Bab 2. Hamil.

Dua minggu kemudian . . .

"Hoek.. Hoek..."

Perut Belva terasa tak nyaman, seperti diaduk-aduk dan mual saat pagi. Sudah dari kemarin dirinya mengalami mual dan muntah. Budhe menghampiri Belva yang tengah memuntahkan isi lambung yang secara paksa keluar dari mulut nya dan tangan yang mulai keriput itu memijat tengkuk keponakan nya. "Kamu kenapa to Nduk. Dari kemarin muntah-muntah terus. Wajah mu pucat sekali. Kaya wong hamil saja." Ceplos Budhe Rohimah. Sedari kemarin memperhatikan keponakan nya yang selalu muntah di pagi hari.

Deg...!! Belva terdiam, tubuhnya seakan kaku dan detak jantung nya tak beraturan. Hamil ?? Teringat jika bulan ini dirinya belum juga mendapatkan tamu bulanan. Selintas bayangan kembali kejadian malam itu tiba-tiba secara otomatis terputar dalam ingatan nya. "Jangan-jangan apa yang dikatakan Budhe..." Belum selesai dirinya membatin pikiran nya sudah tak karuan. Menggigit bibir bawahnya, bola matanya bergerak kecil kesana kemari dengan wajah yang masih menghadap wastafel. Cemas dan takut menggerayangi sudut hatinya.

Siang ini gadis 17 tahun itu berencana membeli alat tes kehamilan untuk mengecek kebenaran. Membuktikan ketakutan nya saat ini. Bagaimana dengan sekolah nya jika dirinya benar hamil. Masa depannya sudah hancur karena mahkota berharganya telah terenggut secara paksa bukan karena kesuka relaan hatinya. Jika dirinya hamil bertambah hancur lah masa depan gadis itu.

Sampai di apotek Belva disambut dengan senyum ramah seorang wanita yang menjabat sebagai apoteker. "Selamat siang Nona... Ada yang bisa kami bantu ?"

Belva terdiam, lidah nya kaku saat akan mengatakan apa yang akan dibelinya saat ini. Sedikit ragu dan tentunya malu. Garis senyum membentuk huruf U dengan mata beberapa kali berkedip Belva tersenyum paksa. "Mau beli alat tes kehamilan." Jawaban singkat dari Belva.

"Oh baik... Mau merek apa Nona ?" Tanya apoteker ramah itu. Mungkin dalam benak si apoteker bertanya-tanya jika ada seorang gadis muda yang datang dengan tujuan membeli alat tes kehamilan. Apakah hamil ? Apakah melakukan pernikahan dini ? Tapi sebagai apoteker yang memegang prinsip profesional kerja. Pertanyaan pribadi seperti itu selalu urung dilakukan.

"Apa saja... Emh.. Tante saya tidak memberitahukannya." Sebuah alasan yang Belva berikan agar terkesan benda itu bukan untuk dirinya. Tapi bukankah alasan itu terdengar ambigu ?? Tantenya yang menyuruhnya membelikan benda itu untuk kebutuhan tantenya ataukah tantenya tak memberikan informasi jelas atas benda yang dibutuhkan Belva. Entah lah apoteker tak mau ambil pusing.

"Ini ada yang murah dan ada yang mahal. Yang mahal tentu keakuratannya lebih tinggi." Penjelasan singkat dari si apoteker.

"Ini saja." Belva tentu saja lebih memilih benda yang lebih mahal agar lebih yakin mendapatkan bukti atas kejanggalan tubuhnya.

Keesokan paginya, Belva benar-benar mengecek apakah dirinya benar hamil atau tidak. Urine di pagi hari lebih pekat dan kadar hormon HCG nya lebih tinggi sehingga sangat cocok untuk melakukan tes kehamilan. Sesuai petunjuk gadis itu melakukan pengecekan. Rasa cemas dan takut masih setia melekat dihatinya. Belva berdoa dalam hati semoga ketakutan nya tidak benar. Menunggu beberapa saat, benda itu sudah berada pada genggaman tanganya. Matanya terpejam erat dalam hati merapalkan doa. Secara tak sadar mulutnya pun berkomat-kamit seperti membaca mantra yang sebenarnya berkata tanpa suara "jangan hamil...jangan hamil...jangan hamil."

Perlahan mata bulat Belva terbuka, melihat benda yang ada ditangannya iris hitam itu semakin terbuka lebar, mulut nya menganga.

"Hah ?!! Tidak... Tidak... Aku tidak ingin hamil. Ini salah." Kepala Belva menggeleng tak percaya, mulut nya tertutup oleh telapak tangan nya. Air mata bahkan juga sudah menetes dan semakin mengalir deras.

Tubuh Belva lemas dan tak sadarkan diri di dalam kamarnya. Budhe Rohimah yang merasa sedari tadi keponakan nya tak juga kunjung keluar dari kamar langsung menghampiri. Mengetuk pintu tapi tak ada jawaban.

Rasa khawatir menyelinap ke dalam hati wanita paruh baya itu. Sedari kemarin Belva memang pucat dan tak bersemangat. Seperti nya keponakan nya memang sakit. Budhe Rohimah segera membuka pintu kamar Belva, tak terkunci memudahkan nya untuk masuk.

