampai ke ruang belakang dimana disitu tempat untuk mencuci dan menyetrika baju.
"Bi... Bibi..." Panggil Alya berteriak dari dalam ruangan tersebut.
Budhe Rohimah yang mendengar namanya dipanggil langsung menghampiri Alya yang berada di belakang. "Ada apa Non ?" Tanya Budhe Rohimah.
"Ini baju ku yang ini sama yang ini, di setrika aku mau pakai nanti sore." Perintah Alya dengan ketus.
"Baik Non, tunggu saja di luar nanti akan saya kerjakan."
"Tidak ada kata nanti nanti. Aku mau sekarang !" Bentak Alya.
"I-iiya non saya kerjakan sekarang." Budhe Rohimah tak bisa apa-apa selain menurut dan diam.
Tiba-tiba ada seseorang yang datang di ruang belakang tanpa di duga oleh Alya dan Budhe Rohimah.
"Ada apa ini ribut disini ?" Suara berat menginterupsi kegaduhan kecil antara Alya dan Budhe Rohimah. Tepat nya kegaduhan yang sengaja ditimbulkan oleh Alya.
"Daddy..."
"Tuan..."
Alya dan Budhe Rohimah bergumam lirih secara bersamaan. Satya menatap tak suka pada Alya. Kelakuan anak nya yang tidak pernah disukai nya sejak dulu. Satya merasa kelakuan itu menurun dari sifat Sonia.
Meskipun arogan Satya tak pernah memperlakukan para pekerja nya dengan keterlaluan jika mereka tak membuat masalah.
"Daddy sudah pulang ?" Tanya Alya dengan nada yang berubah 180 derajat bila dibandingkan saat dirinya berhadapan dengan Budhe Rohimah.
"Perbaiki attitude mu Alya. Bi... Bibi melihat map warna merah di meja kerja saya ?" Tanya Satya pada Budhe Rohimah.
"Map merah ? Maaf Tuan saya tidak melihat." Jawab Budhe Rohimah dengan jujur.
Kening Satya berkerut, Budhe Rohimah tidak melihat nya lalu dimana map itu. "Ya sudah... Tolong bantu carikan map itu sekarang Bi." Perintah Satya dengan wajah dingin nya.
"Baik Tuan. Maaf Non bibi tinggal sebentar nanti bibi lanjutkan lagi ya." Budhe Rohimah menundukkan kepala sebagai permintaan maaf dan pergi meninggalkan Alya.
Alya terlihat kesal karena Daddy nya tak pernah bersikap manis padanya. "Ck... Kalau bukan karena Daddy hidup ku enak sudah ku ludahi wajah dingin nya itu." Gerutu Alya.
"Tapi bagus juga kalau wanita tua itu sekarang pergi mencari map tak penting itu. Berarti aku harus menggunakan waktu sebaik mungkin." Alya tersenyum sinis.
Segera langkah kaki nya dipercepat untuk memasuki kamar pribadi Budhe Rohimah. Matanya jelalatan mencari satu barang yang diincarnya sejak dalam ingatan kepalanya.
"Dimana ya wanita tua itu menyimpan ponsel nya." Alya mencari ponsel Budhe Rohimah.
Di atas ranjang tidak ada, di atas nakas juga tidak ada. Dengan beraninya Alya menggeledah laci dan lemari Budhe Rohimah. "Aduh pasti ponsel itu dibawa nya kan ? Ck... Bisa gagal kalau kaya gini caranya."
Satu hal terakhir yang dilakukan nya adalah membuka laci naka. Mata nya berbinar dan membola. "Nah... Ini dia ketemu. Aduh mana ponsel ku." Alya meraba-raba tubuhnya mencari ponsel nya sendiri.
Menggunakan sebuah aplikasi Alya menyadap ponsel Budhe Rohimah. "Loading nya lama lagi, aplikasi sialan. Keburu pembantu itu datang." Gerutu Alya. Wajah nya sudah kesal dan cemas.
Loading tinggal 5% lagi tapi pergerakan nya sangat lambat. Mata Alya sudah bergerak tak nyaman, ternyata dirinya masih memili rasa takut jika ketahuan oleh Budhe Rohimah. Takut jika rencananya gagal untuk menyelidiki Belva.
****
Di dalam ruang kerja Satya.
Budhe Rohimah membantu Satya untuk mencari map yang dibutuhkan oleh pria dingin itu.
Hampir seluruh isi ruangan sudah digeledah tapi map itu sama sekali tidak ada. Satya pun mengernyit heran. Bagaimana bisa map itu hilang seingatnya sebelum menghadiri acara pernikahan putri Tuan Maxim diletakkan nya map itu di atas meja.
