Sore harinya Dewa dan Rania yang akan pergi belanja dikejutkan oleh kedatangan papa dan mamanya yang membawa aneka kebutuhan rumah tangga.Tak tanggung-tanggung,Ardi sang papa membawa mobil pick up untuk mengangkutnya.
"Lho pa..ma..kok bawa-bawa beginian?" tanya Rania bingung.
"Kalian kan pindahnya mendadak,jadi papa dan mama nggak sempat menata rumah ini untuk kalian.Lha baru sekarang ini kami kesini." jawab mamanya lalu membantu menata kompor,panci dan alat-alat dapur yang lain.
Ardi dan Dewa terlibat pembicaraan serius diruang tamu.Dua sahabat itu memang acap kali begitu saat bertemu.Ada saja yang jadi topik pembicaraan seru diantara keduanya.Yanti segera membuatkan kopi dan menyuruh Rania mengatarkan kedepan.
Rania dan mamanya masih asik menata dapur dan memasukkan sayur dan bahan makanan lain ke kulkas.Kadang mereka tertawa bersama sambil menggendong si kecil Reno bergantian.
"Ran"
"iya ma"
"Sekarang kau kan sudah jadi istri Dewa,jangan lupa kewajibanmu sebagai istri ya.Memasak,mencuci,bersih-bersih rumah,pokonya seperti mama lah."
"iya Rania tau ma."
"Ran...apa kau benar-benar mencintai Dewa?" Kali ini Rania terdiam.Mamanya masih menatap dengan teduh padanya.Selain sebagai mama,Yanti juga adalah teman curhat terbaiknya.Selisih usia yang tidak begitu jauh membuat dua wanita beda generasi itu seperti saudara.Tidak ada yang Rania tutupi dari mamanya,termasuk saat dia jatuh cinta pada Dewa.Mamanya selalu menganggap perasaanya sebagai cinta monyet yang akan menghilang seiring perkembangan usianya.Tapi nyatanya...makin kesini Rania makin mencintai Dewa.
"Mama kan tau jawabanya.Ngapain bertanya ma?"
"ya mama cuma memastikan aja Ran.Hidup berumah tangga itu berat Ran,ibarat rumah..cinta adalah pondasinya.Nanti bila ada badai menerjang,pastikan jika bangunan rumah tangga kalian cukup kokoh untuk menahannya." nasihat Yanti panjang lebar.Rania hanya menganggukkan kepalanya.
"Satu lagi Ran...cinta yang bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan.Mama bukannya ingin kalian berpisah,tapi sungguh,dalam hati mama yang paling dalam..mama masih ingin kamu kuliah dan menghabiskan masa mudamu dulu."
"Tapi kan mama menikah dengan papa diusia muda juga ma." protes Rania karena merasa perkataan mamanya tidak sejalan dengan pemikirannya.
"iya Ran.Tapi saat itu kami saling mencintai,tidak sepertimu.Papa juga pemuda yang baik.Diawal-awal pernikahan juga sering cek cok.Tapi alhamdulilah kami baik-baik saja sampai sekarang." Pandangan Yanti menerawang,kisah masa mudanya seakan terekam kembali dalam ingatannya.Sungguh dia tidak ingin Rania mengalami apa yang terjadi pada dirinya.Sebagai orang tua yang berkecukupan,dia ingin anak gadisnya itu seperti anak-anak lain yang sibuk kuliah,kumpul teman,mengikuti kegiatan diluar dan bermacam-macam kreatifitas masa muda lainnya dan bukanya menikah diusia muda yang unjung-ujungnya juga menimang anak.
"Sudahlah Ran,semua memang sudah terjadi.Mungkin Dewa memang jodohmu.Mama cuma bisa berdoa agar rumah tanggamu rukun dan diberkahi Allah."
"Aminn ma.Maaf kalau aku udah bikin mama kecewa." Rania memeluk erat mamanya.
Jam 9 malam Ardi dan yanti berpamitan pulang karena Reno sudah tidur di gendongan mamanya dari tadi.Sebenarnya Rania ataupun Dewa menyarankan mereka menginap,tapi keduanya bersikeras pulang.
Rumah itu kembali lengang.Rania memilih mengunci diri di kamar,sedang Dewa masih menonton televisi diruang keluarga yang berada tepat didepan pinru kamar Rania yang artinya juga didepan pintu kamar Dewa karena kamar mereka bersebelahan.