"Belva... Nduk kamu kenapa ?" Panik melihat keponakan nya tergeletak di lantai. Wanita paruh baya itu langsung berlari, mencoba membangunkan Belva. Sejurus kemudian manik mata Budhe Rohimah menatap benda yang ada di dekat tangan Belva sebuah benda tergeletak disana, alat tes kehamilan. Sangat tahu benda apa itu, tangan dengan kulit yang mulai keriput itu mengambil benda persegi panjang itu, mata Budhe Rohimah terbelalak lebar melihat 2 garis merah. "Punya siapa ini ? Apa Belva hamil ?" Syok dengan pemikiran nya sendiri.

Budhe Rohimah memanggil Pak Jajak untuk membantu nya mengangkat Belva. Dirinya tak mampu mengangkat Belva sendirian. Alya yang melihat para pekerja rumah nya berjalan terburu-buru segera mengikuti mereka karena penasaran dua paruh baya berlari ke arah kamar Belva. Alya ikut masuk ke dalam kamar teman nya itu.

"Belva kenapa Bi ?" Tanya Alya tapi tak sengaja ia melihat di atas nakas alat tes kehamilan milik Belva. Gadis berambut sebahu itu melebarkan matanya. Teringat kejadian malam itu dua minggu yang lalu.

"Belva hamil ? Kalau benar dia hamil berarti itu anak Daddy ? Tidak... Ini tidak boleh terjadi. Kalau Daddy menerima kehamilan itu bisa hidup enak dia. Bodoh... Kenapa bisa jadi begini harus nya kan dia sama si Paijo." Gumam Alya dalam hati. Matanya melirik wajah Belva yang pucat lalu beralih turun ke perut Belva yang masih rata.

Budhe Rohimah mengambil minyak kayu putih untk digunakan nya menyadarkan Belva yang masih tak sadarkan diri. Pak Jajak membantu mengambilkan air putih hangat untuk Belva. Sedangkan Alya langsung pergi tanpa kata tanpa ada rasa iba pada gadis yang sudah menjadikan nya teman di sekolah dan mungkin hingga saat ini.

Masuk ke dalam kamar nya sendiri Alya memutar otak nya untuk berfikir bagaimana cara nya agar Daddy nya tak mengetahui hal ini. Ini adalah kesalahan nya, bisa jadi dirinya nanti yang kena amukan dari Daddy nya.

Beberapa hari berlalu, hari ini pria arogan dan dingin itu tak melihat pembantu muda nya bekerja. "Kemana Belva ? Aku tak mau menggaji pegawai yang tidak bekerja dengan baik." Ucap Satya datar dan dingin.

"Emhh... Anu Tuan. Belva sedang sakit jadi tidak bisa membantu saya." Jawab Budhe Rohimah dengan takut-takut tanpa berani menatap Tuan nya. Tangan wanita tua itu saling meremas menyalurkan rasa takut nya.

Alya menatap Budhe Rohimah dan tanpa sengaja mereka saling memandang saat wajah Budhe Rohimah terangkat dari tundukan nya. Mereka tahu apa yang terjadi dengan Belva hingga gadis itu beberapa hari tak bekerja.

Sarapan pagi selesai, Satya pergi bekerja.

"Aku berangkat."

Hanya dua kata yang Satya keluarkan untuk berpamitan. Tidak ada ciuman kening ataupun saling berjabat tangan. Sonia masih sibuk dengan dirinya sendiri dan bermain ponsel. Seperti nya hari ini tidak ada kegiatan bersama teman-teman sosialitanya.

"Bi.. Belva sakit apa ?" Tanya Sonia dengan menoleh sekilas pada Budhe Rohimah. Kesibukan nya pada ponselnya tetap berlanjut. Meski angkuh dan cuek tapi dia merasa penasaran karena dia pun sama tak melihat Belva yang biasanya rajin melakukan pekerjaan yang sudah menjadi tugas sehari-hari gadis itu.

Rencana jahat Alya sudah tersusun di kepalanya. Merasa bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi dirinya.

"Dia... Cuma masuk angin Nyonya." Ucap Budhe Rohimah menutupi fakta. Ia ingin bertanya pada Belva siapa yang menghamili gadis itu terlebih dahulu baru memikirkan cara menyelesaikan masalah ini. Budhe Rohimah bukan tipe orang yang akan menghakimi orang lain dengan sarkas jika belum tahu dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.

"Bukan nya dia hamil ya Bi." Ceplos Alya dengan sengaja. Wajahnya seakan mengejek keadaan Belva saat ini meski tak terlalu nampak. Dalam hati Alya tersenyum sinis. Budhe Rohimah terkejut, Alya membuka masalah yang seharusnya akan ditutupi nya. Pernyataan Alya tak mendapatkan balasan dari Budhe Rohimah.

Wajah Sonia teralihkan dari layar ponsel menjadi menatap wajah Alya. "Hamil ? Maksud nya bagaimana ini Alya jangan asal bicara kamu. Belva anak baik bagaimana bisa hamil." Sonia terkejut dengan ucapan putrinya. Bagaimana mungkin Belva yang teladan bisa hamil sedangkan setahu nya Belva tak pernah pergi kemanapun karena selalu membantu Budhe Rohimah. Dirinya bahkan tak pernah mendengar Belva memiliki kekasih.