"Kenapa bisa tidak ada ? Jelas-jelas ku letakkan di atas sini." Satya menepuk meja kerja nya.
"Bibi yakin tidak melihat map itu ?" Tanya Satya kembali wajah nya yang dingin kini terlihat' sedikit frustasi.
"Benar-benar Tuan saya tidak melihat nya. Kemarin saya bersih-bersih disini juga saya tidak lihat." Budhe Rohimah menjawab dengan jujur dan tegas.
Satya mengurut keningnya, mencoba memikirkan kembali dimana dia meletakkan map penting itu. Map yang berisi materi tender.
"Haafftt.. ya sudah Bibi boleh kembali ke belakang." Ucap Satya pada akhirnya.
Budhe keluar dari ruang kerja Satya sedangkan Satya masih sibuk mencari nya kembali sendirian.
****
Penyadapan berhasil loading 100% oke. Alya bernafas lega, disimpannya kembali ponsel itu ke dalam laci nakas. Berjalan cepat untuk keluar dari kamar Budhe Rohimah.
"Non, kenapa di depan pintu kamar saya ?" Tanya Budhe Rohimah membuat Alya terlonjak kaget.
"Ck... Memang kenapa ? Buat kaget saja. Tadi di situ ada tikus jadi aku lari ke sini." Alya berbohong dan menjawabn nya dengan ketus.
"Oh tikus. Tapi sepertinya disini tidak ada tikus Non." Memang seingat Budhe Rohimah area kamar nya jarang sekali bahkan tidak ada tikus.
"Heleh... Sudah lah yang lihat itu aku atau Bibi huh ?!" Alya meninggalkan Budhe Rohimah dengan wajah judes nya.
Budhe Rohimah hanya menatap kepergian anak majikannya. "Aneh sekali." Gumam lirih Budhe Rohimah.
Beberapa hari kemudian setelah menunggu. Akhirnya ponsel Alya ternotifikasi dari aplikasi penyadap nya. Alya membuka pemberitahuan itu dan tersenyum sinis. "Cih... Tidak sia-sia pekerjaan ku kemarin."
Notifikasi itu berisi sebuah pesan dari Belva yang memberitahukan pada Budhe Rohimah jika perempuan itu sedang berada di kawasan pusat perbelanjaan daerah Jakarta.
"Dia sedang berada di Moonlight Mall. Kalau aku menyusul nya kesana sama saja mencari jarum di dalam jerami." Gumam Alya.
Ting !! Notifikasi kembali masuk. "Anak-anak sedang bermain di Timezone Budhe, mereka sangat senang."
Senyum sinis kembali terbit di bibir Alya. "Timezone... Lebih spesifik daripada yang tadi. Oke aku meluncur Belva, kita akan segera bertemu teman." Gumam Alya dengan seringai licik nya.
Alya mengambil tas dan kunci mobil nya menuju kawasan pusat perbelanjaan Moonlight Mall. Tanpa berpamitan pada siapapun seperti kebiasaan nya, gadis itu masuk ke dalam mobil nya dan menancap gas dengan kecepatan cukup tinggi agar bisa segeralah sampai di tempat tujuan.
Tujuan utama nya adalah area Timezone. Kali ini Alya tidak ingin kecolongan sampai kehilangan jejak Belva lagi.
Dari jarak hampir 10 meter, terpantau sosok cantik dengan rambut panjang sepinggang sedang asik menemani dua bocah kecil bermain.
"Target terkunci..." Seringai licik Alya dalam bermonolog.
Menunggu dengan santai sembari menikmati kentang goreng dan minuman dingin. Alya memperhatikan penampilan Belva yang jauh berbeda dengan dulu. Sekarang terlihat elegan dan modis. Bagaimana tidak modis, Belva adalah konsultan desain gaun butik terlaris di kota Paris.
"Rupa nya selera pembantu itu sudah berubah. Sialan." Alya mengumpat tak suka melihat Belva yang semakin terlihat cantik.
Rasa iri nya masih tertancap kuat di hatinya hingga menimbulkan dendam yang pernah ada. Tawa kebahagiaan Belva bersama anak-anak nya pun seakan membuat Alya tak rela itu terjadi pada Belva.
"Senyum itu aku tak menyukai nya." Tangan Alya terkepal kuat.
Di dunia ini masih banyak orang yang merasa iri dengan orang lain hanya karena kelebihan yang tidak dimiliki oleh diri sendiri. Tanpa menyadari jika manusia pasti memiliki segala kekurangan.
