Bangga sekali dirasakan oleh Belva atas kedua buah hatinya. Mereka selalu bisa membantu Belva saat dirinya membutuhkan bantuan. Terutama Kaila yang selalu terjun langsung membantu Belva karena memang pekerjaan Belva sama seperti kecerdasan yang dimiliki Kaila.
Sedangkan Kaili memang tidak secara langsung membantu Belva karena jalur pekerjaan yang berbeda dengan nya. Tapi justru sejalur dengan kakek angkat nya. Meski begitu Kaili selalu menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk keluarga kecil nya.
Percaya atau tidak, selama Belva melahirkan kedua buah hatinya di dalam keluarga Tuan Hector. Sejak itu pula Belva selalu menolak uang pemberian Tuan Hector. Maka dari itu Nyonya Hector yang melihat kemampuan yang dimiliki Belva, beliau membantu mengasah kemampuan gadis itu dulu. Sehingga karena Belva menolak uang pemberian nya jadi Nyonya Hector memberikan penawaran untuk bekerja di butiknya.
Orang-orang di luar melihat Belva adalah anak dari tuan Hector yang kaya sehingga hidup nya nyaman dan enak. Tapi sesungguhnya untuk pemenuhan hidup nya sehari-hari Belva mencari uang sendiri dengan kerja kerasnya bekerja di butik Nyonya Hector.
Sikap rendah hati nya masih menempel dalam diri Belva mengingat asal usul nya yang dari kampung dan hanya orang rendahan. "Bi, mau kemana ?" Tanya Belva yang melihat wanita paruh baya yang sudah rapi dengan membawa tas cukup besar yang berbahan plastik.
"Oh non, Bibi kaget. Ini Bibi mau ke pasar tradisional beberapa bahan dapur habis."
"Pasar ? Boleh aku ikut menemani Bibi ?" Satu nama tempat yang membuat Belva tertarik. Tempat itu adalah salah satu tempat yang dirindukan oleh Belva.
"Tapi Non, disana bau dan juga kotor. Non, tidak akan betah berlama-lama disana." Bibi khawatir karena Nona nya baru saja datang dari luar negeri jadi kemungkinan besar bersinggungan dengan tempat-tempat sederhana itu akan membuat Nona nya tidak nyaman pikir nya.
"Tidak Bi, justru aku sangat menginginkan untuk pergi ke tempat itu. Selama di Perancis aku tak pernah bisa menemui pasar seperti di Indonesia. Jadi, aku ingin ikut boleh ya.?" Belva tetap memohon untuk bisa ikut menemani pembantu rumah tangga nya.
"Lalu Nona kecil dan Tuan kecil bagaimana ?"
"Biar mereka di rumah saja. Ada Bella yang menjaga aku takut mereka belum terbiasa. Kapan-kapan setelah aku ikut dengan Bibi aku bisa membawa mereka sendiri ke pasar." Sekalian Belva survei lapangan terlebih dahulu. Sebelum memastikan sendiri untuk anak-anak nya.
Bibi tidak bisa menolak karena Bibi kepala mengangguk kan kepala sebagai ijin untuk menerima Nona nya ikut. Bibi kepala adalah kepala pelayan di rumah keluarga Hector. Dia lebih tahu asal usul kedatangan Belva dari awal pertama kedatangan perempuan itu.
Senang sekali rasanya bisa mendapatkan ijin untuk ikut ke pasar tradisional. Dengan di antar oleh sopir keluarga Hector seperti biasa jika para pembantu rumah tangga belanja.
Menginjakkan kaki di pasar seperti dulu, membuat Belva mengenang masa lalu nya saat berbelanja di pasar bersama Budhe Rohimah. Senyum sedih itu muncul meski hanya tipis saja. Lagi-lagi rasa rindu terhadap Budhe Rohimah meraba hati nya.
"Non... Non yakin mau ikut masuk ke pasar ? Disana becek jalan nya non apalagi ini tadi habis hujan." Tanya Bibi ragu jika Nona nya bisa masuk ke dalam pasar.
"Yakin Bibi. Tidak apa-apa aku memakai sendal jika becek nanti bisa cuci kaki. Ayi kita masuk dan berbelanja kebutuhan dapur." Belva menggandeng bibi masuk ke dalam pasar. Perlakuan Belva semakin membuat bibi menjadi tidak enak.
"Ya ampun Non ini sungguh rendah hati sekali. Tidak malu berada disini bahkan menggandeng tangan pembantu." Batin bibi dalam hati.
Perbedaan penampilan yang cukup terlihat antara Belva dan bibi. Meski Belva hanya menggunakan celana kulot dengan panjang 7/8 warna hitam yang kontras dengan kulitnya yang putih dan kaos berwarna putih pas dengan tubuh nya sudah membuat semua orang berfikir jika Belva bukan perempuan dari kelas rendahan.
Banyak mata memperhatikan wajah cantik dan tubuh bersih Belva. Perempuan itu memang sejak dulu sudah cantik dan berkulit putih. Cukup lama tinggal di luar negeri membuat kulitnya semakin terlihat bersih ditambah penampilan nya yang semakin modis.