Alya memutar bola matanya malas, lagi-lagi ibu nya memuji Belva. Sudut bibir Alya sengaja ditarik paksa kesamping mendorong otot pipinya ke belakang bukan senyum melainkan menunjukan wajah malas. "Ck...Mom, asal Mommy tahu dua minggu yang lalu saat Mommy di Singapura. Belva menggoda Daddy aku melihat nya. Coba saja tanyakan pada nya benar atau tidak." Dengan santai Alya mengarang cerita nya. Duduk bersandar pada kursi meja makan, tangan kirinya terlipat di atas perut untuk menyangga tangan kanannya yang sibuk bermain ponsel. Bahkan kaki kanannya juga bertumpuk pada kaki kiri serta menggoyang-goyangkan pergelangan kaki. Sangat-sangat terlihat santai tak terlihat berbohong sedikitpun.

Mata Budhe Rohimah dan Sonia terbelalak lebar. Sonia menatap tajam ke arah Alya. "Jangan ngarang kamu Alya !! Jangan membuat Mommy marah !!" Nada tinggi Sonia dikeluarkannya saat mendengar penuturan putrinya yang entah benar atau tidak.

"Kenapa Mommy berteriak pada ku ? Kita masuk saja ke kamar Belva dan tanyakan langsung pada nya. Apakah dia tidur dengan Daddy atau tidak." Alya sudah berdiri dan menggandeng tangan Sonia tanpa mendapatkan penolakan dari sang Mommy.

Mereka masuk ke dalam kamar Belva. Budeh Rohimah spontan juga melangkah kan kaki mengikuti kedua majikannya. Gadis itu terbaring lemah dengan wajah yang masih terlihat pucat. Mata nya terbuka saat beberapa orang masuk ke dalam kamar nya. Sorot tajam Sonia di dapatkan Belva.

Sonia langsung menarik tangan Belva. "Bangun Belva !!" Perintah Sonia dengan suara sedikit ketus. Terpaksa dengan tenaga yang masih tersisa akibat kepalanya yang pusing Belva bangun dari ranjang nya.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan Alya dan Sonia pada Belva.

"Heh... Belva kamu beberapa waktu lalu benar kan tidur dengan Daddy ku ?" Tanya Alya, Belva bisa melihat wajah Alya yang berbeda dari biasanya, sorot mata penuh kebencian mampu Belva tangkap.

"Jawab Belva !! Apa benar yang Alya katakan ?!!" Tanya Sonia. Pandangan menyelidik Sonia pada Belva, menunggu jawaban yang diharapkan nya tidak lah benar jika Belva tidur dengan suaminya.

"Jawab !!! Atau lebih baik kamu dan Budhe mu pergi dari sini !!" Bentak Sonia.

Belva menunduk takut, kepala nya mengeleng jangan sampai Budhe nya kehilangan pekerjaan gara-gara dirinya. Terpaksa mau tak mau dia harus mengakuinya tidak ada pilihan lain karena Sonia mengancam akan memecat Budhe Rohimah.

"I-iiya Nyonya. Tap..."

Plak...!! Tangan Sonia dengan ringan melayang tepat ke pipi kiri Belva. Tamparan itu cukup keras hingga wajah gadis cantik itu berpaling ke arah kanan. Terasa panas dan perih pipi itu bahkan terlihat memerah. Air mata Belva menetes demikian pula Budhe Rohimah. Alya gadis licik itu tersenyum miring melihat teman sekolahnya mendapatkan amukan dari sang Mommy.

"Rasakan kamu Belva haha." Gumam Alya dalam hati. Di bersorak senang melihat Belva teraniaya seperti itu.

"Kamu tidak tahu diri !!! Sudah aku biayai hidup mu tapi kamu ngelunjak Belva. Kamu berani menggoda suami ku bahkan sekarang kamu hamil !!" Cengkraman erat pada pipi Belva membuat nya meringis kesakitan sudah mendapatkan tamparan kini ditambah lagi dengan tekanan kuat dari jari-jari lentik Sonia. Tubuh nya masih lemas tapi sudah mendapatkan amukan dan kekerasan. Kelopak mata Belva memejam erat dengan air mata yang masih mengalir.

"PERGI KAMU DARI SINI !!" Teriakan keras Sonia mengusir Belva. Cengkraman erat pada pipi itu dilepas dengan kasar oleh Sonia. Budhe Rohimah sudah menangis sedari tadi melihat keponakan nya dibentak dan diperlukan dengan kasar. Kini keponakan di usir dari rumah ini. Belva pun menangis sesenggukan, walau bagaimanapun dia masih anak-anak belum benar-benar dewasa.

"Nyonya... Belva tidak punya siapa-siapa di kota ini. Hanya saya keluarga satu-satunya hiks..." Budhe Rohimah memohon belas kasih majikannya. Menyatukan kedua tangannya di depan dada. Wajah tua itu terlihat memelas dan penuh kesedihan di dukung oleh air matanya yang mengalir deras.

"Ampun Nyonya... Jangan Nyonya... Jangan usir saya hiks... Hiks... Nanti saya harus tinggal dimana Nyonya." Belva masih saja memohon ampun dan belas kasih dari majikannya. Tanpa sadar tangan Belva memegang tangan Sonia. Dengan kasar Sonia menepis tangan Belva. Bahkan mendorong Belva hingga terjatuh ke belakang untung saja gadis itu terjatuh di atas ranjangnya.

"Jangan pernah menyentuh saya dasar wanita rendah !! Wanita penggoda !!" Sonia menunjuk-nunjuk wajah Belva.

"Akan ku bunuh kamu !! Kamu tidak boleh mengandung anak dari suami ku !!" Sonia mencekik leher Belva. Budhe Rohimah berteriak panik saat Nyonya nya mencekik leher Belva.