Belva dan anak-anak nya selesai bermain karena sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel nya. Rupanya Tuan Hector meminta mereka untuk kembali pulang karena ada hal penting yang harus dibicarakan.
Saat nya Alya beraksi, mengikuti Belva kali ini dengan cara yang halus agar tidak mencurigakan bagi Belva. Sopir yang tadi mengantar Belva sudah menunggu di depan pusat perbelanjaan.
"Sialan... Bahkan pembantu itu menggunakan mobil mewah. Mobil ku saja tak semewah itu." Hati Alya semakin panas melihat nya.
Tak sadar Belva jika mobil nya diikuti oleh Alya. Alya memang menjaga jarak nya agar tak ketahuan oleh Belva. Perjalanan bisa dikatakan cukup jauh dari pusat perbelanjaan hingga sampai disebuah rumah mewah dan besar.
Semakin bertanya-tanya rumah siapa yang dituju oleh Belva. Apakah rumah perempuan mantan pembantu nya atau siapa ?. Dendam lama bersemi kembali di hati Alya. Semakin kuat keinginan untuk menghancurkan Belva.
"Baiklah Belva tunggu kejutan dari ku untuk mu teman ku hahaha." Tawa mengerikan diberikan Alya saat hatinya sudah terselimuti oleh dendam. Kepalanya sudah siap merencanakan segala macam kejahatan untuk Belva si gadis polos yang malang.
Itu dulu saat Belva masih menjadi pembantu di rumah Satya. Namun, kini bagaimana Belva yang sekarang ? Alya tak tahu bagaimana Belva yang sekarang apakah masih sama seperti dulu atau sudah berubah.
Tuk...Tuk...Tuk...
Kaca mobil Alya diketuk oleh seseorang pria berbaju hitam, bertubuh kekar dan berkulit cokelat tua. Alya terkejut melihat pria itu yang terus mengetuk kaca mobilnya. Di turunkan kaca mobil tersebut saat tubuh pria itu menjauh dari kaca mobil.
"Iya Pak ?" Tanya Alya masih waspadai.
"Apa yang Nona lakukan disini ?" Tanya pria tersebut dengan nada tegasnya.
"Ah... Aku... Aku tidak tahu apakah aku salah jalan atau tidak. Apakah ini rumah Belva ?" Tanya Alya pada pria tersebut dengan gugup.
"Belva ? Sebaiknya anda pergi dari sini. Anda salah jalan." Ucap pria itu dengan tegas.
"T-ttapi aku tadi melihat nya masuk ke dalam rumah ini." Jawab Alya.
"Siapa yang anda maksud ? Disini tidak ada yang bernama Belva. Sebaiknya anda segera pergi sebelum ada tindak kekerasan disini." Pria itu berbicara dengan rahang mengeras karena wanita dihadapannya sedari tadi sulit sekali diberitahukan.
"Tadi aku mel..." Ucapan Alya terpotong saat pria bertubuh kekar itu menggebrak atap mobil Alya. Gadis itu terkejut bahunya terlonjak kaget mendengar suara gebrakan dari atap mobilnya. "Cepat pergi dari sini, atau mobil mu hancur Nona." Gertak pria bertubuh kekar itu.
"I-iiya... Iya..." Dengan tangan gemetar Alya menyalakan mesin mobilnya lalu berlalu dengan kecepatan cukup tinggi menghindar dari pria menyeramkan itu.
Pria itu adalah salah penjaga rumah Tuan Hector. Sebagai seorang pengusaha yang memiliki cukup banyak kekayaan membuat Tuan Hector memilih untuk memperkejakan bodyguard untuk mengamankan rumah serta seluruh penghuni rumahnya.
Mana tahu jika sewaktu-waktu ada seseorang yang memiliki niat jahat seperti Alya yang mengincar penghuni rumahnya. Karena sebagai seorang pengusaha pasti banyak saingan bisnis yang terkadang mereka nekat menghalalkan segala cara menyingkirkan lawan bisnis mereka.
Dalam perjalanan Alya mengumpat kesal pada pria yang tadi menggebrak mobil nya. "Sialan orang itu asal gebrak mobil ku saja, dia tidak tahu apa ini mobil mahal." Gerutu Alya, bibirnya mengekerut. Hati nya merasa kesal dengan perilaku bar-bar pria itu.
Kecepatan mobil yang tinggi akibat rasa takut nya pada pria bertubuh kekar tadi berubah menjadi pelampiasan emosi nya. Hingga dengan cepat Alya sampai di rumah nya.
Pak Jajak yang selalu setia menjaga pintu gerbang dengan cepat membukakan gerbang saat klakson mobil Alya berbunyi. Mobil itu masuk dan berhenti di samping Pak Jajak.
