Bab 20. Ditanggung Budhe Rohimah

Rencana Alya masih berlanjut setelah 3 hari yang lalu berhasil membuntuti Belva ke rumah besar itu. Alya tak tahu apakah itu rumah yang ditinggali oleh Belva atau bukan karena tidak ada informasi yang jelas mengenai hal itu.

Alya sudah menyuruh seseorang untuk mengintai rumah besar yang didatangi njya kemarin. Di pinggir jalan tak jauh dari rumah Tuan Hector, sebuah mobil berwarna hitan dengan plat yang tak terlihat karena menggunakan bingkai plat mobil berwarna gelap. Dua orang di dalam mobil itu siap mengintai penghuni rumah yang keluar masuk.

"Benar ini alamat nya kan ?" Tanya si pengemudi mobil.

"Benar bos, ini sesuai alamat yang dikirim bos besar." Ucap anak buah si pengemudi mobil.

"Mana lihat foto nya." Si pengemudi mobil merebut ponsel anak buah nya dan melihat wajah cantik di dalam layar ponsel itu.

"Cantik juga... Malah lebih cantik dari si Alya itu." Jiwa muda nya saat melihat gadis cantik berkobar.

"Oke kita tunggu." Gumam si pengemudi mobil.

Tak lama pagi-pagi pukul 06.00 Belva keluar dari gerbang rumah besar itu dengan membawa tas anyaman plastik yang biasa dibawa bibi Marni berbelanja di pasar.

Pagi ini Belva membantu ART untuk berbelanja di pasar dekat rumah Tuan Hector. Dengan berjalan kaki saja sudah bisa sampai di pasar tradisional itu.

Sebelumnya para pekerja Tuan Hector melarangnya tapi Belva benar-benar bisa meyakinkan mereka bahwa dirinya baik-baik saja karena hanya berbelanja di tempat yabg dekat.

Berjalan menyusuri pinggir jalan setelah keluar dari gerbang rumah besar Tuan Hector. "Hmm... Segar sekali pagi ini, sudah lama sekali aku jarang keluar pagi-pagi seperti ini ke pasar." Gumam Belva lirih menikmati udara pagi hari.

Sudah sejauh 500 meter Belva berjalan menjauhi dari rumah besarnya. Tapi tiba-tiba ada mobil yang berhenti di sampingnya. Mobil warna hitam yang tak dikenalnya. Belva tak menghiraukan mobil tersebut. Terus berjalan dengan pikiran yang mulai waspada.

Dua orang pria keluar dari mobil dan mendekati Belva. Mereka memaksa Belva, menarik berlva untuk memasuki mobil.

"Aaaa... Tolong..!! Tolong...!! Lepaskan aku !! Tolong..!!" Teriak Belva histeris mengetahui dirinya akan menjadi korban penculikan pagi ini.

"Ayo masuk !!!" Bentak si pria pengemudi tadi.

"Lepas !!! Siapa kamu !! Toloongg..!!" Bwlva terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari kedua pria yang mencekal tangan nya.

Satu wanita melawan dua orang pria, apakah Belva sanggup ? Tenaga dua pria itu bahkan sangat kuat tapi Belva tetap terus berusaha melawan dengan menendang tulang kering anak buah penculik itu.

"Aow... Aduuh..!! Sshh... Kaki ku." Cekalan terlepas saat rasa berdenyut menjalar di kaki nya. Tangannya kini berpindah memegang lutut nya.

Belva pun ikut meringis karena kaki nya juga berdenyut akibat menendang kaki penculik itu. "Sialan... Ayo ikut !!" Bentak si pengemudi dengan menyeret kasar Belva. Terseok-seok Belva terseret oleh orang tersebut.

Mereka sudah mendekati mobil, saat akan mendorong masuk Belva tiba-tiba, seorang pria bertubuh gagah dan kekar menghajar penculik itu dari belakang. Alhasil si pengemudi yang menarik tangan Belva melepaskan tangannya dari tangan Belva.

Belva segera menjauh, tubuh nya bergetar akibat ketakutan. Degup jantung nya berdetak kencang akibat takut dan pergerakan yang menguras tenaga.

Pria yang membantu Belva adalah Roichi yang sedang berolahraga dengan berlari keliling komplek. Tenaga Roichi ternyata cukup kuat, dan ilmu beladiri nya cukup bagus. Dia menghajar kedua penculik itu tanpa ampun hingga mereka babak belur.

Tersungkur di atas aspal kedua penculik itu tak berdaya. Roichi hendak menghubungi anak buah nya yang berjaga-jaga di rumah Tuan Hector untuk menyusul nya di tempat kejadian perkara. Roichi menghubungi anak buahnya sambil menghampirinya Belva yang sudah terduduk lemas.

"Nona... Nona tidak apa-apa ? Tidak ada yang terluka ?" Tanya Roichi khawatir pada Belva. Tapi perempuan cantik itu hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Sambungan telepon belum juga diangkat oleh anak buah nya.

Dirasa lawan nya tengah dalam keadaan lengah, kedua penculik itu berusaha bangkit dan masuk ke dalam mobil untuk kabur.