"Kita beli apa dulu Bi ?" Tanya Belva melirik bermacam-macam barang yang di jual di beberapa lapak.
"Beli sayur dulu Non nanti baru beli daging di sebelah belakang sana." Jawba Bibi mulai memilih beberapa sayur hijau segar.
Belva ikut memilih sayur mayur. Berbelanja di pasar adalah kesukaan nya karena bisa mendapatkan banyak sayuran segar dan harga murah. Bahkan kemampuan Belva untuk tawar menawar pun masih melekat dalam dirinya. Sehingga barang belanjaan sayur, bumbu dapur dan beberapa keperluan lain lebih banyak hasil dari aksi tawar menawar dari Belva.
"Wah Non, Bibi tidak menyangka kalau Non pintar sekali tawar-menawar." Bibi kagum dengan kemampuan tawar menawar Belva yang cukup apik. Tidak terlalu membunuh harga pedagang tapi tetap bisa mendapatkan harga murah untuk dirinya sendiri.
"Hehehe... Sudah ku bilang aku sangat senang jika Bibi mengijinkan ku ikut ke pasar. Aku senang berbelanja di pasar Bi. Kita bisa dapat harga murah dan bahan-bahan yang segar. Lagi pula belanja di pasar itu kita bisa dapat barang lebih banyak porsinya ketimbang di supermarket."
Bibi hanya manggut-manggut mendengar penuturan Nona nya. Tak menyangka anak orang kaya seperti Belva bisa berbelanja di pasar pikir Bibi dan itu semakin membuat Bibi bertambah kagum.
"Sekarang kita beli daging kan Bi ? Daging ayam atau sapi ?" Tanya Belva karena ada dua lapak penjual daging.
"Kita beli dua-duanya Non."
Kedua nya berjalan menuju lapak penjual daging. Barang yang harus di beli untuk terakhir kalinya sebelum kembali ke rumah. Selesai dengan daging mereka akhirnya berjalan pulang ke rumah. Ternyata barang belanjaan merek banyak melebihi tas yang dibawa Bibi sehingga ada beberapa kantong plastik yang harus dibawa. Belva membantu untuk membawakan beberapa kantong plastik itu dengan paksa karena bibi sedari tadi melarang nya. Tapi apalah daya Bibi tidak berani menolak kemauan Nona nya.
Berjalan menyusuri jalanan pasar yang sempit Belva tak pernah mengeluh sama sekali. Dari kejauhan sedari tadi ada seseorang yang melihat Belva. Penasaran dengan orang yang dilihatnya dia langsung berlari mengikuti orang yang dirasa dikenal nya. Terus memanggil hingga banyak orang memperhatikan nya.
BRUK..!!
"Belva...!! Sshh... Aduh kaki ku." Rintih orang itu yang terjatuh karena tersandung.
"Belva...!! Belva...!!" Orang itu terus memanggil sekuat-kuatnya.
Belva merasa sedari tadi namanya dipanggil menghentikan langkahnya. Menengok ke kiri dan kanan tidak ada siapapun. Banyak orang-orang pasar berjalan lalu lalang tidak ada tanda-tanda orang memanggilnya.
"Non, ada apa ? Ayo kita segera pulang ini sudah siang." Ajak Bibi.
"Ah iya ayo Bi kita pulang." Belva kembali melanjutkan langkah nya. Tapi hati nya bergumam. "Seperti nya tadi ada yang memanggil ku."
"Belva ...!!" Orang itu memanggil kembali dengan masih terduduk di tanah karena kaki nya sangat sakit sekali. Orang-orang pasar tak segera menolong nya justru memperlihatkan karena sedari tadi berteriak-teriak sendiri.
Belva kembali berhenti dan menengok ke arah belakang. Mata nya membulat sempurna. "Budhe.." Ucap Belva lirih air matanya berkaca-kaca.
Belva melihat Budhe nya, Budhe Rohimah keluarga kandung satu-satunya. Yang memanggil Belva sedari tadi adalah Budhe Rohimah.
Langkah cepat Belva menghampiri Budhe Rohimah. Bibi memperhatikan Nona nya dengan bingung. Tapi tetap mengikuti langkah Nona nya menghampiri wanita paruh baya yang sedang terduduk di tanah.
"Budhe... Ya ampun Budhe... Budhe ayo bangun." Meletakkan kantong plastik belanjaan nya dan lebih memilihwmbantu Budhe Rohimah berdiri.
"Aow...sshh.... Belva... Ini benar kamu Nduk ?" Rintihan kesakitan pada kaki nya bercampur dengan keterkejutan dan rasa tak percaya. Keponakan satu-satunya ada di depan matanya.
Air mata Budhe Rohimah menetes deras sembari meraba-raba wajah Belva. Merasa tak percaya keponakan nya masih hidup.
"Budhe....kenapa ? Apa ada yang sakit ?" Tanya Belva khawatir sekaligu haru bisa bertemu dengan keluarga satu-satunya.
