Pertengkaran

Sepulang dari rumah Mela,Rania benar-benar berjalan kaki sampai kerumah.Di perempatan besar saat hendak menyeberang,dia melihat mobil Dewa berhenti saat lampu merah menyala.Di dekatnya seorang wanita yang dikenalnya duduk mesra sambil menyuapkan makanan ke mulut Dewa.Keduanya tertawa bahagia.Rania segera mempercepat langkahnya diantara para pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan,membelok pada gang kecil lalu bersandar diantara tembok bangunan,mengusap air mata yang jatuh tanpa bisa ditahan lagi.Entah untuk apa?untuk penghianatan Dewa,atau untuk kekesalannya pada kata-kata Firman tadi.

Beberapa menit saat tangisnya reda,notifikasi smartphonenya berbunyi.Ada calon pembeli yang menghubunginya,meminta beberapa barang yang baru saja dia upload dalam jumlah lumayan banyak.Rania buru-buru membalasnya dan menghubungi suplayernya untuk menanyakan keberadaan barang.Setelah semua deal,dia menyanggupi calon konsumennya dan berjalan pulang.Datangnya orderan tak terduga itu sedikit banyak sudah menghilangkan lara hatinya.

Tiba dirumah dengan hati hampa,memasukinya juga dengan mata berkaca-kaca.Andaikan dia tau begini,saat itu dia akan lebih memilih diam dan tidak mengikut campurkan Dewa dalam kesalahannya.Setidaknya semarah apapun,papanya akan memaafkan dia jika berkata jujur.Tapi lagi-lagi,nasi sudah menjadi bubur.

Tanpa mengganti bajunya,Rania masuk kamar lalu merebahkan dirinya ke ranjang.Panggilan masuk berdering,dia mengambil hpnya dan menekan tombol hijau.Mela yang menelepon.

"Udah nyampe rumah Ran?"

"Udah,barusan sampai Mel."

"hey..suaramu serak,kau baru menangis ya?karena kak Firman?" Buru-buru Rania menggelengkan kepalanya.Sadar jika Mela tidak bisa melihatnya dia menyahut cepat.

"enggak Mel.aku...."

"Kak Firman memang keterlaluan Ran.Dia itu terlalu memandang rendah kamu."

"Tadi aku ketemu om Dewa di jalan Mel." Rania terisak lagi.Diseberang sana Mela terdiam.Dia tau pasti Dewa bersama perempuan kemarin,hingga membuat Rania kembali menangis pilu.

"Dengan yang kemarin?"

Tidak ada jawaban.Mela tau Rania pasti sangat terluka.Sahabatnya itu bahkan sudah mencintai Dewa sejak masih duduk dibangku SMP.

"apa aku perlu kesitu Ran?"

"nggak usah Mel.Aku masih ingin sendiri.Nanti aku hubungi kamu lagi ya." jawab Rania lalu memutus sambungan telepon.Hari ini sangat melelahkan baginya.Dia butuh mengistirahatkan hati dan pikirannya.Dia butuh sendiri untuk menata hatinya.

Hari sudah gelap saat Rania terbangun,Jika dihitung hampir enam jam tertidur membuat tubuhnya segar.Kali ini dia berniat mandi lalu menyelesaikan pendaftaran online yang tadi sempat dia lupakan karena masalahnya.

Usai mandi malah perutnya yang keroncongan minta di isi.Dengan sebal Rania menuju dapur dan mencari bahan makanan yang bisa dimasak instan untuk mengganjal perutnya dan membuat secangkir kopi panas agar dia tetap terjaga nantinya.Sejak kemarin,situs jualannya memang sedang Ramai dikunjungi calon pembeli.Dia baru akan membalasnya satu persatu selepas makan nanti.

Pintu rumah terbuka,tanpa menolehpun dia tau jika Dewa yang pulang.Tumben-tumbenan suaminya itu pulang sore.Saat Rania membalikkan badannya matanya terbelalak lebar.Dewa pulang bersama wanita itu....Hera.Di sampingnya sebuah koper besar diseret oleh tangan kekar Dewa yang memandang Rania acuh tak acuh.

"Mulai sekarang Hera akan tinggal disini." Terasa bukan sebuah permintaan,tapi perintah bagi Rania.

"Maksud om apa?"

"Kalian sama-sama istriku walau berbeda status,aku sudah memutuskan untuk kalian tinggal bersama disini.Jika ada yang keberatan,boleh meninggalkan tempat ini." ketus Dewa.

