Memulai

Rania membenamkan kepalanya dibantal.Dia tidak ingin ada seorangpun yang mendengar tangisannya.Hatinya sangat sakit hingga lupa cara bernafas dengan benar.

Lama tenggelam dalam kesedihannya,dia bangkit untuk duduk dan menyemangati dirinya sendiri.Dia tidak boleh lemah.Tergesa dia membuka laptopnya,membuka form pendaftaran kampus secara online dan mendaftarkan namanya.Tarikan nafas lega menyertai gerakannya menutup laptop dan mengembalikannya ke tempat semula.Dia ingin tidur tenang,memulai hidup baru,menyibukkan dirinya sendiri hingga dia lupa pada status sialan yang sudah membelenggunya.

Pagi menjelang dengan segenap kecerahanya.Tubuh Rania menggeliat untuk sekedar meregangkan ototnya.Gadis berkulit putih mulus itu melirik jam di dekat tempat tidurnya.Jam enam lewat.Lagi-lagi dia melewatkan shalat subuhnya.Agak malas,dia bangun dari tempat tidur,merapikannya lalu menuju kamar mandi di belakang rumah.Dalam hati Rania menggerutu,kenapa papanya tidak membuat semua kamar memiliki kamar mandi sendiri hingga dia tidak perlu repot-repot keluar melewati dapur yang pastinya sudah dikuasai oleh nenek lampir itu pagi ini.

"Hmmm...anak gadis jam segini baru bangun?nggak takut jauh jodoh ya?" sindir Hera sambil memainkan spatulanya.Rania acuh saja,langsung melewati dapur dan masuk ke kamar mandi tanpa mengacuhkan kata-kata mak lampir gaya baru itu.

Saat keluar dari kamar mandi,dia melihat Dewa yang sudah rapi dan menyesap secangkir kopi hitam yang mungkin buatan Hera.Wanita itu juga sudah menghidangkan sarapan pagi dimeja.Benar-benar wanita rajin dan sempurna.Berbeda jauh dengan dirinya yang hanya bisa masak air dan mie instan saja.

"Kemarilah,kita sarapan bersama." Panggil Dewa padanya.Hera tidak memberikan reaksi apapun.Wanita itu tetap sibuk dengan kegiatannya.

"Aku akan sarapan di luar saja om."

"kau mau kemana?"

"Aku ada acara di sekolah."

"Bukanya kamu sudah lulus?tinggal nunggu ijasah kan?"

"Ada acara persiapan purnawiyata di sekolah om."

"hmmm baiklah." Rania langsung masuk ke kamarnya,mencoba menepis perasaan campur aduk dalam hatinya.Dia bisa mendengar celotehan dan candaan Hera dan Dewa dari dalam kamarnya.Dadanya terasa terbakar.Tapi dia bisa apa?dia pemilik rumah yang tidak bisa apa-apa.Pemilik dalam artian semu,pemilik yang serasa jadi pengontrak.

Rania keluar dari kamarnya dengan seragam rapi yang dibalut jaket biru tua yang dibelikan mamanya di hari ulang tahunnya tahun lalu.Dia sangat gembira karena selain melindungi dirinya dari udara dingin saat berangkat dan hawa panas saat pulang sekolah,jaket itu juga berlogo Winnie the pooh yang nangkring manis di dada kirinya dengan warna kuning dan merah terang yang kontras dengan warna jaketny.Pooh adalah tokoh kartun favoritnya.

"saya berangkat dulu,asalamualaikum."

"Rania kemari!kau melupakan sesuatu." sentak Dewa.Rania menoleh padanya,mengurungkan langkahnya keluar rumah.Dewa mengulurkan tangannya,sekarang Rania baru ingat bahwa dia lupa mencium tangan Dewa.Sesegera mungkin dia menghampiri suami diatas kertasnya itu dan mencium tangannya.

"Pada mbak Hera juga." sergah Dewa lagi.Tapi Rania pura-pura tuli dan meneruskan langkahnya keluar rumah.Tidak ada gunanya ada ditengah mereka yang makin lama membuat perutnya terasa mual.Dia berjalan santai menuju sekolah.Dari sana dia dan Mela akan berangkat bersama ke ruko Firman untuk melakukan pembenahan dan evaluasi.Mela dan dia memang sepakat bekerja sama untuk membuka usaha disana.Mela akan membuka toko offline sedang Rania,cenderung ke usaha online dan menggunakan tempat itu hanya untuk menampung stok barangnya.