"Hei...!! Mau ke mana kalian !! Jangan kabur !!" Teriak Roichi saat mendengar suara pintu mobil tertutup keras. Panggilan telepon nya ditutupnya seketika.

Tak menghiraukan suara teriakan Roichi dua orang tersebut langsung saja bablas menancap gas kabur dari Roichi.

"****...!!" Umpat Roichi. Penculik yang sudah berhasil di lumpuhkan nya kabur saat dirinya lengah.

Roichi juga tak mampu melihat plat mobil itu akibat memakai bingkai plat yang gelap. Dirinya baru menyadari saat mobil bergerak menjauh untuk melihat plat mobil.

Kesal karena anak buah nya tak kunjung menerima panggilan nya Roichi mengumpat dalam hati. Bukan waktu yang tepat untuk marah-marah di hadapan Belva yang tengah ketakutan.

"Nona... Ayo kita pulang." Roichi mengangkat tubuh Belva ala bridal style saat melihat Belva lemas dan gemetar.

Belva masih terdiam tak membuka suara sama semaki. Tangannya memegang baju kaos Roichi yang basah karena keringat. Matanya hanya bisa menatap dada bidang Roichi dengan pandangan yang tak fokus. Pikiran nya masih tertinggal pada kejadian yang baru saja dialaminya. Seumur hidupnya belum pernah dirinya mengalami hal seperti itu menjadi target penculikan.

Roichi menatap wajah Belva, merasa kasihan dengan perempuan yang ada digendongnya. Pikiran Roichi pun bekerja menebak-nebak apa motif dari penculikan yang akan dilakukan pada Belva. Apakah karena ulah saingan bisnis ? Salah satu alasan kuat yang ada di dalam pikiran Roichi.

Meski mengangkat Belva tidak lah berat untuknya tapi tetap saja pria itu tetap meerasa ngos-ngosan karena harus berjalan cepat agar cepat sampai di rumah.

Memasuki gerbang rumah besar itu Roichi dibukakan gerbang oleh penjaga rumah. "Ada apa dengan Nona Vanthe... Tuan ?" Tanya penjaga rumah yang bernama Simon.

Roichi tak menjawab sama sekali langkah nya terus berjalan ke arah pintu utama. Bi Marni yang berada di halaman sedang menyiram tanaman langsung melempar selang nya dan berlari menuju pintu utama untuk membantu membukakan pintu.

"Aduh... Tuan Non kenapa ? Apa sakit atau bagaimana ?" Bi Marni sangat khawatir dengan keadaan Belva yang berada di dalam gendongan Roichi. Perempuan itu memejamkan mata memikirkan kejadian yang dialaminya sejak dalam perjalanan tadi. Tak menggubris semua suara yang keluar dari orang-orang yang bertemu dengannya dan Roichi.

"Nanti Bi... Kita bawa Nona ke kamar nya dulu." Ucap Roichi tegas.

Masuk ke dalam rumah Roichi berjalan menunju kamar Belva dengan masih menggendong Nona nya. Tuan Hector yang berada di ruang keluarga menonton berita pada pagi hari terkejut mengetahui kedatangan Roichi yabg menggendong Belva.

"Roi... Ada apa dengan putri ku ?" Tuan Hector langsung berdiri. Wajah khawatir nya terlihat jelas, tidak ada senyum pupil matanya membesar. Fokusnya menatap keadaan putrinya.

"Maaf Tuan saya antar dulu masuk ke dalam kamar Nona." Jawab Roichi masuk ke dalam kamar Belva.

Tuan Hector dan Bi Marni masuk ke dalam kamar Belva mengikuti Roichi. Tak lama Nyonya Hector masuk ke kamar Belva.

"Pa, ada apa dengan Vanthe ? Tadi Bibi Tini memberitahu jika Vanthe dibopong oleh Roi. Kenapa Roi ?" Wajah cemas dan khawatir juga terlukis jelas di wajah cantik wanita paruh baya itu.

Bella yang tahu karena sempat melihat ayahnya membawa Belva berinisiatif untuk mencegah Duo Kay untuk tetap berada di dalam kamar mereka. Dua bocah itu jangan sampai tahu apa yang terjadi dengan Mami nya.

"Roi ada apa sebenarnya kenapa Belva harus kamu angkat seperti itu ?" Nyonya Hector sudah tidak sabar lagi mengetahui kronologi kondisi putri nya.

Roichi mwngehlas nafas setelah meletakkan Belva di atas ranjang. "Kita keluar dulu saja Nyonya... Tuan..." Ajak Roichi agar tidak menggangu kenyamanan Belva. Roichi yakin pasti Belva saat ini masih merasa shock.

"Bi Marni tolong jaga Belva sebentar, biarkan dia istirahat. Kami akan keluar sebentar." Ucap Tuan Hector. Bibi Marni mengangguk patuh. Selang air nya masih dibiarkan tergeletak di halaman dengan dengan air yang masih mengalir. Entah, biarkan saja semoga ada yang mematikan keran air itu.

Di ruang keluarga Tuan dan Nyonya Hector serta Roichi duduk di sofa. "Tadi saat saya selesai berolahraga menuju jalan pulang, saya melihat Nona akan diculik oleh dua orang pria. Tapi maaf mereka berhasil kabur saat saya mencoba menghubungi anak buah dan memperhatikan kondisi Nona. Saya juga tidak sempat melihat plat mobil itu." Roichi bercerita tentang kejadian yang diketahui nya satu jam lebih yang lalu.

