Pindah Rumah

Siangnya,Dewa benar-benar menjemput Rania kesekolah.Mela yang mengenali mobil Dewa spontan menunjuk dengan ibu jarinya agar Rania yang dari tadi bengong tau kalau sudah dijemput.

"Mel,barengan aja yuk.Kan rumah kita searah."

"enggak deh Mel.Om kamu galak banget.Aku agak-agak takut gitu pas kapan hari bentak-bentak kamu.Mirip pak tentara latihan baris.Takut ihh." Mela bergidik.

"om Dewa oranganya baik kok Mel.Dulu itu pas marah aja jadi galak." bujuk Rania agar Mela mau menemaninya.Terus terang dia merasa rikuh saat berduaan saja dengan Dewa.Apalagi sejak kejadian tadi pagi perasaannya sedikit tidak enak.Ia takut Dewa benar-benar menceraikannya seperti permintaan papanya yang sangat marah.Dewa memang tidak pernah mencintainya,itu yang tetap dia ingat.

"maaf ya Ran,aku naik bus aja bareng yang lain.Da..dahh Rania.....sampai ketemu besok ya bebz." lalu gadis manis berambut sebahu itu sudah berlari kancang menyusul teman-temannya yang beriringan menuju halte.Rania menarik nafas panjang.Dia menghampiri mobil Dewa dan masuk.

"Lama sekali."

"Maaf om,tadi ada tugas dadakan."

"Kita langsung kerumah baru aja."

"hah??rumah baru?lalu rumahnya om kenapa?"

"Papamu bersikeras menyuruh kita menempatinya.Hanya beberapa blok dari sini.Kau bisa berangkat sekolah jalan kaki saja tiap hari Ran." Rania diam.Dewa melajukan kendaraanya memasuki kawasan perumahan milik papa Rania.

"Ini kan rumah papa?"

"Kan aku udah bilang dari tadi ini rumah papamu.Udah diberikan pada kita Rania.Awalnya hanya untuk investasi papamu,tapi kamunya tiba-tiba menikah.Jadinya diberikan sebagai kado pernikahan kita."

"lalu rumah om?"

"Om akan menjualnya."

"ke...kenapa om?A..pa Rania merepotkan om?" Dewa tersenyum dan mengacak rambutnya.

"kau memang gadis nakal yang membuatku malu tinggal disana lagi." Seketika Rania terkejut.Air mata sudah jatuh kepipinya yang putih mulus.Apa yang dilakukannya benar-benar keterlaluan hingga membuat Dewa malu kembali kesana?Ah..kalau saja saat itu dia tidak berbohong,kalau saja saat itu papanya tidak berteriak-teriak seperti orang kesetanan dan membuat kegaduhan,kalau sajaa...

"hey,kenapa kau menangis?"

"Maafkan Rania om."

"Sudahlah.Semua sudah terjadi.Sekarang ayo turun dan rapikan baranga-barang kita." Dewa sudah melompat turun duluan dan membuka pintu.Dua orang yang disewa untuk bersih-bersih rumah tersenyum melihat kedatangan mereka.Rania hanya tersenyum lalu masuk kekamar utama.

Rumah itu hanya satu lantai tapi berukuran cukup besar karena papanya membeli empat kavling sekaligus dan dibangun sendiri.Desainnya juga diatur Dewa saat itu.Papanya itu memang terlalu percaya pada Dewa.Apapun masalah mereka larinya ke Dewa,termasuk ketika berantem dengan mamanya,Dewa adalah tempatnya berkeluh kesah.Pun saat Dewa mau menikahi Hafsah..Papa mamanya yang kerepotan seperti orang punya hajat,Rania sampai sebal melihatnya.

"Kau mau tidur disitu?" Dewa tiba-tiba sudah berdiri diambang pintu kamar utama.Rania mengangguk,membiarkan Dewa masuk menjinjing kopernya.

"kata mamamu,nanti malam barang-barangmu yang lain baru akan diantar kemari."

"om mau tidur dimana?" tanya Rania dengan ekspresi ragu.Dewa terkekeh.

"Dimana saja.Rumah ini punya empat kamar.Aku bisa tidur dimanapun sesukaku." Hati Rania tercubit.Status mereka kini suami istri,tapi Dewa sama sekali tidak ada kemauan untuk tidur sekamar dengan dirinya.Dia hanya bisa melihat punggung pria yang sudah mencuri hatinya itu melewati pintu dan menghilang.Rania terduduk di ranjang,buru-buru menghapus air matanya yang akan luruh.