Baru sebentar berdir di gerbang sekolah,Mela sudah datang dan menyuruhnya naik ke atas motor.Ya,tadi pagi dia memang berbohong pada Dewa agar bisa keluar rumah.Mereka menuju ruko di dekat calon kampusnya lalu mulai membersihkannya.

Tiga jam berlalu,mereka terduduk kelelahan namun merasa sangat puas karena ruko dua lantai itu sudah bersih.Tinggal istirahat sebentar lalu mereka akan mengecat ulang ruangan itu.Tidak sia-sia Rania belajar mengecat pada Dewa beberapa waktu lalu.Hobi barunya itu ternyata ada gunanya juga.

"Ran,laper nih.Aku pesen makanan online aja ya." keluh Mela.Tidak biasanya sahabatnya itu kelaparan jam segini.Padahal belum masuk jam makan siang.Rania mengangguk.

"Pesankan aku jus apa aja ya.Haus banget."

"oke." sahut Mela sambil mengutak atik hpnya.Rania bangkit untuk mencampur cat dan mencelupkan roll kedalamnya.

"Ntar aja deh Ran.Istirahat dulu kenapa?capek tau.Lagian juga nggak bakalan kelar haru ini kan?" protes Mela karena masih ingin tiduran diatas matras tipis yang tertinggal dilantai atas.

"Kamu istirahat aja dulu,biar aku yang kerjain."

"hedeh...dasar terlalu semangat."

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di pintu ruko.Seorang pria tampan berkemeja putih turun menjinjing tas plastik berisi air mineral dan makanan.Dia bergegas mendorong pintu dan masuk.Bau cat yang masih basah menyerbu indra penciumannya.Mela langsung duduk saat pria itu masuk.

"Kak Firman?ngapain kemari?"

"Membawakan kalian minuman juga mengecek rukoku.Aku takut kalian menghancurkannya." ucapnya dengan nada meremehkan lalu meletakkan kantong plastik itu di dekat Mela yang kembali duduk bermalas-malasan.Firman mengamati Rania yang mengecat dinding dengan gerakan gesit yang teratur.Sudut bibirnya terangkat.

"Apa kau butuh bantuan?" tanyanya ketika sudah berada di dekat Rania.

"Maaf kak,saya bisa sendiri." Firman tidak menjawab.Dia keluar dari sana menuju mobilnya.Melepas seragamnya lalu berganti dengan kaos santai dan celana pendek lengkap dengan sandal jepitnya lalu kembali masuk.Tangannya meraih gagang rol yang tergeletak dan membantu mengecat.Rania menoleh padanya.

"Jangan menatapku seperti itu.Kalau kau sendiri yang mengecat dan anak nakal itu hanya rebahan,lalu kapan bisa selesai?"

"Terimakasih kak." jawab Rania sambil tersenyum tulus namun hanya mendapat balasan tak menyenangkan dari Firman.Mulai sekarang dia harus lebih bersabar menghadapi Firman dengan sikap dinginnya,atau lebih tepatnya membiasakan diri dengannya.

Sejenak Rania mengamati Firman dengan lirikan.Pria itu terlihat lebih tampan dengan pakaian santainya,bahkan Firman terlihat lebih muda dari usianya.Otot lengannya juga sangat tertata.Jangan tanyakan bentuk dada bidangnya yang terekspose sempurna dibalik kaos presbody yang dikenakannya.

"Kau bisa jadi juling jika terus melirik padaku."

.....deg.....

hampir saja tangkai rol terjatuh kalau saja Rania tidak cepat menguasai dirinya.Firman benar-benar mengagetkannya.Bagaimana kakak Mela itu tau kalau dia memperhatikannya padahal Firman tidak menoleh padanya,juga tetap bekerja.Rania meruntuk dalam hati.Mungkin wajahnya sudah memerah kini.Ahh...masa bodoh!toh dia hanya melirik,bukan mencubit Firman.Dia hanya perlu tenang dan melanjutkan pekerjaaanya.

Terpopuler

Comments

Putri Pelangi

Putri Pelangi

semangat rania.

2022-12-11

0

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

smg sukses Rania kasihan banget hidup loe

2021-12-20

1

bintang

bintang

akhirnya up juga nex kak

2021-09-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!