Nyonya Hector terkejut, reflek kedua telapak tangannya menutup mulut nya yang terbuka lebar. "Ya ampun siapa yang berani berbuat jahat seperti ini ?" Gumam Nyonya Hector.

Tuan Hector merasa geram atas kejadian yang menimpa putri angkat nya. "Roi, cepat lacak orang itu. Aku tidak mau tahu orang itu harus segera ditemukan. Kita harus tahu apa motif dibalik rencana penculikan ini." Perintah Tuan Hector.

Mau tak mau Roichi mengangguk atas perintah Tuan nya. Saat ini yang ada di pikiran nya adalah bagaimana cara melacak nya jika plat mobil nya saja tidak sempat dilihat nya.

***

Di kediaman Satya tepat nya di kamar. Gadis berambut sebahu itu yang tak lain adalah Alya baru saja menerima panggilan telepon dari orang suruhannya.

Wajahnya merah padam akibat menahan amarah dan kekesalannya. Rahang gadis itu mengeras dan tangannya mengepal kuat menggenggam ponsel miliknya. Rencana untuk mencelakai Belva gagal. "Dasar bodoh !! Disuruh membawa satu orang saja tidak becus !!" Ucap Alya.

"Kalau seperti ini, harusnya aku sendiri saja yang turun tangan menyiksa si Belva perempuan sok baik itu." Gumam Alya. Gadis itu tak bisa diam, mondar-mandir seperti setrikaan.

Budhe Rohimah yang membawa keranjang pakaian seketika langsung berhenti karena penasaran Alya berbicara dengan raut wajah kesal dan marah setelah mendapat panggilan telepon.

Mata Budhe Rohimah melebar, reflek tangannya menutup mulut hingga keseimbangan tangan nya membawa keranjang hilang dan keranjang itu terjatuh tumpuk pakaian di dalam wadah itu terhambur membuat Alya seketika menoleh ke arah jatuhnya keranjang.

"Bi...kamu menguping pembicaraan ku huh ?!" Tanya Alya dengan nada membentak pada Budhe Rohimah.

"T-ttidak Non... Bibi tidak sengaja jatuh tadi terpeleset." Jawab Budhe Rohimah dengan gugup. Matanya tak berani menatap mata tajam Alya, bahkan Budhe Rohimah mengedipkan matanya dengan cepat. Tangan nya bergerak cepat memungut pakaian yang berserakan.

Alya menyipitkan kelopak matanya melihat pergerakan Budhe Rohimah yang ketakutan. "Stop !! Berdiri !!" Bentak Alya, tangannya menarik lengan Budhe Rohimah dengan kasar agar wanita paruh baya itu berdiri. Tak hanya itu jari-jari Alya mencengkram dengan erat lengan atas Budhe Rohimah.

Kesal karena rencananya gagal, melihat Budhe Rohimah Alya semakin naik pitam. "Kamu jangan berbohong padaku !! Apa yang kamu dengar tadi huh ?!" Alya terus memaksa Budhe Rohimah agar mengaku. Cengkraman tangan nya semakin kuat membuat wanita tua itu meringis dan merintih kesakitan.

Alya mendorong Budhe Rohimah hingga jatuh tersungkur dan tak sengaja kening nya membentur meja hingga berdarah. "Non... Ampun Non.. sshh... Bibi tidak sengaja tadi." Bahkan telapak tangan wanita tua itu sudah menyatu di depan dada memohon ampun.

"Jadi kamu dengar semua yang aku bicarakan ?!!" Mata Alya sudah melotot seram seperti gambar ikon kaos khas Bali.

"I-iiya Non... Tapi Bibi tidak sengaja, tolong ampuni Bibi Non." Air mata yang mengalir dari kedua mata tua Budhe Rohimah tak membuat gadis itu merasa iba.

"Bagus... " Alya tersenyum sinis.

"Sekarang kamu ikut aku...!! Ini semua gara-gara keponakan sialan mu itu. Daripada aku semakin muak melihat mu lebih baik kamu tidur digudang. Itu akan membuat ku lebih senang dan puas hahaha." Alya menyeret wanita tua itu dengan paksa berjalan menuruni tangga. Budhe Rohimah terus memberontak tahu jika gudang halaman belakang sangat tidak aman bahkan beberapa kali ular memasuki gudang itu.

"Non... Ampun Non... Jangan..." Budhe Rohimah terus memohon. Takut benar-benar dikunci di dalam gudang, wanita tua itu memberontak saat menuruni tangga hingga kaki nya terpeleset. Tidak mau jatuh Alya berpegangan pada railing tangga dan melepaskan tangan Budhe Rohimah.

"Aaaa...!!" Jerit Budhe Rohimah ketika tahu kaki nya terpeleset dan akan jatuh.

Bruk....!!!

Malang sekali nasib wanita paruh baya itu, jatuh berguling dari dua anak tangga paling atas hingga ke bawah. Kepalanya bersimbah darah akibat benturan cukup keras mengenai beberapa anak tangga.

