Obat dari rasa rindu itu memang hanya dengan melihat dan mampu menyentuh mereka yang kita rindukan. Pelukan erat yang seakan masih belum cukup untuk melepaskan rasa rindu. Sifat dasar manusia yang selalu menginginkan hal yang lebih dan lebih.
"Nduk... Budhe juga begitu merindukan mu sayang. Kamu kemana saja hiks...hiks..." Tangis kerinduan itu masih belum surut.
"Rasanya Budhe gagal menjaga dan melindungi saat kamu pergi hiks... Andai dulu kamu mengijinkan Budhe ikut dengan mu mungkin kita tidak akan terpisah selama ini."
"Kamu bahkan masuk berita televisi, mereka menyiarkan kabar kematian mu Nduk... Hiks.. hiks.."
Sama... Air mata Belva luruh sepenuhnya membasahi kedua pipi mulus nya. Setiap kalimat yang muncul dari mulut Budhe nya membuat nya semakin mengingat masa lalu menyakitkan itu.
Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka tapi mereka tak memperdulikan orang-orang disekitar nya.
"Budhe... Maaf membuat mu sedih. Maaf jika apa yang terjadi pada ku membuat mu kecewa hiks... Hiks..."
"Tidak sayang, ini semua bukan keinginan kamu. Budhe tahu itu... Budhe tahu kamu anak yang baik selama ini. Meski Budhe kecewa budhe bukan kecewa pada mu tapi Budhe kecewa dan sedih kenapa nasib mu seperti ini Nduk."
Budhe Rohimah melepaskan pelukan mereka dan memperhatikan wajah Belva yang kini memerah akibat tangisan. Wajah nya basah dengan air mata. Bahkan kesedihan terpancar dari wajah cantik Belva.
"Sudah jangan menangis." Budhe mengusap air mata Belva. "Kamu selama ini kemana saja Nduk ? Kenapa sampai televisi menyiarkan berita kematian mu. Kamu disiarkan meninggal karena bunuh diri di sungai." Air mata Budhe masih saja mengalir meski dirinya sudah menyuruh Belva berhenti menangis justru dirinya sendiri masih menangis.
"Cerita nya panjang Budhe... Aku memang pernah berniat bunuh diri karena putus asa. Tapi Tuhan begitu baik pada ku, meski jalan ku berliku tapi Tuhan mengirimkan sosok orang baik untuk menolong ku hingga aku bisa bertemu dengan Budhe sekarang."
"Lalu... Bagaimana dengan..." Mata Budhe Rohimah melirik perut Belva dan itu didasari oleh Belva.
Belva tersenyum dalam kesedihannya nya saat ini. "Anak ku ? Cucu budhe lahir dengan selamat. Mereka tampan dan cantik." Ucap Belva mengingat kedua buah hatinya yang selalu membawa kebahagiaan untuk nya.
"Maksud kamu ? Anak mu kembar Ndug ?" Tanya Budhe Rohimah memastikan pendengaran nya. Belva mengangguk dan tersenyum. "Iya anak ku kembar Budhe. Karena mereka juga aku bisa menjalani kehidupan ku dengan lebih kuat lagi. Mereka kekuatan ku, mereka hidup ku Budhe."
"Ya Tuhan... Cucu ku kembar... Aku punya cucu kembar." Budhe Rohimah kembali memeluk Belva. Hati nya terharu dan senang kala mendengar dirinya memiliki cucu kembar.
Saat ini dirinya tak lagi sendiri, di tinggal pergi oleh keponakan satu-satunya. Justru keponakan nya kembali dengan membawa keluarga yang baru untuk nya.
"Belva, selama ini kamu tinggal dimana ? Kenapa Budhe baru bisa bertemu dengan mu. Apa kamu pernah bertemu dengan keluarga Tuan Satya ?" Tanya Budhe. Rasa takut nya kembali muncul mengingat kenyataan bahwa keponakannya masih hidup.
Belva menggeleng. "Tidak pernah Budhe, aku baru saja datang ke Indonesia. Selama ini aku tinggal di luar negeri."