"Nyonya !! Jangan Nyonya...!!" Budhe Rohimah berusaha melepaskan tangan Sonia.

Wajah Belva sudah memerah menahan sakit dan mulut nya sudah terbuka akibat nafas yang tercekat.

"Mom... Stop..!! Lepas..!! Mommy bisa membunuh nya !" Alya tak kalah panik, senyum kemenangan nya berubah saat melihat Mommy nya sudah mencekik Belva. Bisa-bisa Mommy nya menjadi seorang pembunuh nantinya jika Belva benar-benar kehabisan nafas.

Budhe Rohimah dan Alya menarik tangan serta tubuh Sonia hingga berhasil menjauh. Pak Jajak satpam rumah yang mendengar suara keributan di dalam rumah langsung datang. Ekspresi terkejut tak terelakkan dari wajahnya.

"Pak Jajak bantu saya bawa Mommy keluar dari sini !!" Teriak Alya yang kepayahan menahan Mommy nya.

Sonia meronta meminta dilepaskan. Merasa tidak puas untuk melupakan kemarahannya pada Belva. Pak Jajak membantu Alya membawa Sonia keluar dari kamar Belva.

Semua ini tak pernah diharapkannya. Sebuah kesalahan yang tak sengaja dilakukannya. Menggoda ?? Niat untuk mendekati dan mencari perhatian Tuan nya saja tidak pernah terlintas dalam pikiran Belva. Dimaki dan diusir bahkan sekolah nya terancam putus.

Bergerak cepat takut jika Sonia lepas dari pegangan Alya dan Pak Jajak. Dengan membawa tas berisi pakaian seadanya Belva keluar dari rumah besar itu. Budhe nya tak bisa berbuat apa-apa, tak memiliki kuasa apapun untuk mencegah keponakan satu-satunya.

"Nduk... Ayo kita pergi dari sini. Budhe takut kalau Nyonya akan menyerang mu lagi." Ucap Budhe Rohimah.

"Tidak Budhe. Biar Belva pergi sendiri. Kalau Budhe pergi dari sini bagaimana hutang-hutang kita nanti. Maaf Belva tidak bisa membantu Budhe lagi." Air mata Belva terus saja mengalir. Memeluk Budhe nya sebelum pergi keluar dari rumah majikannya.

Budhe Rohimah masih menemani Belva hingga sampai gerbang rumah besar itu. Menatap kepergian keponakan satu-satunya. Tatapan sendu Budhe Rohimah saat melihat punggung kecil itu bergerak semakin menjauh. Rasanya berat berpisah dan melihat Belva pergi.

Berjalan entah kemana tanpa arah tujuan karena di kota ini Belva tak memiliki kerabat lain dan teman lain. Hingga sore hari dirinya belum makan dan harus berteduh di emperan toko karena hujan.

"Aku harus kemana ?" Tanya Belva dalam hati raut wajah sedih nya tak bisa disembunyikan. Mata sembabnya masih terlihat. Bingung apa yang harus dilakukan nya. Tidak ada yang bisa membantu nya saat ini.

Beberapa hari lontang lantung di jalanan seperti orang bingung. Belva berhenti di sebuah jembatan, mata nya menatap arus sungai. Terbersit dalam pikiran nya mengakhiri hidup menyusul kedua orang tua nya yang telah tiada. "Ayah... Ibu... Tunggu Belva. Belva merindukan kalian." Tak sadar Belva sudah naik di atas pembatas jembatan, mata nya terpejam dan gadis itu terjun ke sungai meninggalkan tas nya yang berisi pakaian.

Berita kematian Belva tersiar di acara berita televisi. Identitas yang terselip di tas Belva yang tertinggal dan saki mata menunjukkan jika gadis itu terjun bubur diri. Jasad nya hanyut belum di temukan. Bibi Rohimah syok mendengar berita itu. Alya tersenyum puas kelicikan nya tak terdeteksi. Sonia tersenyum miring dan tak perduli. Satya dia tak pernah berekspresi.

***

5 tahun kemudian . . .

Di negara Prancis negara yang dijuluki sebagai kota mode karena pada abad ke-17 kota Paris itu sudah menciptakan berbagai macam bentuk pakaian yang indah.

Seperti saat ini disalah satu butik terkenal di Perancis tepat nya kota Paris. Perempuan cantik dengan kulit putih, hidung mancung, rambut panjang sampai pinggang dan tubuh sintal serta tinggi badan yang cukup tinggi yakni 170 cm.

Perempuan itu tersenyum manis pada klien nya. "Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk saya ." Ucap Nyonya Damitri, wanita paruh baya yang merupakan wanita sosialita di kota Paris. "Sama-sama Nyonya. Saya senang bisa membantu Anda apalagi mempercayai pembuatan gaun ini pada saya." Ucap perempuan cantik berambut panjang itu.

"Saya puas dengan pelayanan butik ini. Sudah lama saya berlangganan di sini. Nyonya Hector sangat memperhatikan keterampilan pegawai nya dan kepuasan pelanggan nya." Nyonya Damitri pelanggan setia di butik de' La Hector.

"Terimakasih nyonya." Ucap pegawai paling berpengaruh di butik ini. "Oke kalau begitu saya pergi dulu. Kabari jika semua sudah beres." Pamit Nyonya Dimitri. Demi menghormati pelanggan setianya, perempuan itu mengantar Nyonya Dimitri sampai ke pintu keluar.