Rania mengeluh dalam hati.Apa menikah itu sesulit ini?Dia berharap jika sudah menikah dengan Dewa,maka mereka bisa dekat dan bisa saling mencintai seperti cerita dalam novel perjodohan yang dibacanya.Tapi nyatanya?bukanya dekat,mereka malah seperti orang asing yang tidak saling mengenal.Sikap dan perkataan mereka juga cenderung kaku dan seperlunya saja.
Esok paginya,Rania bangun pagi-pagi lalu memasak didapur.Walaupun anak orang berada,gadis itu sudah terbiasa berkutat dengan urusan dapur.Mamanya bahkan selalu mengajaknya memasak atau sekedar mencoba menu baru yang ada di majalah atau internet,maka bisa dibilang Rania adalah gadis yang cekatan dan mandiri.
"Kamu sudah shalat subuh Ran?" Suara berat Dewa mengagetkannya.
"shalat?eh..belum om."
"Bangun tidur itu mandi,ambil wudhu trus shalat dulu Ran."
"hmmm..iya om." tidak ada bantahan yang keluar dari bibir Rania.Sangat berbeda saat dia dirumah,ia tidak pernah mendengarkan apa kata papa dan mamanya.Rania sibuk hidup di dunianya sendiri.
Tergesa dia mematikan kompor lalu melakukan perintah Dewa tadi.Pagi yang aneh karena mulai hari ini dia harus mengikuti semua kemauan Dewa suaminya,atau lebih tepatnya suami diatas kertasnya.Rania tau maksud Dewa baik,sejak dulu begitu.Dewa selalu mengingatkannya untuk shalat,mengaji dan berpakaian muslimah.Bukan Rania tidak mau,tapi dia belum siap untuk itu.Lalu apakah sekarang dia akan melakukan apapun untuk merebut hati Dewa?Rania termenung dalam diam.
Ragu dia melangkah ke dapur,meneruskan acara masaknya yang tertunda.Dia juga berinisiatif membuatkan secangkir kopi untuk Dewa yang terlihat membantunya menyapu lantai rumah.
"Ini kopinya om."
"Letakkan disitu." sahut Dewa tanpa memandang Rania.Dia masih sibuk dengan acara sapu menyapunya dilantai yang lumayan berdebu karena proses pindahan kemarin.
Pukul 6 Pagi mereka sudah duduk dimeja makan.Rania dengan seragam sekolahnya,sedang Dewa dengan kemeja garis-garis biru muda dan celana bahan biru tua yang menambah kesan maskulinnya.Pagi itu rambutnya disisir rapi seakan mau pergi ke acara resmi.Tidak ada menu pagi yang istimewa,Rania hanya menyiapkan bubur ayam lengkap dengan pernik-perniknya.Dewa memakannya dengan lahap,dia memang menyukai menu itu.
"Hari ini kau bisa ke sekolah sendiri kan Ran?"
"Iya om,lagian sekolahnya dekat kok.Enggak perlu diatar jemput."
"Bagus.Hari ini om pulang telat ya,mau meninjau proyek baru di perbatasan kota."
"iya."
"Berikan nomer poselmu.Nanti om akan kasi kabar kalau misalnya belum bisa pulang." Rania membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya.
"Om saja yang isi disini." Tanpa berkata Dewa memasukkan nomernya,menekan save dan menelepon ponselnya sendiri.
"nih,udah.Om berangkat dulu ya,asalamualaikum."
"Walaikumsalam." Dewa masuk ke mobilnya tanpa menoleh ataupun membiarkan Rania mencium punggung tangannya seperti sinetron di tv.Harusnya dia memberi kesempatan Rania berlaku seperti istrinya setelah gadis itu mati-matian menyenangkan hatinya.Ada yang teriris di sudut hatinya.Apa menikah denga Dewa adalah kesalahan baginya?Ahh...Rania mengabaikan perasaan luka itu dengan bergegas keluar rumah,mengunci pintu dan melangkah pergi kesekolah.Udara pagi yang masih sejuk membelai tubuhnya seakan memberi kesegaran diantara lelah hatinya.Mulai sekarang juga dia harus berangkat lebih pagi dari siswa yang lain agar tidak ketahuan kalau dia tinggal diperumahan dekat sekolah.Penyiksaan tahap kedua dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Lheea Amelia
repottttt dehhhhhh
2022-01-31
1
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
duuuuhhh repot kalo cinta bertepuk sebelah tangan 😁😁😁
2021-12-19
1