Ada sedikit rasa lega, berarti keluarga Satya belum mengetahui jika Belva masih hidup. Tapi ketakutan itu tetap masih ada jika sewaktu-waktu mereka melihat Belva.
"Nduk... Budhe bisa minta tolong sama kamu ?" Tanya Budhe Rohimah dengan wajah serius.
"Apa budhe kalau aku bisa bantu pasti aku akan membantu Budhe." Belva penasaran kenapa tiba-tiba wajah Budhe nya terlihat serius.
"Nduk... Kalau bisa kamu jangan sampai bertemu dengan keluarga Tuan Satya, terlebih bertemu dengan Non Alya dan Nyonya Sonia. Budhe takut jika nanti mereka mencelakai mu dan anak-anak mu."
Budhe Rohimah menghela nafas mengingat kembali saat dulu setelah mendengar berita kematian Belva di televisi.
**
Setelah kepergian Belva dari rumah keluarga Satya, pekerjaan Budhe Rohimah bertambah banyak. Bahkan bangun pagi-pagi buta saja hingga siang hari pekerjaan belum juga selesai.
Selama ini selama ada Belva pekerjaan itu terasa ringan karena Belva anak yang cekatan dalam bekerja meski harus terbagi waktu nya untuk sekolah.
Kejadian pengusiran Belva beberapa hari tidak terjadi masalah. Tapi saat Satya kembali ke rumah setelah beberapa hari melakukan pekerjaan di luar kota baru lah sedikit terasa tegang.
Satya sudah hampir 2 minggu tak melihat Belva melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Timbul pertanyaan dari Satya mengenai keberadaan Belva untuk yang kedua kali nya. "Bi, hampir 2 minggu aku tak pernah melihat Belva kemana dia ? Aku sudah bilang tidak mau menggaji pegawai yang tidak bekerja."
Alya tertunduk tak berani menatap Satya, gadis itu berpura-pura sibuk dengan makanan nya.
"Anu Tuan... " Budhe Rohimah bingung harus mengatakan apa pada Tuan nya.
"Belva aku usir karena sudah berusaha mencuri barang berharga ku dan diketahui oleh Alya tapi justru dia ingin menyerang Alya." Ucap Sonia berbohong dengan santai.
Mata Budhe Rohimah melebar, tega-teganya Nyonya nya itu memfitnah keponakan nya. Sakit hati Budhe Rohimah, keponakan nya adalah anak baik-baik dari seluruh isi runah ini hanya Budhe Rohimah yang tahu sifat luar dalam seorang Belva. Keponakan tidak mungkin melakukan perbuatan tercela seperti itu bahkan saat Alya mengatkan jika Belva menggodanya Tuan nya pun Budhe Rohimah tidak percaya 100% begitu saja.
"Apa ucapan mu bisa di percaya dengan bukti ?" Satya meski arogan dan dingin, dia bisa menilai bagaimana pembantu nya.
"Kamu tak percaya pada ku ? Mana ada bukti memang kamu memasang cctv di kamar kita ?" Tanya Sonia.
"Aku tak akan membiarkan seorang pencuri berada di rumah ini terlalu beresiko untuk ku."
Satya tak lagi mendebat Sonia, bagi nya ini bukan hal yang penting untuk nya. Malas berdebat dengan Sonia, Satya berlalu dari meja makan untuk berangkat bekerja.
1 Minggu kemudian . . .
Saat itu hari libur Budhe Rohimah membersihkan ruang keluarga. Satya dan anak istrinya tumben sekali mereka bisa berkumpul di hari itu. Mereka menonton televisi bersama, karena ada Satya jadi acara yang ditonton didominasi oleh Satya, pria itu lebih suka menonton cara berita.
"Selamat siang pemirsa telah terjadi penemuan sebuah tas mencurigakan yang ditinggal oleh pemilik nya. Menurut penuturan saksi mata pemilik tas tersebut melakukan aksi bunuh diri dengan menceburkan diri ke dalam sungai hingga kini jasad korban bunuh diri belum bisa ditemukan. Didalam tas tersebut terdapat identitas kartu pelajar SMA Seven Blue School Jakarta atas nama Belva Evanthe. Team SAR akan segera melakukan pencarian dan hal ini sudah di laporkan kepada pihak kepolisian setempat untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Demikian breaking news hari ini."