Perempuan itu membereskan semua kertas dan peralatan nya yang berserakan di atas meja. Konsultasi desain gaun oleh beberapa klien nya membuat nya terasa lelah hari ini.

"Beristirahat lah Vanthe kamu sudah bekerja keras hari ini." Ucap Nyonya Hector, pemilik butik terkenal ini yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. "Mama, kenapa datang ke sini ? Apa Mama sudah sembuh ?" Tanya Vanthe menatap Mama nya. Wajah cantik masih terlihat di wajah yang mulai timbul keriput itu.

"Mama, rindu dengan cucu-cucu Mama. Kalian tidak pernah berkunjung ke rumah." Raut wajah sedih menempel pada wajah Nyonya Hector. Vanthe nama panggilan kesayangan dari Nyonya Hector untuk anak perempuan nya. Perempuan yang menjadi konsultan desain gaun di butik de'La Hector itu hanya tersenyum. "Pulang lah bersama ku, mereka pasti senang bertemu Mama."

****

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Siapakah Vanthe ? Dan bagaimana kisah nya selanjutnya ? Simak terus !!

Terimakasih buat para reader setia.

Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.

Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏

Terpopuler

Comments

Nor Azlin

Nor Azlin

vanthe pasti nama yang baru buat Belva kan thor...aku lagi enggak paham sama orang kaya bukan nya di rumah itu ada cctv juga kan pasti ada masa enggak ada yah...kenapa juga satu orang enggak tau itu ulah nya si Alya ...semoga si Alya bukan anak nya satya baru tau rasa kamu jena tendang dari rumah atau kehidupan mewah mu itu ...lanjut thor

2023-07-06

0

t_€h_πo€®z

t_€h_πo€®z

ceritanya bagus thor,,saya suka ....

2022-05-31

1

Fenty arifian

Fenty arifian

aq heran..knpa satya diam aja..masak sehabis nidurin belva dk ingat apa2..harusnya biasanya klau nidurin perawan kan ada noda darahnya..masak dk tanya itu darah siapa.