Mulut Alya terbuka lebar bersamaan dengan kelopak matanya yang terbuka lebar dan alis nya yang naik ke atas. Pembantu nya jatuh dari tangga yang cukup tinggi. Bukan sedih atau cemas justru senyum miring diperlihatkan saat wanita tua itu sudah tergeletak di lantai satu.

"Itu lah yang ku inginkan terjadi pada keponakan sialan mu. Tak masalah perempuan itu lolos, anggap saja kegagalan ku, kamu lah yang menanggung nya. Cih... Hahaha." Kekehan kecil keluar dari bibir Alya.

Gadis itu berjalan turun dari tangga menuju luar rumah. Dipanggil nya Pak Jajak yang sedang berjaga di luar rumah.

"Pak, Bibi jatuh di dalam urus sana, aku harus pergi ada urusan." Alya dengan santai memanggil satpam rumah nya kemudian masuk ke dalam rumah lagi dan menuju kamar mengambil tas, kunci mobil dan ponsel nya.

"Non... Jatuh bagaimana ?" Tanya Pak Jajak bingung tapi tak mendapat jawaban dari Alya.

"Paling juga kesandung saja biasanya Bibi kan seperti itu." Gumam Pak Jajak yang melihat ekspresi dari nona nya yang sangat santai pikir Pak Jajak Budhe Rohim hanya jatuh biasa saja.

Alya keluar menggunakan mobil nya. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun. Entah gadis cantik itu pergi ke mana tidak ada yang tahu karena tak berpamitan sama sekali dengan penghuni rumah nya.

Beberapa jam berlalu hingga hampir sore Pak Jajak merasa haus, berniat untuk meminta tolong pada Budhe Rohimah untuk membuatkan kopi untuk nya.

Masuk melalui pintu samping menuju dapur. "Bi... Bi Imah !! Biasa Bi tolong buatkan kopi ya." Ucap Pak Jajak.

Kening pria paruh baya itu mengkerut, tidak ada jawaban dari rekan kerjanya sama sekali. Berniat mencari ke kamar wanita tua itu, mengetuk pintu kamar Budhe Rohimah pun sama nihil tidak ada jawaban.

"Jangan-jangan Bibi jatuh dari tadi lalu pingsan tidak bangun-bangun." Gumam Pak Jajak mengingat ucapan Alya tadi siang.

Pak Jajak menerobos masuk ke dalam kamar Budhe Rohimah tapi kamar itu kosong. Keluar lagi ke tempat-tempat yang biasa Budhe Rohimah melakukan pekerjaan rumah.

Semua tempat yang biasa Budhe Rohimah sambangi di rumah itu nihil. Pak Jajak berjalan menuju ke ruang tengah. Betapa terkejutnya pria itu melihat lantai bersimbah darah dengan tubuh wanita tua yang tergeletak di lantai.

"Astaga...!! Bi... Bibi..!!" Teriak Pak Jajak mendekati Budhe Rohimah.

Wajah Budhe Rohimah terlihat sangat pucat. Pak Jajak semakin ketakutan melihat kondisi rekan kerjanya. "Aduh... Ini masih hidup atau sudah meninggal ya ?" Pak Jajak bingung sendiri. Kaki nya bergerak maju mundur merasa ragu mendekati Budhe Rohimah. Takut jika wanita tua itu meninggal dirinya yang menjadi tersangka pembunuhan.

Degup jantung Pak Jajak berdetak lebih cepat, nafas nya tak beraturan. "Harus di cek kalau ternyata masih hidup dan tidak seegra di tolong bisa benar-benar meninggal dia." Gumam Pak Jajak. Dengan ragu-ragu pria paruh baya itu mendekatkan jari telunjuk nya pada hidung Budhe Rohimah tanpa menyentuh sedikitpun kulit Budhe Rohimah.

"Hah ? Masih hidup !!." Reflek Pak Jajak sedikit berteriak. Ada rasa lega di hati nya Budhe Rohimah masih hidup.

Berlari keluar mencari pertolongan, sebuah mobil pick up melintas di depan gerbang rumah Tuan nya. Dengan cepat dicegatnya mobil itu. Tidak ada waktu pilih-pilih mobil yang terpenting Budhe Rohimah terselamatkan.

"Stop...!! Stop...!! Pak... Pak..." Tangan pendek dan gemuk itu melambai-lambai mencegat mobil pick up itu. Wajah panik nya membuat si pengemudi menghentikan mobilnya.

"Ada apa Pak ?" Tanya si pengemudi pick up.

"Pak... Tolong saya. Di dalam ada teman saya yang kecelakaan butuh bantuan segera. Tolong bantu bawa ke rumah sakit. Ayo cepat Pak." Pinta Pak Jajak memohon, wajah nya begitu memelas sehingga membuat si pengemudi dan dua orang anak buah nya turun dan masuk ke dalam rumah Satya menolong Budhe Rohimah.

Mereka pun terkejut melihat banyak darah bersimbah di lantai dan wajah pucat Budhe Rohimah. "Wah Pak... Harus ceoat dibawa ini. Hembusan nafas nya sudah melemah." Ucap anak buah si pengemudi pick up.