PYAR...!!! Vas bunga kecil yang dipegang oleh Budhe Rohimah terjatuh tanpa sengaja. Mendengar siaran televisi yang menyebutkan nama keponakan nya serta menampilkan foto pada kartu pelajar yang ditemukan membuat Budhe Rohimah serasa lemas.
Air mata mengalir mendengar kabar kematian keponakan nya. Hingga jatuh pingsan. Satya, Sonia dan Alya pun terkejut dengan berita itu. Segera mereka berlari menolong Budhe Rohimah yang jatuh tak sadarkan diri.
Beberapa hari kemudian pihak kepolisian datang melakukan pemeriksaan dan penyelidikan terhadap Budhe Rohimah dan keluarga Satya. Entah bagaimana pemeriksaan berakhir begitu saja dengan jasad yang tak ditemukan.
"Mom, dari mana ?" Tanya Alya yang sedang bersantai di depan televisi.
"Dari kantor Polisi, gara-gara kelakuan bodoh mu. Mommy jadi repot seperti ini, coba kalau kamu tidak memberikan obat perangsang itu pada pembantu itu. Daddy mu tidak mungkin tidur dengan pembantu itu. Punya anak bodoh sekali." Sonia masih marah pada putrinya setelah mendengar pengakuan dari mulut Alya sendiri bahwa apa yang terjadi dengan Belva adalah ulah Alya. Sonia sendiri sebenarnya tak percaya jika Belva berani menggoda Satya, bahkan gadis itu terlihat takut dengan sikap Satya. Sehingga Sonia mendesak putri nya hingaga mengakui perbuatannya.
"Tadi nya aku ingin Paijo yang meniduri nya Mom tapi salah perhitungan. Ini semua gara-gara Mommy dan Daddy juga yang selalu membandingkan ku dengan nya." Alya masih tak mau mengakui kesalahannya dan masih tetap beralasan jika ini bukan 100% kesalahan nya.
"Untung saja aku bisa menghentikan penyelidikan itu. Biar tidak ada pengusutan lagi. Biar anak itu mati tanpa jasad. Kalau pun hidup aku yang akan melenyapkan nya."
Mereka tak sadar jika ada Budhe Rohimah dibalik pintu. Kembali air matanya menetes, tangannya menutup mulut agar tak mengeluarkan suara. Hati nya semakin sakit ternyata Nyonya nya sangat jahat terhadap keponakannya terlebih kesalahan ini bukan terjadi karena kelakuan Belva melainkan kelakuan jahat Alya.
**
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Apa yang membuat Sonia seolah-olah takut jika Belva kembali ? Yuk simak terus kelanjutan ceritanya !!
Terimakasih buat para reader setia.
Jangan lupa berikan Vote, Kritik, Saran dan Like nya.
Bagaimana dengan part ini bisa silahkan komen ya guys 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Nor Azlin
aku dukung mbak semoga kejahatan mereka dapat dihidu atau budhe Rohimah beritau aja pada satya biar tau rasa ...aku pikirkan si Alya pasti bukan anak nya satya kerana si Sonia selalu keluar negari buat berlibur bukan... tidak mustahil lah si Sonia ini tidak berlaku curang di belakang satya & mendapatkan Alya ...semoga juga Alya itu memang bukan anak si satya kerana ciri2 jinus nya enggak ada langsung tidak seperti kaili & kaila cerdas & bijak tidak kayak si Alya bego ...lanjut thor
2023-07-07
0
Naraa 🌻
Gila ya ga ada yg bener, ibu sama anak sama² iblis, yg anak kalau punya salah ga ngaku salah malah nyalahin orang lain
2022-05-21
1
SaSa🐕
kayaknya si alya bukan anak kandung satya ya🤔
2022-03-29
1