2022-03-13

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Insiden
2 Bab 2. Hamil.
3 Bab 3. Pertahanan Hidup Belva
4 Bab 4. Kembali Ke Indonesia
5 Bab 5. Kemenangan Dari Kaili
6 Bab 6. Bersaing Dengan Bocah
7 Bab 7. Sketsa Kaila
8 Bab 8. Orang Misterius
9 Bab 9. Bertemu Budhe Rohimah
10 Bab 10. Rindu dan Haru
11 Bab 11. Bela Diri dan Bujuk Rayu Kaili
12 Bab 12. Kaila Merajuk, Grace Mengomel
13 Bab 13. Bertemu Dengannya
14 Bab 14. Siapa Perempuan Itu, Kenapa Bocah Itu
15 Bab 15. Pertengkaran Sonia dan Satya
16 Bab 16. Bertemu Budhe Rohimah Lagi
17 Bab 17. Ketahuan Alya
18 Bab 18. Dendam Lama Bersemi Kembali
19 Bab 19. Perjalanan Bisnis Satya
20 Bab 20. Ditanggung Budhe Rohimah
21 Bab 21. Kabar Duka
22 Bab 22. Penyelidikan Dimulai
23 Bab 23. Bertemu Alya 1
24 Bab 24. Bertemu Alya 2
25 Bab 25. Rencana Belva dan Keluarga Hector
26 Bab 26. Bertemu Satya Lagi
27 Bab 27. Tuan Hector Kembali Ke Paris
28 Bab 28. Tebakan Satya
29 Bab 29. Tatapan Kagum Satya
30 Bab 30. Tinggal Bersama Saudara Jauh
31 Bab 31. Mulai Merangkak
32 Bab 32. Goncangan Awal Bisnis
33 Bab 33. Perlombaan Bela Diri
34 Bab 34. Kesedihan Mami Dibayar Kaili
35 Bab 35. Kedatangan Nyonya Dimitri
36 Bab 36. Perintah Yang Memalukan Diri Sendiri
37 Bab 37. Tumbang
38 Bab 38. Anak Pengertian
39 Bab 39. Kedatangan Sonia
40 Bab 40. Seperti Perhatian Ayah
41 Bab 41. Alya Cari Gara-Gara
42 Bab 42. Pertemuan Belva Sonia
43 Bab 43. Fitnah Pelakor
44 Bab 44. Tidak Punya Ayah
45 Bab 45. Gadis Kecil
46 Bab 46. Boleh kah ?
47 Bab 47. Kemarahan Kaili
48 Bab 48. Menenangkan Diri
49 Bab 49. Semua Baik-baik Saja
50 Bab 50. Menegang
51 Bab 51. Dilirik Brand Terkenal
52 Bab 52. Tak Sengaja
53 Bab 53. Penasaran
54 Bab 54. Lelang
55 Bab 55. Musuh Dalam Selimut
56 Bab 56. Mode Iblis
57 Bab 57. Let's Play
58 Bab 58. Bukti Nyata
59 Bab 59. Kecelakaan
60 Bab 60. Fakta Baru Lagi
61 Bab 61. Kepanikan
62 Bab 62. Cerita Budhe Rohimah
63 Bab 63. Sadar
64 Bab 64. Panggilan Kesayangan
65 Bab 65. Berbagai Sabun
66 Bab 66. Memulai Karmanya
67 Bab 67. Penyakit Menular
68 Bab 68. Sudah Punya Papi
69 Bab 69. Cucu atau Anak
70 Bab 70. Tak Bisa Menahan
71 Bab 71. Papi Sungguhan
72 Bab 72. Mantan Anak
73 Bab 73. Kamar Baru
74 Bab 74. Pengakuan Satya
75 Bab 75. Kepulangan Kaila
76 Bab 76. Pingsan
77 Bab 77. Memasak Bersama
78 Bab 78. Ayam Kuah Kuning
79 Bab 79. Berbagi Ranjang & Selimut
80 Bab 80. Membangunkan Daddy
81 Bab 81. Potret Keluarga Harmonis
82 Bab 82. Mendidik Duo Kay
83 Bab 83. Tak Bersuami
84 Bab 84. Bermain Busa
85 Bab 85. Kejadian Lama
86 Bab 86. Membiasakan Diri
87 Bab 87. Apartemen
88 Bab 88. Demam
89 Bab 89. Skin To Skin
90 Bab 90. Morning Kiss
91 Bab 91. Ultimatum
92 Bab 92. Urat Kewarasan
93 Bab 93. Salep Anti Memar
94 Bab 94. Penolakan
95 Bab 95. Sibuk
96 Bab 96. Desas-desus
97 Bab 97. Private Room
98 Bab 98. Penjelasan
99 Bab 99. Istri Durhaka
100 Bab 100. Monster Berwajah Cantik
101 Bab 101. Sepakat
102 Bab 102. Mas
103 Bab 103. Lapar
104 Bab 104. Tunawisma
105 Bab 105. Gugup
106 Bab 106. Calon Mertua
107 Bab 107. Lampu Hijau
108 Bab 108. Mulai Bereaksi
109 Bab 109. Curiga
110 Bab 110. Persiapan Kejutan
111 Bab 111. Surprise 1
112 Bab 112. Surprise 2
113 Bab 113. Digrebeg
114 Bab 114. Istimewa Tapi Sederhana
115 Bab 115. Nyonya Baru
116 Bab 116. Kabur
117 Bab 117. Peperangan
118 Bab 118. Barang Langka
119 Bab 119. Muntah
120 Bab 120. Mulai Menderita
121 Bab 121. Menemukan Bantalan
122 Bab 122. Jentik-Jentik
123 Bab 123. Bibit Ancaman
124 Bab 124. Si Japus
125 Bab 125. Satu Saja Tidak Habis
126 Bab 126. Roda Itu Berputar
127 Bab 127. Wanita Santai
128 Bab 128. Alamat Puasa
129 Bab 129. Sarita
130 Bab 130. Kekhawatiran
131 Bab 131. Pertengkaran Pertama
132 Bab 132. Diduga Orang Ketiga
133 Bab 133. Sama-sama Salah Paham
134 Bab 134. Babak Baru
135 Bab 135. Tragedi Lantai Becek
136 Bab 136. Kejadian Sebenarnya
137 Bab 137. Permintaan Maaf
138 Bab 138. Sarita Lagi
139 Bab 139. Meluapkan Emosi
140 Bab 140. Keputusan Satya
141 Bab 141. Jebakan
142 Bab 142. Christina Diora
143 Bab 143. Tergantung Servis
144 Bab 144. Kabar Duka
145 Bab 145. Peristirahatan Terakhir
146 Bab 146. Kebesaran Hati
147 Bab 147. Di Atas Rata-Rata
148 Bab 148. Prestasi
149 Bab 149. Ulang Tahun
150 Bab 150. Semi Mudik
151 Bab 151. Menangis
152 Bab 152. Kejutan
153 Bab 153. Terpantau
154 Bab 154. Barang Antik
155 Bab 155. Keracunan.
156 Bab 156. Jangan-jangan
157 Bab 157. Dua Bulan
158 Bab 158. Menjadi Ayah Kembali
159 Bab 159. Ingin Bertemu
160 Bab 160. Kedatangan Roichi
161 Bab 161. Terapi Kejut
162 Bab 162. Bayi Malang
163 Bab 163. Lalai
164 Bab 164. Menyelamatkan Jasmine
165 Bab 165. Mabuk Udara
166 Bab 166. Rujak
167 Bab 167. Ayam Geprek
168 Bab 168. Ide Tak Sengaja
169 Bab 169. Detik-Detik Nasib Bayi Malang
170 Bab 170. Bujang Lapuk
171 Bab 171. Ular
172 Bab 172. Memasak Bersama
173 Bab 173. Menengok Adik Bayi
174 Bab 174. Dendam Pribadi
175 Bab 174. Lebih Bar-Bar
176 Bab 176. Urusan Lelaki
177 Bab 177. Penasaran
178 Bab 178. Surat Perjanjian
179 Bab 179. Ajisaka Alexi Balakosa
180 Bab 180. Ternyata Arsitek Andalan
181 Bab 181. Siwi
182 Bab 182. Banjir
183 Bab 183. Frustasi
184 Bab 184. Bandung
185 Bab 185. Rahasia
186 Bab 186. Welcome Home Baby As
187 Bab 187. Kereta Cepat
188 Bab 188. Mulai Tercium
189 Bab 189. Pemilik Sah
190 Bab 190. Malam Terakhir Di Bali
191 Bab 191. Perkenalan
192 Bab 192. Santai
193 Bab 193. Pemeriksaan
194 Bab 194. Penculikan
195 Bab 195. Rencana Barter
196 Bab 196. Awal Kebahagiaan Siwi
197 Bab 197. Syok
198 Bab 198. Kabar Panik
199 Bab 199. Keputusan Tuan Hector
200 Bab 200. Keputusan Mutlak
201 Bab 201. Mengamuk
202 Bab 202. Memantau
203 Bab 203. Adakah Harapan?
204 Bab 204. Belum Usai
205 Bab 205. Bertemu Istri
206 Bab 206. Flashback Part 1
207 Bab 207. Flashback Part 2
208 Bab 208. Terseret Semua
209 Bab 209. Cuek
210 Bab 210. Patah Tulang Ringan
211 Bab 211. Membandelnya Biang Rusuh
212 Bab 212. Alarm Emergency
213 Bab 213. Drama Persalinan
214 Bab 214. Keributan Bella Jordi
215 Bab 215. Balas Dendam Dimulai
216 Bab 216. Saus Yang Menempel
217 Bab 217. Kebahagiaan Siwi & Satya
218 Bab 218. Pewaris Utama
219 Bab 219. Selesai
Episodes