Keempat pria itu dengan sigap mengangkat Budhe Rohimah dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Pak Jajak tak perduli jika seragam Satpam nya terkena noda darah. Rasa perikemanusiaan nya lebih mendominasi saat ini. Pak Jajak berdoa dalam hati semoga rekan kerja yang sudah bertahun-tahun bekerja bersama nya masih bisa bertahan.

****

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Bagaimana kondisi Budhe Rohimah ? Apakah masih bisa terselamatkan ? Simak terus kelanjutan ceritanya !!!

Terimakasih buat para reader setia.

Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.

Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏

Terpopuler

Comments

Nanik Rusmini

Nanik Rusmini

bude terlalu lelet, klu SDH begini mau apa coba uuhhh

2022-08-01

0

Shuhairi Nafsir

Shuhairi Nafsir

bodoh dan lembab banget cerita nya. mendatar aje. tajuk novel nya sangat keren tapi ceritanya yg hambar.

2022-03-30

0

Sugi Harti

Sugi Harti

bude Rohimah jangan di bikin mati biar si Alya bisa di adili

2022-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Insiden
2 Bab 2. Hamil.
3 Bab 3. Pertahanan Hidup Belva
4 Bab 4. Kembali Ke Indonesia
5 Bab 5. Kemenangan Dari Kaili
6 Bab 6. Bersaing Dengan Bocah
7 Bab 7. Sketsa Kaila
8 Bab 8. Orang Misterius
9 Bab 9. Bertemu Budhe Rohimah
10 Bab 10. Rindu dan Haru
11 Bab 11. Bela Diri dan Bujuk Rayu Kaili
12 Bab 12. Kaila Merajuk, Grace Mengomel
13 Bab 13. Bertemu Dengannya
14 Bab 14. Siapa Perempuan Itu, Kenapa Bocah Itu
15 Bab 15. Pertengkaran Sonia dan Satya
16 Bab 16. Bertemu Budhe Rohimah Lagi
17 Bab 17. Ketahuan Alya
18 Bab 18. Dendam Lama Bersemi Kembali
19 Bab 19. Perjalanan Bisnis Satya
20 Bab 20. Ditanggung Budhe Rohimah
21 Bab 21. Kabar Duka
22 Bab 22. Penyelidikan Dimulai
23 Bab 23. Bertemu Alya 1
24 Bab 24. Bertemu Alya 2
25 Bab 25. Rencana Belva dan Keluarga Hector
26 Bab 26. Bertemu Satya Lagi
27 Bab 27. Tuan Hector Kembali Ke Paris
28 Bab 28. Tebakan Satya
29 Bab 29. Tatapan Kagum Satya
30 Bab 30. Tinggal Bersama Saudara Jauh
31 Bab 31. Mulai Merangkak
32 Bab 32. Goncangan Awal Bisnis
33 Bab 33. Perlombaan Bela Diri
34 Bab 34. Kesedihan Mami Dibayar Kaili
35 Bab 35. Kedatangan Nyonya Dimitri
36 Bab 36. Perintah Yang Memalukan Diri Sendiri
37 Bab 37. Tumbang
38 Bab 38. Anak Pengertian
39 Bab 39. Kedatangan Sonia
40 Bab 40. Seperti Perhatian Ayah
41 Bab 41. Alya Cari Gara-Gara
42 Bab 42. Pertemuan Belva Sonia
43 Bab 43. Fitnah Pelakor
44 Bab 44. Tidak Punya Ayah
45 Bab 45. Gadis Kecil
46 Bab 46. Boleh kah ?
47 Bab 47. Kemarahan Kaili
48 Bab 48. Menenangkan Diri
49 Bab 49. Semua Baik-baik Saja
50 Bab 50. Menegang
51 Bab 51. Dilirik Brand Terkenal
52 Bab 52. Tak Sengaja
53 Bab 53. Penasaran
54 Bab 54. Lelang
55 Bab 55. Musuh Dalam Selimut
56 Bab 56. Mode Iblis
57 Bab 57. Let's Play
58 Bab 58. Bukti Nyata
59 Bab 59. Kecelakaan
60 Bab 60. Fakta Baru Lagi
61 Bab 61. Kepanikan
62 Bab 62. Cerita Budhe Rohimah
63 Bab 63. Sadar
64 Bab 64. Panggilan Kesayangan
65 Bab 65. Berbagai Sabun
66 Bab 66. Memulai Karmanya
67 Bab 67. Penyakit Menular
68 Bab 68. Sudah Punya Papi
69 Bab 69. Cucu atau Anak
70 Bab 70. Tak Bisa Menahan
71 Bab 71. Papi Sungguhan
72 Bab 72. Mantan Anak
73 Bab 73. Kamar Baru
74 Bab 74. Pengakuan Satya
75 Bab 75. Kepulangan Kaila
76 Bab 76. Pingsan
77 Bab 77. Memasak Bersama
78 Bab 78. Ayam Kuah Kuning
79 Bab 79. Berbagi Ranjang & Selimut
80 Bab 80. Membangunkan Daddy
81 Bab 81. Potret Keluarga Harmonis
82 Bab 82. Mendidik Duo Kay
83 Bab 83. Tak Bersuami
84 Bab 84. Bermain Busa
85 Bab 85. Kejadian Lama
86 Bab 86. Membiasakan Diri
