Rania berlari dibawah rinai hujan saat dia mencapai pintu ruko.Dia mengibaskan baju basahnya sambil sesekali menyibakkan rambutnya yang juga basah oleh hujan.Tadinya dia ingin menunggu hujan reda,tapi kampus lama-lama makin sepi dan gelap.Takut terjadi apa-apa,Rania memutuskan menrobos hujan dan berjalan kaki ke ruko.Erna dan Tika serempak menyapanya dan berbasa-basi sebentar sebelum Rania naik ke atas untuk mengeringkan badan dan berganti pakaian.Kedua gadis itu kembali pada kesibukanya mengepak barang sebelum para kurir yang sudah jadi langganan mereka datang dan mengambil pesanan pelanggan.
Rania segera mandi dan berganti pakaian lalu menyeduh teh hangat dan membawanya ke dekat jendela.Lagi-lagi dia menikmati hujan seperti pagi tadi.Gadis itu menggosok-gosokkan telapak tangannya yang sedikit memutih karena kedinginan.Asap tipis yang keluara dari cangkir tehnya terlihat nyata karena cuaca yang mungkin terlalu dingin.
Langkah kaki mendekat,bersamaan dengan petir yang menggelegar.Rania sedikit memincingkan matanya karena dia memang takut petir.
"Mbak,ada papanya mbak Rania dibawah." kata Tika.Rania menoleh.
"kok nggak naik Tik?"
"Sudah saya suruh naik mbak,tapi pak Hirawan bilang mbak Rania disuruh turun aja."
"hmmm baiklah." sahut Rania lalu beranjak menuruni tangga diikuti Tika.Sampai di bawah dia melihat papanya duduk dikursi pelanggan sambil sesekali berbincang dengan Erna.
"Pa,kenapa kesini?"
"ya jemput kamulah.Hujannya deras gini.Mamamu ngomel terus,takut kamu nggak bisa pulang."
"Aku kan udah gede pa." bantah Rania lagi.Sungguh dia tidak ingin merepotkan papanya yang pasti belum sampai kerumah karena beliau masih memakai pakaian kerjanya.Mamanya memang diktator yang selalu memaksa sang papa menurut😃😃😃😃
"Ran,tanggung jawab kami itu besar lho.Dulu kami cuman menjaga kamu sebagai anak,sekarang kamu sudah jadi istri orang.Bebannya kan dobel juga karena harus tanggung jawab dengan suami kamu." Rania hanya diam,dia masih sempat melirik Tika dan Erna yang berbisik kaget karena tau dirinya sudah menikah.Pasti mereka mengira dia masih gadis seperti teman-teman kampusnya yang lain.
"Dewa bilang kamu jangan tutup malam-malam."
"iya pa."
"Sekarang kamu tutup dan pulang."
"Tapi pa,ini masih jam 4 lewat lho." sanggah Rania.Dia memang buka jam 8 pagi dan tutup jam 8 malam.
"Ran,nurut sama suami kamu.Pokoknya mulai sekarang,jam 5 sore kamu harus tutup dan pulang.Kasihan itu anak buah kamu,mereka juga butuh istirahat,kumpul keluarga dan jalan-jalankan?kurasa Dewa juga akan setuju." Tidak ada lagi protes dari Rania.Lagi-lagi dia hanya mengangguk.Mana pernah Dewa menentang papanya.Dari dulu mereka sahabat seiya sekata.Kemana-manal bersama,bekerja sama berdua tanpa meributkan pembagian keuntungan.Dewa hanya fokus pada totalitas bekerja.
"Tik,Er..kalian beres-beres ya.Kita tutup sekarang." perintahnya.Dua anak buahnya bersorak girang dan bergerak cepat mematikan laptop,mengembalikan barang yang tercecer ke tempatnya dan menyapu lantai.Hirawan ikut tersenyum melihat keduanya yang terlalu semangat sore itu.
"Sudah selesai mbak." kata Erna setelah semua rapi.
"Kalian bawa mantel?kalau nggak bawa,taruh aja motornya disini.Biar papa ngantar kalian pulang,toh rumah kita searah." Hujan memang masih deras walau tak sederas tadi.Tapi Rania tidak tega juga melihat mereka kehujanan diluar sana.
"Kami bawa mantel kok mbak.Kami permisi pulang dulu."
"oowh...ya udah,kalian duluan aja." Erna dan Tika mengangguk hormat pada Hirawan dan Rania,mereka melangkah keluar dengan bersemangat dan berceloteh riang,entah tentang apa.
"tuh lihat,mereka gembira sekali kan?kamu itu kalau kerja harus tau waktu Ran.Pikirkan kesehatanmu.Lagian Dewa juga kasi jatah bulanan,kamu nggak perlu terlalu memaksakan diri."