Updated 219 Episodes

1
Bab 1. Insiden
2
Bab 2. Hamil.
3
Bab 3. Pertahanan Hidup Belva
4
Bab 4. Kembali Ke Indonesia
5
Bab 5. Kemenangan Dari Kaili
6
Bab 6. Bersaing Dengan Bocah
7
Bab 7. Sketsa Kaila
8
Bab 8. Orang Misterius
9
Bab 9. Bertemu Budhe Rohimah
10
Bab 10. Rindu dan Haru
11
Bab 11. Bela Diri dan Bujuk Rayu Kaili
12
Bab 12. Kaila Merajuk, Grace Mengomel
13
Bab 13. Bertemu Dengannya
14
Bab 14. Siapa Perempuan Itu, Kenapa Bocah Itu
15
Bab 15. Pertengkaran Sonia dan Satya
16
Bab 16. Bertemu Budhe Rohimah Lagi
17
Bab 17. Ketahuan Alya
18
Bab 18. Dendam Lama Bersemi Kembali
19
Bab 19. Perjalanan Bisnis Satya
20
Bab 20. Ditanggung Budhe Rohimah
21
Bab 21. Kabar Duka
22
Bab 22. Penyelidikan Dimulai
23
Bab 23. Bertemu Alya 1
24
Bab 24. Bertemu Alya 2
25
Bab 25. Rencana Belva dan Keluarga Hector
26
Bab 26. Bertemu Satya Lagi
27
Bab 27. Tuan Hector Kembali Ke Paris
28
Bab 28. Tebakan Satya
29
Bab 29. Tatapan Kagum Satya
30
Bab 30. Tinggal Bersama Saudara Jauh
31
Bab 31. Mulai Merangkak
32
Bab 32. Goncangan Awal Bisnis
33
Bab 33. Perlombaan Bela Diri
34
Bab 34. Kesedihan Mami Dibayar Kaili
35
Bab 35. Kedatangan Nyonya Dimitri
36
Bab 36. Perintah Yang Memalukan Diri Sendiri
37
Bab 37. Tumbang
38
Bab 38. Anak Pengertian
39
Bab 39. Kedatangan Sonia
40
Bab 40. Seperti Perhatian Ayah
41
Bab 41. Alya Cari Gara-Gara
42
Bab 42. Pertemuan Belva Sonia
43
Bab 43. Fitnah Pelakor
44
Bab 44. Tidak Punya Ayah
45
Bab 45. Gadis Kecil
46
Bab 46. Boleh kah ?
47
Bab 47. Kemarahan Kaili
48
Bab 48. Menenangkan Diri
49
Bab 49. Semua Baik-baik Saja
50
Bab 50. Menegang
51
Bab 51. Dilirik Brand Terkenal
52
Bab 52. Tak Sengaja
53
Bab 53. Penasaran
54
Bab 54. Lelang
55
Bab 55. Musuh Dalam Selimut
56
Bab 56. Mode Iblis
57
Bab 57. Let's Play
58
Bab 58. Bukti Nyata
59
Bab 59. Kecelakaan
60
Bab 60. Fakta Baru Lagi
61
Bab 61. Kepanikan
62
Bab 62. Cerita Budhe Rohimah
63
Bab 63. Sadar
64
Bab 64. Panggilan Kesayangan
65
Bab 65. Berbagai Sabun
66
Bab 66. Memulai Karmanya
67
Bab 67. Penyakit Menular
68
Bab 68. Sudah Punya Papi
69
Bab 69. Cucu atau Anak
70
Bab 70. Tak Bisa Menahan
71
Bab 71. Papi Sungguhan
72
Bab 72. Mantan Anak
73
Bab 73. Kamar Baru
74
Bab 74. Pengakuan Satya
75
Bab 75. Kepulangan Kaila
76
Bab 76. Pingsan
77
Bab 77. Memasak Bersama
78
Bab 78. Ayam Kuah Kuning
79
Bab 79. Berbagi Ranjang & Selimut
80
Bab 80. Membangunkan Daddy
81
Bab 81. Potret Keluarga Harmonis
82
Bab 82. Mendidik Duo Kay
83
Bab 83. Tak Bersuami
84
Bab 84. Bermain Busa
85
Bab 85. Kejadian Lama
86
Bab 86. Membiasakan Diri
87
Bab 87. Apartemen
88
Bab 88. Demam
89
Bab 89. Skin To Skin
90
Bab 90. Morning Kiss
91
Bab 91. Ultimatum
92
Bab 92. Urat Kewarasan
93
Bab 93. Salep Anti Memar
94
Bab 94. Penolakan
95
Bab 95. Sibuk
96
Bab 96. Desas-desus
97
Bab 97. Private Room
98
Bab 98. Penjelasan
99
Bab 99. Istri Durhaka
100
Bab 100. Monster Berwajah Cantik
101
Bab 101. Sepakat
102
Bab 102. Mas
103
Bab 103. Lapar
104
Bab 104. Tunawisma
105
Bab 105. Gugup
106
Bab 106. Calon Mertua
107
Bab 107. Lampu Hijau
108
Bab 108. Mulai Bereaksi
109
Bab 109. Curiga
110