87 Bab 87. Apartemen
88 Bab 88. Demam
89 Bab 89. Skin To Skin
90 Bab 90. Morning Kiss
91 Bab 91. Ultimatum
92 Bab 92. Urat Kewarasan
93 Bab 93. Salep Anti Memar
94 Bab 94. Penolakan
95 Bab 95. Sibuk
96 Bab 96. Desas-desus
97 Bab 97. Private Room
98 Bab 98. Penjelasan
99 Bab 99. Istri Durhaka
100 Bab 100. Monster Berwajah Cantik
101 Bab 101. Sepakat
102 Bab 102. Mas
103 Bab 103. Lapar
104 Bab 104. Tunawisma
105 Bab 105. Gugup
106 Bab 106. Calon Mertua
107 Bab 107. Lampu Hijau
108 Bab 108. Mulai Bereaksi
109 Bab 109. Curiga
110 Bab 110. Persiapan Kejutan
111 Bab 111. Surprise 1
112 Bab 112. Surprise 2
113 Bab 113. Digrebeg
114 Bab 114. Istimewa Tapi Sederhana
115 Bab 115. Nyonya Baru
116 Bab 116. Kabur
117 Bab 117. Peperangan
118 Bab 118. Barang Langka
119 Bab 119. Muntah
120 Bab 120. Mulai Menderita
121 Bab 121. Menemukan Bantalan
122 Bab 122. Jentik-Jentik
123 Bab 123. Bibit Ancaman
124 Bab 124. Si Japus
125 Bab 125. Satu Saja Tidak Habis
126 Bab 126. Roda Itu Berputar
127 Bab 127. Wanita Santai
128 Bab 128. Alamat Puasa
129 Bab 129. Sarita
130 Bab 130. Kekhawatiran
131 Bab 131. Pertengkaran Pertama
132 Bab 132. Diduga Orang Ketiga
133 Bab 133. Sama-sama Salah Paham
134 Bab 134. Babak Baru
135 Bab 135. Tragedi Lantai Becek
136 Bab 136. Kejadian Sebenarnya
137 Bab 137. Permintaan Maaf
138 Bab 138. Sarita Lagi
139 Bab 139. Meluapkan Emosi
140 Bab 140. Keputusan Satya
141 Bab 141. Jebakan
142 Bab 142. Christina Diora
143 Bab 143. Tergantung Servis
144 Bab 144. Kabar Duka
145 Bab 145. Peristirahatan Terakhir
146 Bab 146. Kebesaran Hati
147 Bab 147. Di Atas Rata-Rata
148 Bab 148. Prestasi
149 Bab 149. Ulang Tahun
150 Bab 150. Semi Mudik
151 Bab 151. Menangis
152 Bab 152. Kejutan
153 Bab 153. Terpantau
154 Bab 154. Barang Antik
155 Bab 155. Keracunan.
156 Bab 156. Jangan-jangan
157 Bab 157. Dua Bulan
158 Bab 158. Menjadi Ayah Kembali
159 Bab 159. Ingin Bertemu
160 Bab 160. Kedatangan Roichi
161 Bab 161. Terapi Kejut
162 Bab 162. Bayi Malang
163 Bab 163. Lalai
164 Bab 164. Menyelamatkan Jasmine
165 Bab 165. Mabuk Udara
166 Bab 166. Rujak
167 Bab 167. Ayam Geprek
168 Bab 168. Ide Tak Sengaja
169 Bab 169. Detik-Detik Nasib Bayi Malang
170 Bab 170. Bujang Lapuk
171 Bab 171. Ular
172 Bab 172. Memasak Bersama
173 Bab 173. Menengok Adik Bayi
174 Bab 174. Dendam Pribadi
175 Bab 174. Lebih Bar-Bar
176 Bab 176. Urusan Lelaki
177 Bab 177. Penasaran
178 Bab 178. Surat Perjanjian
179 Bab 179. Ajisaka Alexi Balakosa
180 Bab 180. Ternyata Arsitek Andalan
181 Bab 181. Siwi
182 Bab 182. Banjir
183 Bab 183. Frustasi
184 Bab 184. Bandung
185 Bab 185. Rahasia
186 Bab 186. Welcome Home Baby As
187 Bab 187. Kereta Cepat
188 Bab 188. Mulai Tercium
189 Bab 189. Pemilik Sah
190 Bab 190. Malam Terakhir Di Bali
191 Bab 191. Perkenalan
192 Bab 192. Santai
193 Bab 193. Pemeriksaan
194 Bab 194. Penculikan
195 Bab 195. Rencana Barter
196 Bab 196. Awal Kebahagiaan Siwi
197 Bab 197. Syok
198 Bab 198. Kabar Panik
199 Bab 199. Keputusan Tuan Hector
200 Bab 200. Keputusan Mutlak
201 Bab 201. Mengamuk
202 Bab 202. Memantau
203 Bab 203. Adakah Harapan?
204 Bab 204. Belum Usai
205 Bab 205. Bertemu Istri
206 Bab 206. Flashback Part 1
207 Bab 207. Flashback Part 2
208 Bab 208. Terseret Semua
209 Bab 209. Cuek
210 Bab 210. Patah Tulang Ringan
211 Bab 211. Membandelnya Biang Rusuh
212 Bab 212. Alarm Emergency
213 Bab 213. Drama Persalinan
214 Bab 214. Keributan Bella Jordi
215 Bab 215. Balas Dendam Dimulai
216 Bab 216. Saus Yang Menempel
217 Bab 217. Kebahagiaan Siwi & Satya
218 Bab 218. Pewaris Utama
219 Bab 219. Selesai
Episodes