"om lupa ini rumah siapa?" tanya Rania tajam.Dia sudah merasa harga dirinya diinjak-injak saat Dewa sudah berani membawa istri sirinya pulang ke rumah.

"Apa kau juga lupa kalau ayahmu sudah memberikan rumah ini padaku sebagai kompensasi karena mau menikahimu gadis kecil?" kata-kata Dewa menusuk hati Rania.Iya,dia memang bersalah.Tapi haruskah Dewa membalasnya seperti ini?

"Baik om,nikmati saja semua ini.Aku sama sekali tidak tertarik dengan rumah ini,juga pernikahan kita ini.Aku akan keluar dari rumah ini seperti katamu tadi.Terimakasih sudah menikahiku,tapi aku akan lebih berterimakasih kalau om mau menceraikan aku." tukas Rania.Dewa memburunya dan menarik tangannya kasar.

"Jangan bermimpi aku akan menceraikanmu setelah apa yang sudah kau lakukan padaku.Kau akan selamanya jadi istriku Rania,agar kau tau bagaimana sakitnya sebuah kebohongan dan penghianatan" Gertakan Dewa sama sekali tidak berpengaruh pada keputusannya.Segera dia masuk ke kamarnya memasukkan semua pakaiannya dalam koper lalu menyeretnya keluar.

"Kau pikir kau bisa hidup diluar sana anak manja?Nanti kau pasti akan mengemis pada mas Dewa atau paling tidak,papamu yang bodoh itu yang akan memohon agar mas Dewa mau menerimamu kembali." Kali ini Hera yang bicara dengan nada mengejek.Darah Rania naik ke ubun-ubun.

"Harusnya kau berterimakasih karena aku pergi dari sini tante.Itu artinya kau masih punya kesempatan jadi istri sah om Dewa.Kasihan sekali dirimu yang cantik ini kalau cuma jadi istri siri pengusaha penjilat seperti om Dewa."

"Diam kau Rania!" sarkas Dewa sambil memukul meja.Rania tidak peduli,amarah sudah benar-benar menguasai dadanya.

"Kalau om berharap aku hanya akan diam saat kalian tertawa diatas penderitaanku,maka kalian salah besar om.Aku tidak suka dimadu." Dewa tertawa keras hingga wajahnya memerah.Berlahan dia mendekati Rania dan memegang dagunya.

"Sejak awal kau tau aku tidak pernah mencintaimu kan gadis kecil?kenapa kau mencoba menjebakku hem?"

"Apa om pikir orang yang om cintai sekarang ini adalah bibi Hafsah?belum tentu wanita ini sebaik bibi.Mungkin saja dia juga berniat menjebak om.Mana ada perempuan baik-baik mau dinikahi pria yang sudah beristri walau itu terjadi karena kesalahan?" Hera yang ada di dekat mereka spontan melayangkan tamparam keras pada Rania.Gadis itu tidak sempat menghindar karena tangannya berada dalam cekalan Dewa.Sudut bibir Rania berdarah.

"Hera jangan kasar padanya." hardik Dewa sambil membersihkan darah disana,tapi Rania sudah menepiskan tangan itu.Dia tidak butuh simpati Dewa.

"kenapa mas?anak ini kurang ajar."

"Hera mengertilah,aku sudah menganggap Rania sebagai anakku!" ujar Dewa sambil melotot tidak suka pada Hera.

"Kalian tidak usah bermain drama.Permisi!" Rania berjalan cepat sambil menyeret kopernya.Langkahnya terhenti saat tangan kekar Dewa menarik lengan kecilnya kembali.

"Kau akan tetap disini Rania!" bentak Dewa diikuti senyum licik Hera.

"Enggak mau!Rania mau pergi!"

"Kau ingin aku mengadukannya pada papamu?bahwa kau istri yang tidak taat pada suami?"

"Adukan saja om!aku tidak takut."

"Baik.Tapi kupastikan kau yang akan dibenci seluruh keluargamu Rania.Karena om menikah juga atas ijin orang tuamu!"

"maksud om apa?papa tidak mungkin rela aku dipoligami om" kali ini Rania hampir menangis,tapi masih berusaha menahan air matanya.

"Tapi papamu lebih tidak suka jika kau jadi janda Rania.Kau tau itu kan?" seketika Rania tertunduk lemah.Papanya memang sangat kuat memengang prinsipnya.Dia tidak suka kegagalan.

Terpopuler

Comments

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

lebihbaik jadi janda deh daripada di poligami

2021-12-20

2

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

lebihbaik jadi janda deh daripada di poligami

2021-12-20

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!