"Aw.. aduh...kaki ku." Rintih Budhe Rohimah.
"Non..." Panggil Bibi yang sedari tadi tak mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Siapa wanita paruh baya itu, apa hubungannya dengan Nona nya.
"Bibi... Kita cari tempat duduk dulu ya.. atau minta tolong hubungi Pak Min untuk datang ke sini bawa barang-barang belanjaan kita." Pinta Belva dan dengan cepat Bibi mengangguk melaksanakan perintah Belva menghubungi Pak Min sopir keluarga Hector.
Tak lama Pak Min datang. "Ada apa Marni ?" Tanya Pak Min.
"Min, tolong bawa barang belanjaan ke mobil. Aku harus bantu Nona menolong ibu ini." Ucap Bibi Marni.
"Memang siapa dia Marni ?" Tanya Pak Min lagi.
"Aduh Min, cepat jangan banyak tanya angkat saja dulu barang-barang itu. Ini perintah Nona." Ucap Bibi Marni geregetan. Mendengar itu perintah Belva, Pak Min langsung membawa seluruh barang belanjaan Belva dan Bibi Marni.
"Bibi, minta tolong bawakan barang belanjaan itu ya. Aku harus menuntun Budhe Rohimah dulu." Barang belanjaan Budhe Rohimah dibawa oleh Bibi Marni.
Karena pasar terlalu banyak orang tidak mungkin Belva duduk di sekitar pasar yang ramai. Perlahan Belva membawa Budhe nya ke dalam mobil nya. Budhe Rohimah terkejut dengan mobil mewah yang di tumpangi nya.
"Belva, ini mobil siapa ?" Tanya Budhe Rohimah.
"Tenang Budhe nanti aku ceritakan semua nya. Sekarang kita ke klinik terdekat saja dulu untuk mengobati kaki Budhe." Ucap Belva. Banyak hal yang ingin dilakukan dan diceritakan nya pada Budhe nya itu.
Demikian Budhe Rohimah banyak sekali pertanyaan dalam benak nya untuk keponakan satu-satunya.
"Pak Min, kita ke klinik terdekat ya." Pinta Belva yang di angguki oleh Pak Min. Selain mengangguk dan berkata iya dan siap apalagi yang bisa Pak Min katakan karena dirinya digaji sebagai sopir disini.
Sampai di klinik terdekat, Budhe di tuntun oleh Belva masuk dan segera di tangani oelh dokter klinik. Untung saja kaki nya tidak parah hanya sedikit lecet kecil dan terkilir saja. Menurut dokter dalam waktu satu sampai dua minggu sudah bisa sembuh total.
Belva dan Budhe keluar ruangan setelah pemeriksaan. Mereka duduk di kursi yang ada di klinik tersebut. Pak Min dan Bibi Marni menunggu di mobil.
Satelah duduk Budhe Rohimah menangis dan langsung memeluk Belva. "Hiks... Nduk ini benar-benar kamu ? Ini benar Belva keponakan ku yang cantik ?" Masih tidak percaya bisa memeluk dan menyentuh tubuh keponakan nya.
Seseorang yang dulu pernah dikabarkan meninggal karena bunuh diri dan hanyut di sungai hingga jasad nya tak ditemukan.
"Budhe... Hiks... Iya ini aku Belva. Budhe aku sangat merindukan mu hiks..." Belva juga memeluk budhe nya dengan erat.
Kedua nya saling memeluk dengan erat. Lama sekali mereka berpelukan sama seperti perasaan yang lama sekali sudah terpisah dulu. Rindu yang sering menyelinap masuk di benak mereka masing-masing hari ini terobati. Banyak kata-kata yang ingin sekali terlontar keluar dari mulut masing-masing. Namun, untuk saat ini seolah mulut mereka terkunci kiblat merasakan rindu yang sangat besar.
Sejenak teringat masa lalu, sebuah kenyataan yang menyakitkan bagi Budhe Rohimah atas kepergian keponakan nya. Rasa rindu justru berubah menjadi rasa takut setelah bertemu Belva.
****
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Wah Belva sudah bertemu dengan budhe nya. Mengapa Budhe justru merasa takut bertemu Belva ? Yuk simak terus kelanjutan ceritanya !!!
Terimakasih buat para reader setia.
Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.
Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Nor Azlin
pastinya budhe Rohimah takut kah jerawat majikan nya yang super dingin & kejam tidak berperasaan...mungkin itu juga yang ditakuti nya kerana Belva hamil & mungkin Budhe Rohimah tau siapa yang menjebak nya sehingga Belva hamil ...aku berharap Belva ambulans budhe nya ikut dengan nya biar tidak usah berkerja lagi keluarga satya lagi.. lanjut thor
2023-07-07
0
Shuhairi Nafsir
biar bundhe Rohimah tinggal bersama sama Belva
2022-03-30
3
Martini
mudah mudahan budhenya Belva mau ikut dia ya Thor kasihan sekali
2022-01-06
2