Updated 219 Episodes

1
Bab 1. Insiden
2
Bab 2. Hamil.
3
Bab 3. Pertahanan Hidup Belva
4
Bab 4. Kembali Ke Indonesia
5
Bab 5. Kemenangan Dari Kaili
6
Bab 6. Bersaing Dengan Bocah
7
Bab 7. Sketsa Kaila
8
Bab 8. Orang Misterius
9
Bab 9. Bertemu Budhe Rohimah
10
Bab 10. Rindu dan Haru
11
Bab 11. Bela Diri dan Bujuk Rayu Kaili
12
Bab 12. Kaila Merajuk, Grace Mengomel
13
Bab 13. Bertemu Dengannya
14
Bab 14. Siapa Perempuan Itu, Kenapa Bocah Itu
15
Bab 15. Pertengkaran Sonia dan Satya
16
Bab 16. Bertemu Budhe Rohimah Lagi
17
Bab 17. Ketahuan Alya
18
Bab 18. Dendam Lama Bersemi Kembali
19
Bab 19. Perjalanan Bisnis Satya
20
Bab 20. Ditanggung Budhe Rohimah
21
Bab 21. Kabar Duka
22
Bab 22. Penyelidikan Dimulai
23
Bab 23. Bertemu Alya 1
24
Bab 24. Bertemu Alya 2
25
Bab 25. Rencana Belva dan Keluarga Hector
26
Bab 26. Bertemu Satya Lagi
27
Bab 27. Tuan Hector Kembali Ke Paris
28
Bab 28. Tebakan Satya
29
Bab 29. Tatapan Kagum Satya
30
Bab 30. Tinggal Bersama Saudara Jauh
31
Bab 31. Mulai Merangkak
32
Bab 32. Goncangan Awal Bisnis
33
Bab 33. Perlombaan Bela Diri
34
Bab 34. Kesedihan Mami Dibayar Kaili
35
Bab 35. Kedatangan Nyonya Dimitri
36
Bab 36. Perintah Yang Memalukan Diri Sendiri
37
Bab 37. Tumbang
38
Bab 38. Anak Pengertian
39
Bab 39. Kedatangan Sonia
40
Bab 40. Seperti Perhatian Ayah
41
Bab 41. Alya Cari Gara-Gara
42
Bab 42. Pertemuan Belva Sonia
43
Bab 43. Fitnah Pelakor
44
Bab 44. Tidak Punya Ayah
45
Bab 45. Gadis Kecil
46
Bab 46. Boleh kah ?
47
Bab 47. Kemarahan Kaili
48
Bab 48. Menenangkan Diri
49
Bab 49. Semua Baik-baik Saja
50
Bab 50. Menegang
51
Bab 51. Dilirik Brand Terkenal
52
Bab 52. Tak Sengaja
53
Bab 53. Penasaran
54
Bab 54. Lelang
55
Bab 55. Musuh Dalam Selimut
56
Bab 56. Mode Iblis
57
Bab 57. Let's Play
58
Bab 58. Bukti Nyata
59
Bab 59. Kecelakaan
60
Bab 60. Fakta Baru Lagi
61
Bab 61. Kepanikan
62
Bab 62. Cerita Budhe Rohimah
63
Bab 63. Sadar
64
Bab 64. Panggilan Kesayangan
65
Bab 65. Berbagai Sabun
66
Bab 66. Memulai Karmanya
67
Bab 67. Penyakit Menular
68
Bab 68. Sudah Punya Papi
69
Bab 69. Cucu atau Anak
70
Bab 70. Tak Bisa Menahan
71
Bab 71. Papi Sungguhan
72
Bab 72. Mantan Anak
73
Bab 73. Kamar Baru
74
Bab 74. Pengakuan Satya
75
Bab 75. Kepulangan Kaila
76
Bab 76. Pingsan
77
Bab 77. Memasak Bersama
78
Bab 78. Ayam Kuah Kuning
79
Bab 79. Berbagi Ranjang & Selimut
80
Bab 80. Membangunkan Daddy
81
Bab 81. Potret Keluarga Harmonis
82
Bab 82. Mendidik Duo Kay
83
Bab 83. Tak Bersuami
84
Bab 84. Bermain Busa
85
Bab 85. Kejadian Lama
86
Bab 86. Membiasakan Diri
87
Bab 87. Apartemen
88
Bab 88. Demam
89
Bab 89. Skin To Skin
90
Bab 90. Morning Kiss
91
Bab 91. Ultimatum
92
Bab 92. Urat Kewarasan
93
Bab 93. Salep Anti Memar
94
Bab 94. Penolakan
95
Bab 95. Sibuk
96
Bab 96. Desas-desus
97
Bab 97. Private Room
98
Bab 98. Penjelasan
99
Bab 99. Istri Durhaka
100
Bab 100. Monster Berwajah Cantik
101
Bab 101. Sepakat
102
Bab 102. Mas
103
Bab 103. Lapar
104
Bab 104. Tunawisma
105
Bab 105. Gugup
106
Bab 106. Calon Mertua
107
Bab 107. Lampu Hijau
108
Bab 108. Mulai Bereaksi
109
Bab 109. Curiga
110