"Ck... Lelet banget sih buka gerbang nya." Alya mengomel dihadapan Pak Jajak perkara pembukaan pintu gerbang. Salah lagi... Padahal Pak Jajak sudah bergerak dengan cepat. Tapi ya sudah lah sikap Alya memang semakin hari semakin buruk tidak terkendali.
"Maaf Non." Hanya kata itu yang selalu Pak Jajak berikan sebagai kalimat singkat dirinya mengalah pada anak majikannya.
Tidak ada perhatian dari kedua orangtuanya membuat Alya bersikap semau nya sendiri. Toh apa yang dilakukan nya tak pernah dihiraukan oleh kedua orangtuanya.
Mungkin terkadang Satya saja yang selalu menyindir sikap Alya, tapi itu tak mempan bagi Alya yang terlanjur nyaman dengan sikap semena-mena nya.
Alya keluar dari mobil dan memasuki rumah. Sikap yang sangat menyebalkan, Alya masuk dengan santai dan percaya diri saat Budhe Rohimah mengepel lantai. Jejak telapak kaki yang berbalut dengan sepatu sneakers nya tertinggal dengan jelas di lantai berwarna putih itu.
"Non, maaf ini bibi sedang pel lantainya." Tegur Budhe Rohimah dengan sopan dan lembut. Membuat Alya berbalik menghadap Budhe Rohimah.
"Ya sudah pel saja kenapa laporan sama aku, aku sudah tahu." Jawab Alya dengan santainya tanpa rasa bersalah melihat jejak sepatunya.
Gadis itu justru berjalan mondar-mandir menuju dapur mengambil air minum lalu keluar kembali mengambil tas nya yang tertinggal di mobil dan terakhir masuk kembali menuju kamar nya.
Budhe Rohimah hanya mengelus menggelengkan kepala nya melihat kelakuan Alya anak majikan nya. Dosa apa Budhe Rohimah bekerja di rumah seperti ini. Tapi tidak ada pilihan lain, Budhe Rohimah sudah lanjut usia akan sangat sulit mencari pekerjaan di usianya yang sudah tua.
"Sabar Imah... Sabar... Demi bayar hutang bertahanlah." Gumam Budhe Rohimah lirih sambil mengelus dada.
Di dalam kamar Alya meluapkan kekesalannya dengan membanting tas diatas kasur. Entah gadisbitu merasa lelah atau tidak harus marah-marah sendiri sejak dirinya mengetahui keberadaan Belva yang masih hidup.
"Aku harus secepatnya melenyapkan perempuan sok baik itu. Enak saja hidupnya bertambah nyaman sekarang setelah diusir dari rumah ini. Harus nya dia sengsara, kenapa tidak jadi mati saja dia." Gerutu Alya mendengar ranjang nya. "Ck... Sshh aow... Sialan ini ranjang aarghh..!!" Kaki Alya berdenyut setelah menendang ranjang nya. Bukan salah benda itu, bahkan benda mati yang tak memiliki kesalahan saja menjadi sasaran Alya.
Alya berjalan tertatih akibat jempol kakinya yang berdenyut. Wajahnya meringis menahan sakit, dia duduk di atas ranjang. "Sshh... Sialan... Sialan... Sialaaann !!! Teriak Alya kesal dengan kaki nya yang sakit.
"Ini semua gara-gara perempuan sok cantik itu. Hemm... Oke.. aku punya ide untuk membuatnya celaka." Alya tersenyum licik dengan memegang ponsel nya.
Mengotak-atik ponsel nya, gadis itu menghubungi seseorang. Dia membutuhkan bantuan orang lain agar aksinya tak terlihat.
****
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Apa yang direncanakan oleh Alya ? Simak terus kelanjutan ceritanya !!!
Terimakasih buat para reader setia.
Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.
Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Nor Azlin
udah tentu lah Alya bukan anak satya kerana sedari kecil satya tidak pernah menyayangi nya ...mungkin Sonia masa masuknya dia bicara dalam keadaan tidak sadar terus mengatakan semuanya kali ...tapi kenapa juga satya masih aja bersama dengan Sonia kalau dia tau yang Alya ini bukan anak nya 🤔🤔🤔 jadi penasaran ini thor ...lanjut thor
2023-07-07
0
Hani Arifin Hani
kasih pelajaran itu alya
2023-03-29
0
Naraa 🌻
Kok kesel sih, Belva udh tau Alya sama Sonia jahat bukannya peka sama keadaan dan antisipasi ini malah masih baik aja
2022-05-21
0