"tapi aku ingin mandiri pa,nggak tergantung terus pada mas Dewa."
"Dewa itu suamimu lho Ran,wajib bagi dia menafkahi kamu.Kemarin dia juga bilang mau nurutin kamu tinggal dimana aja walau dia berharap kamu mau nyusul dia ke Aussie."
"mas Dewa bilang begitu?" tanya Rania ragu.Kenapa lagi-lagi Dewa mengarang cerita untuk menutupi hubungan mereka?Rania jadi semakin takut terjebak dalam permainan Dewa.Sungguh dia takut jatuh cinta lalu sakit hati seperti kemarin dulu.
"iya.Dia juga bilang kalau kamu nggak mau tinggal disana,maka separuh Delavega akan dipindah kemari."
"papa jangan bercanda."
"papa serius Ran."
"Tapi hubungan Rania dan mas Dewa tidak sedekat itu pa." bantah Rania lagi.Ingin rasanya gadis itu mengatakan yang sesungguhnya pada sang papa,namun terus terang Rania takut kehilangan banyak hal dalam hidupnya.Cukup sudah dia kehilangan Dewa,dia tidak ingin kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya lagi.Yang bisa dia lakukan hanya mengikuti permainan Dewa saja dan semua masalah akan selesai.Dia cukup berpura-pura jadi istri yang baik,dapat transferan dan kepercayaan ayah ibunya lagi.Perfect scene.
"papa tau." pungkas papanya sambil membuka payung dan menunggu Rania mengunci pintu.Ayah anak itu lalu berjalan beriringan masuk ke dalam mobil.Ardin menjalankan mobil pelan karena hujan deras walau jalanan.sepi saat itu.
"Dewa banyak cerita sama papa." desah Ardin begitu mereka lama terdiam.
"cerita apa pa?"
"tentang hubungan kalian."
"maksud papa?"
"Ran,kami bicara sebagai seorang teman,sesama laki-laki,jadi tidak mungkin papa mengatakannya padamu.Biar Dewa sendiri yang mengatakannya padamu suatu hari nanti.Yang jelas,Dewa serius dengan pernikahan ini."
"Termasuk saat dia tidak bisa melupakan bibi Hafsah?"
"Kau harus mengerti itu Rania,Hafsah adalah istri pertamanya.Tentu saja Dewa tidak bisa melupakan hafsah secepat itu."
"pa,Rania tidak bisa hidup dibawah bayang-bayang bibi Hafsah." pekik Rania frustasi.Sudah cukup dia sakit hati karena Hafsah dan Hera.Dua perempuan kembar itu seolah hantu yang membayanginya.
"Kau hanya perlu berdamai dengan dirimu sendiri Ran." desah papanya lagi.Dia tau beban Rania sangat berat.Usianya juga masih terlalu muda untuk memikulnya sendirian.Tapi dia juga seorang ayah dan sahabat,yang dia inginkan adalah kebaikan bagi putri dan sahabatnya.
Rania masih menunduk dalam diam.Pikirannya berkecamuk.Andai waktu bisa diulang kembali,dia tidak akan melibatkan Dewa seperti sekarang.Dia ingin sendiri,menikmati masa mudanya dengan kebebasan seperti Mela dan gadis lainnya.
"haaatttsiii!!..hatssiii!!"
"Tuh kan?apa papa bilang?dari kecil kamu nggak tahan kena hujan Ran." Ardi menjangkau kening putrinya,benar..tubuh Rania sedikit demam.
"Aku cuma kehujanan sebentar,pa." elak Rania sebelum papanya makin kawatir.Bisa-bisa pria itu mengomel seperti mamanya.Dari kecil Rania memang sakit-sakitan karena daya tahan tubuhnya rendah.Dulu saat mamanya hamil muda,dokter sudah menyarankan aborsi karena kondisi janin lemah dan membahayakan.Tapi Yanti memilih bertahan dalam kesulitan.Dia tetap ingin punya anak diusia muda.Anak dari pria yang sangat dicintainya.Ardinata.
"mau sebentar atau lama,kamu tetap kehujanan Ran!" sentak papanya yang melajukan mobil agaka kencang agar cepat sampai ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Heryta Herman
berterus teranglah rania..jng kau diam dan pendam segala sendiri..orang ruamu juga harus tau,sprri apa sikap dewa padamu...jng kau tutup" i...jujur saja dgn ortumu..ambil sikap dan tinggalkan semua..runjukkan bahwa kau mamapu gidup tanpa dewa...
cinta tdk harus memiliki bukan?....
2024-08-09
0
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
parah yang baik
2021-12-20
2