Sesaat kemudian gadis itu bangkit dari ranjangnya lalu membuka kopernya.Memasukkan satu persatu pakaiannya dan menyusunnya di lemari yang mungkin baru dibeli oleh Dewa.Terlihat sekali dari warnanya yang mengkilat dan bagus.Dia juga masuk ke kamar mandi untuk mengganti seragamnya dengan baju rumahan seperti biasanya saat ada dirumah papanya.

Cacing didalam perutnya berteriak kencang.Dia baru ingat belum makan sejak tadi pagi.Saat bel istirahat berbunyi Rania malah sibuk melamun tanpa memikirkan dirinya.Saat guru mengajarpun dia hanya bengong hingga Mela berulang kali memukul tangannya.Rania seperti kehilangan jiwanya.

Berlahan dibukanya pintu kamar,mencari-cari dapur.Saat dapurnya ketemu hal yang pertama dilakukannya adalah membuka kulkas,berharap menemukan makanan.Tapi hasilnya....kulkas kosong melompong,yang ada hanya air mineral.Lagian mau masak juga pakai apa,rumah itu masih kosong.Rania terduduk lemas,terpaksa minum air putih saja untuk menghilangkan hausnya.

Hendak balik lagi kekamarnya,dia melewati kamar lain yang berdempetan dengan kamarnya.Pintu yang sedikit terbuka membuat dia leluasa melihat kedalam.Dewa sedang shalat dengan khusyuk,hati Rania tersentuh.Dia bahkan belum pernah shalat,dari kecil mama papanya selalu mengajarkan,tapi tidak pernah dia anggap.Sekarang saat melihat Dewa mengerjakannya,dia sedikit malu entah untuk apa.

Saat Dewa mengucapkan salam,Rania buru-buru menjauh,tapi ujung mata Dewa sudah menangkap bayangannya.

"Ran"

"i..iya om." Tidak jadi beranjak,malah mematung ditempat,seolah menunggu Dewa menghampirinya.

"kamu lapar?sebentar lagi makananya datang,tadi om udah pesen cuma mungkin masih dijalan."

"iya om." disaat yang sama bel rumah berbunyi.Dewa bergerak membuka pintu,ternyata pengantar makanan.Dewa menyerahkan bungkusan itu pada Rania.Gadis itu melangkah terburu-buru karena lapar berat.Sampai dimeja makan dia masih celingak celinguk lagi.Tidak ada peralatan makan sama sekali.

"om,kita makan pakai apa?"

"ya pakai tangan Rania,memangnya ada orang makan pakai kaki?"

Dewa langsung membuka makanannya dan tanpa ragu memakannya setelah mencuci tangan.Sedang Rania?ragu-ragu menggunakan tangannya untuk makan.Selama ini dia memang biasa makan dengan sendok.Jadi makan dengan tangan langsung terasa aneh baginya.

"Cobalah Rania,enak lho." Melihat Dewa yang makan dengan lahap dan nikmat membuat dia ikut-ikutan.

"sore nanti kita belanja keperluan rumah.Ada mall di dekat sini."

"kenapa ke mall sih om?dekat sini ada pasar tradisional yang buka 24jam lho.kita belanja disitu saja.Kata mama dipasar harganya jauh lebih murah dari pada di mall."

"kita juga mau beli perabotan dapur lho Ran."

"Ada banyak toko diseputar situ om.Aku biasa jalan-jalan kesitu kalau ngantar Mela beli sesuatu."

"ya terserah kamua saja Ran.Memangnya kamu bisa belanja?"

"ya bisa om,orang biasanya ngantar mama kepasar.Om buat daftar belanjaanya deh,nanti biar Rania yang belanja.Om tinggal nunggu dimobil.Aman kan?" Dewa tergelak mendengar celotehan Rania yang lucu.Dia lagi-lagi melihat bayangan Rania kecil yang dia ajari bicara.Anak itu sudah dewasa sekarang,bahkan menjadi istrinya.Takdir memang aneh.Dia memandang lekat pada Rania kecilnya,Rania nakal yang sudah menjebaknya dalam pernikahan tak terduga.

Terpopuler

Comments

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

laaahh jodoh pati rizki Allah yang ngatur.... jodoh yang tak terduga

2021-12-19

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!