Bab 110. Persiapan Kejutan
111
Bab 111. Surprise 1
112
Bab 112. Surprise 2
113
Bab 113. Digrebeg
114
Bab 114. Istimewa Tapi Sederhana
115
Bab 115. Nyonya Baru
116
Bab 116. Kabur
117
Bab 117. Peperangan
118
Bab 118. Barang Langka
119
Bab 119. Muntah
120
Bab 120. Mulai Menderita
121
Bab 121. Menemukan Bantalan
122
Bab 122. Jentik-Jentik
123
Bab 123. Bibit Ancaman
124
Bab 124. Si Japus
125
Bab 125. Satu Saja Tidak Habis
126
Bab 126. Roda Itu Berputar
127
Bab 127. Wanita Santai
128
Bab 128. Alamat Puasa
129
Bab 129. Sarita
130
Bab 130. Kekhawatiran
131
Bab 131. Pertengkaran Pertama
132
Bab 132. Diduga Orang Ketiga
133
Bab 133. Sama-sama Salah Paham
134
Bab 134. Babak Baru
135
Bab 135. Tragedi Lantai Becek
136
Bab 136. Kejadian Sebenarnya
137
Bab 137. Permintaan Maaf
138
Bab 138. Sarita Lagi
139
Bab 139. Meluapkan Emosi
140
Bab 140. Keputusan Satya
141
Bab 141. Jebakan
142
Bab 142. Christina Diora
143
Bab 143. Tergantung Servis
144
Bab 144. Kabar Duka
145
Bab 145. Peristirahatan Terakhir
146
Bab 146. Kebesaran Hati
147
Bab 147. Di Atas Rata-Rata
148
Bab 148. Prestasi
149
Bab 149. Ulang Tahun
150
Bab 150. Semi Mudik
151
Bab 151. Menangis
152
Bab 152. Kejutan
153
Bab 153. Terpantau
154
Bab 154. Barang Antik
155
Bab 155. Keracunan.
156
Bab 156. Jangan-jangan
157
Bab 157. Dua Bulan
158
Bab 158. Menjadi Ayah Kembali
159
Bab 159. Ingin Bertemu
160
Bab 160. Kedatangan Roichi
161
Bab 161. Terapi Kejut
162
Bab 162. Bayi Malang
163
Bab 163. Lalai
164
Bab 164. Menyelamatkan Jasmine
165
Bab 165. Mabuk Udara
166
Bab 166. Rujak
167
Bab 167. Ayam Geprek
168
Bab 168. Ide Tak Sengaja
169
Bab 169. Detik-Detik Nasib Bayi Malang
170
Bab 170. Bujang Lapuk
171
Bab 171. Ular
172
Bab 172. Memasak Bersama
173
Bab 173. Menengok Adik Bayi
174
Bab 174. Dendam Pribadi
175
Bab 174. Lebih Bar-Bar
176
Bab 176. Urusan Lelaki
177
Bab 177. Penasaran
178
Bab 178. Surat Perjanjian
179
Bab 179. Ajisaka Alexi Balakosa
180
Bab 180. Ternyata Arsitek Andalan
181
Bab 181. Siwi
182
Bab 182. Banjir
183
Bab 183. Frustasi
184
Bab 184. Bandung
185
Bab 185. Rahasia
186
Bab 186. Welcome Home Baby As
187
Bab 187. Kereta Cepat
188
Bab 188. Mulai Tercium
189
Bab 189. Pemilik Sah
190
Bab 190. Malam Terakhir Di Bali
191
Bab 191. Perkenalan
192
Bab 192. Santai
193
Bab 193. Pemeriksaan
194
Bab 194. Penculikan
195
Bab 195. Rencana Barter
196
Bab 196. Awal Kebahagiaan Siwi
197
Bab 197. Syok
198
Bab 198. Kabar Panik
199
Bab 199. Keputusan Tuan Hector
200
Bab 200. Keputusan Mutlak
201
Bab 201. Mengamuk
202
Bab 202. Memantau
203
Bab 203. Adakah Harapan?
204
Bab 204. Belum Usai
205
Bab 205. Bertemu Istri
206
Bab 206. Flashback Part 1
207
Bab 207. Flashback Part 2
208
Bab 208. Terseret Semua
209
Bab 209. Cuek
210
Bab 210. Patah Tulang Ringan
211
Bab 211. Membandelnya Biang Rusuh
212
Bab 212. Alarm Emergency
213
Bab 213. Drama Persalinan
214
Bab 214. Keributan Bella Jordi
215
Bab 215. Balas Dendam Dimulai
216
Bab 216. Saus Yang Menempel
217
Bab 217. Kebahagiaan Siwi & Satya
218
Bab 218. Pewaris Utama
219
Bab 219. Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!