Pergi

Rania berjalan memasuki rumah sambil bernyanyi riang.Langkahnya terasa ringan walau badannya terasa penat.Hari ini gerainya dibuka.Banyak sekali pengunjung yang datang karena dia dan Mela memberikan diskon besar pada hari perdananya baik saat melakukan pembelian secara online ataupun offline.Hingga larut malam,toko baru tutup.Sebenarnya Rania berencana tidak pulang,tapi dia belum berpamitan.Nomor hp Dewa juga dia tidak punya.Memutuskan pulang larut malam adalah satu-satunya alternatif baginya.Masih untung ada ojek online yang masih beroprasi saat hujan rintik-rintik mulai menerpa bumi.

Dia baru menutup kembali pintu saat lampu dinyalakan oleh seseorang.Dewa duduk diruang tamu sambil menyilangkan kakinya.Wajahnya terlihat tegang dan menyimpan amarah.Rania memasang wajah tak berdosa dan berpura-pura tidak melihatnya saat Dewa menegurnya.

"Kau dari mana?" sarkas Dewa.

"Dari kampus." mencoba bersikap tenang,tak urung hatinya kebat-kebit juga karena Dewa sudah pernah memarahi dirinya jauh sebelum jadi istrinya.Dewa bahkan lebih galak dari papanya.

"semalam ini?" nada tanya yang terasa tidak enak disanubarinya.Tegas,penuh selidik dan kaku.Dewa sampai memincingkan matanya untuk mendengar jawaban dari Rania yang dinilai terlalu lama baginya.

"iya om." hanya itu yang bisa keluar dari bibir Rania yang sedikit bergetar menahan gugup.

"kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" Rania meruntuk dalam hati.Kenapa hari ini Dewa jadi banyak bertanya?yang bisa dia lakukan cuma memutar otaknya,mencari alasan agar Dewa percaya.Padahal seharian ini dia memang sengaja mematikan ponselnya agar lebih fokus melayani konsumennya.Tapi mengatakan itu sama saja memasuki neraka hidup dihadapannya.

"lowbath om." Rania menjawab asal saja dan terkesan pendek-pendek.Sebenarnya dia enggan menjawab,tapi malas berdebat.Dewa bangkit dan menghampirinya.Rania yang hampir masuk ke kamarnya dihalangi badan tinggi besar Dewa.

"Jangan pulang terlalu malam Rania." Dewa sedikit melunakkan suaranya.Tatapan lembut itu hampir saja membuat dia luluh.Tapi luka itu menganga terlalu dalam dikisi hatinya hingga membuat dia kembali berontak.

"iya om,besok aku akan pulang pagi saja." Dewa melotot.Menarik lengan Rania hingga gadis itu kesakitan.

"om lepas.sakit!" teriaknya tertahan.Dia memalingkan wajahnya,terlalu jijik menatap wajah tampan yang dulu selalu dikaguminya.Kenapa Dewa menduakannya?Kurang apa dirinya dibanding Hera yang hanya mirip Hafsah?

"Rania dengar!!kau istriku.Papamu sudah mempercayakan kau padaku." sentak Dewa,giginya gemletuk menahan marah.Rania tertawa sumbang.

"Istri??kedengarannya lucu sekali ya.Punya istri tapi masih menikah lagi hanya untuk sebuah obsesi tidak jelas." sindir Rania pedas.Dia memang hanya gadis belia,tapi rasa sakit yang menyerang hatinya membuatnya berani menjawab setiap perkataan suaminya.Istri mana yang mau di duakan?Walaupun agama memperbolehkan seorang suami menikah lebih dari satu,tapi dia tetap wanita biasa.Bahkan Aisyah istri rasullullah saja punya rasa cemburu pada para istri nabi yang lain?bagaimana dengan dirinya?

Dia bukan Khatijah yang dermawan dan mulia,bukan Aisyah yang cerdik cendekia,bukan Fatimah azzahra yang sabar dan sholehah...dia hanya Rania,gadis kecil yang dibutakan rasa cinta yang dimilikinya untuk Dewa.Pria yang tega menyakitinya.Mengingat itu saja sudah cukup membuatnya lemah tak berdaya.Bukan salah cinta yang datang padanya,tapi itu murni kesalahan cinta yang datang pada orang yang tidak tepat.Siapa yang bilang cinta tak pernah salah?Kadang panglima Tian feng juga terkena kutukan cinta yang deritanya yang tiada akhir.