Bab 110. Persiapan Kejutan
111
Bab 111. Surprise 1
112
Bab 112. Surprise 2
113
Bab 113. Digrebeg
114
Bab 114. Istimewa Tapi Sederhana
115
Bab 115. Nyonya Baru
116
Bab 116. Kabur
117
Bab 117. Peperangan
118
Bab 118. Barang Langka
119
Bab 119. Muntah
120
Bab 120. Mulai Menderita
121
Bab 121. Menemukan Bantalan
122
Bab 122. Jentik-Jentik
123
Bab 123. Bibit Ancaman
124
Bab 124. Si Japus
125
Bab 125. Satu Saja Tidak Habis
126
Bab 126. Roda Itu Berputar
127
Bab 127. Wanita Santai
128
Bab 128. Alamat Puasa
129
Bab 129. Sarita
130
Bab 130. Kekhawatiran
131
Bab 131. Pertengkaran Pertama
132
Bab 132. Diduga Orang Ketiga
133
Bab 133. Sama-sama Salah Paham
134
Bab 134. Babak Baru
135
Bab 135. Tragedi Lantai Becek
136
Bab 136. Kejadian Sebenarnya
137
Bab 137. Permintaan Maaf
138
Bab 138. Sarita Lagi
139
Bab 139. Meluapkan Emosi
140
Bab 140. Keputusan Satya
141
Bab 141. Jebakan
142
Bab 142. Christina Diora
143
Bab 143. Tergantung Servis
144
Bab 144. Kabar Duka
145
Bab 145. Peristirahatan Terakhir
146
Bab 146. Kebesaran Hati
147
Bab 147. Di Atas Rata-Rata
148
Bab 148. Prestasi
149
Bab 149. Ulang Tahun
150
Bab 150. Semi Mudik
151
Bab 151. Menangis
152
Bab 152. Kejutan
153
Bab 153. Terpantau
154
Bab 154. Barang Antik
155
Bab 155. Keracunan.
156
Bab 156. Jangan-jangan
157
Bab 157. Dua Bulan
158
Bab 158. Menjadi Ayah Kembali
159
Bab 159. Ingin Bertemu
160
Bab 160. Kedatangan Roichi
161
Bab 161. Terapi Kejut
162
Bab 162. Bayi Malang
163
Bab 163. Lalai
164
Bab 164. Menyelamatkan Jasmine
165
Bab 165. Mabuk Udara
166
Bab 166. Rujak
167
Bab 167. Ayam Geprek
168
Bab 168. Ide Tak Sengaja
169
Bab 169. Detik-Detik Nasib Bayi Malang
170
Bab 170. Bujang Lapuk
171
Bab 171. Ular
172
Bab 172. Memasak Bersama
173
Bab 173. Menengok Adik Bayi
174
Bab 174. Dendam Pribadi
175
Bab 174. Lebih Bar-Bar
176
Bab 176. Urusan Lelaki
177
Bab 177. Penasaran
178
Bab 178. Surat Perjanjian
179
Bab 179. Ajisaka Alexi Balakosa
180
Bab 180. Ternyata Arsitek Andalan
181
Bab 181. Siwi
182
Bab 182. Banjir
183
Bab 183. Frustasi
184
Bab 184. Bandung
185
Bab 185. Rahasia
186
Bab 186. Welcome Home Baby As
187
Bab 187. Kereta Cepat
188
Bab 188. Mulai Tercium
189
Bab 189. Pemilik Sah
190
Bab 190. Malam Terakhir Di Bali
191
Bab 191. Perkenalan
192
Bab 192. Santai
193
Bab 193. Pemeriksaan
194
Bab 194. Penculikan
195
Bab 195. Rencana Barter
196
Bab 196. Awal Kebahagiaan Siwi
197
Bab 197. Syok
198
Bab 198. Kabar Panik
199
Bab 199. Keputusan Tuan Hector
200
Bab 200. Keputusan Mutlak
201
Bab 201. Mengamuk
202
Bab 202. Memantau
203
Bab 203. Adakah Harapan?
204
Bab 204. Belum Usai
205
Bab 205. Bertemu Istri
206
Bab 206. Flashback Part 1
207
Bab 207. Flashback Part 2
208
Bab 208. Terseret Semua
209
Bab 209. Cuek
210
Bab 210. Patah Tulang Ringan
211
Bab 211. Membandelnya Biang Rusuh
212
Bab 212. Alarm Emergency
213
Bab 213. Drama Persalinan
214
Bab 214. Keributan Bella Jordi
215
Bab 215. Balas Dendam Dimulai
216
Bab 216. Saus Yang Menempel
217
Bab 217. Kebahagiaan Siwi & Satya
218
Bab 218. Pewaris Utama
219
Bab 219. Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!