"Raniaaaa!!" Dewa menggebrak pintu hingga Rania terkejut.Tapi hanya sekejab karena gadis itu mulai membaca situasi.Dia tidak pernah mau terlihat lemah di hadapan Dewa.

"kenapa om?faktakan?om mau pukul aku kayak istri muda om itu?silahkan!" Rania menunjuk pipinya yang kemarin lalu ditampar oleh Hera di depan mata Dewa juga.Rasa sakit saat Dewa tidak membelanya itu masih tersisa.Kelewat perih mengalahkan sebuah tamparan tangan seorang Hera.Mana suami yang bilang akan berlaku adil padanya?dia bahkan hanya diam tak bersuara.

"Mulai besok aku nggak akan menyusahkan om lagi.Aku bisa hidup mandiri tanpa om dan papa." dengusnya kesal.Bukannya senang,Dewa malah makin menampakkan kemarahannya.

"kau mulai sombong Rania?" Dewa bertanya seolah menyindirnya.Kata-kata itu mungkin ada benarnya.Rania selalu hidup dibawah sokongan orang tuanya.Tidak pernah hidup susah apalagi bekerja.Wajar saja jika Dewa memandang rendah padanya.Dia tidak pernah tau secara detail kehidupan Rania.

"Tidak om,tapi biarkan saya membuktikan kalau saya juga bisa menjadi wanita dewasa.Saya juga akan lebih baik dari bibi Hafsah,Hera atau siapapun." Setelah mengatakannya,Rania masuk ke kamar dan menutup pintu.Meninggalkan Dewa yang terpaku bisu.Pria itu mengurut pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut.

"Kau tidak akan berhasil Rania,ingat kata-kataku!!kau akan kembali lagi kerumah ini!!" teriak Dewa melampiaskan kekesalannya.

Hera melangkah keluar kamar dan menepuk bahu Dewa.

"Tidurlah.Biarkan gadis labil itu hidup sesuai cita-citanya.Bukankah itu yang kau harapkan Wa?" Dewa mengangguk lalu meninggalkan pintu kamar Rania dan menuju kamar belakang.Hera kembali masuk ke kamarnya.Aneh memang,mereka suami istri yang terlibat cinta segitiga namun tidak tidur bersama.Mungkin Dewa lebih memilih berlaku adil dengan tidur sendiri dikamarnya.

Hera menarik nafas dalam.Digengamnya ponsel ditangannya.Dia membalas chatting seseorang dengan tersenyum riang.Wajah cantik dan dewasanya memang sangat sempurna dan bisa menarik pria manapun yang melihatnya.Rania??dia hanya gadis polos yang bahkan make up saja tidak punya.Bedak juga hanya baby powder yang harumya standart.Tapi Rania punya kecantikan alami yang tidak semua orang memilikinya.

Rania memasukkan semua barang-barangnya ke dalam koper dan tas plastik besar warna hitam.Dia sudah mengirimkan pesan pada Mela agar menjemputnya jam delapan pagi esok hari karena dia harus memastikan jika Dewa dan Hera sudah pergi dari rumah.Bukan tidak mau pamit,tapi dia masih enggan melihat wajah mereka berdua.Terlalu sakit.

Malam itu hanya dia habiskan untuk berkemas dan menyingkirkan semua kenangan dengan Dewa.Dia tidak ingin membawanya serta,terserah jika Dewa akan menceraikannya nantinya.Dia sudah siap menjadi janda diusia belia.Untuk apa memiliki sebuah raga tanpa jiwa?status tanpa perasaan?Rania memilih menarik diri,menjauh dari sana.

Saat dia keluar dari rumah ini,mungkin papanya juga akan kecewa padanya.Dia juga sudah siap dibuang dari keluarganya.Papanya pria idealis yang tidak akan pernah menyukai kata gagal.Lagi pula ini semua kesalahannya yang sudah menjerat Dewa bukan?Dalam kasus ini dialah yang salah.

Terpopuler

Comments

Heryta Herman

Heryta Herman

Rania gadis berpendirian tegas...di.lihat daei cqra bertindak...dia akan sukses tanpa bantuan dewa maupun papanya..aku suka dgn karakter rania...
hebat kamu thor...

2024-08-09

0

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

keberanian kebesaran cinta akan merelakan orang yang di cintai bahagia

2021-12-20

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!