Bertemu Hera

Esoknya,Rania nekat keluar dari rumahnya.Hatinya begitu sakit melihat ekspresi Dewa yang hanya diam sambil menyesap kopinya,tidak berusaha mencegah atau sekedar menyapanya.Hera juga bersikap sama saja,wanita itu malah sibuk bernyanyi riang sambil memasak.Sesekali bersiul untuk mengiringi nyanyiannya.sekali ini Rania benar-benar merasa tidak di anggap dan dibutuhkan.Dia memilih berlalu.Lebih cepat lebih baik.

Sampai di Ruko,Mela menyambutnya dengan senyum terkembang.Rania yang semula masuk dengan wajah ditekuk-tekuk jadi mengerutkan keningnya.Dalam hati bertanya-tanya.

"Ran,lihat...baru saja ada orderan pakaian anak banyak banget lho.Orang itu juga pesan beberapa perlengkapan sekolah di toko onlinemu." ujar Mela bersemangat.Ponsel yang ada ditangannya sudah dekat sekali dipelupuk mata Rania dengan maksut agar sahabatnya itu bisa melihat dan ikut bahagia bersamanya.

Benar,Rania ikut berjingkrak girang.Ini adalah awal yang bagus.Sejenak dia melupakan kesedihannya dan larut dalam kesibukannya.Kedua gadis itu berbincang hingga lupa waktu dan tertidur disana.

********

Bulan berganti bulan....Minggu depan adalah ujian semester pertama bagi Rania.Mela juga sudah tidak bisa lagi membantunya di ruko karena kesibukanya di organisasi kampus.Mau tidak mau Rania merekrut tenaga kerja yang akan membantunya berjualan.Dari beberapa calon pendaftar,pilihannya jatuh pada Tika dan Erna.Dua-duanya adalah gadis yang baru lulus SMA sepertinya.Bedanya mereka tidak melanjutkan kuliah karena terhalang biaya.Orang tua mereka hanya pekerja musiman yang menangung beban banyak anak.Sebagai anak tertua,mereka seperti dituntut untuk membantu orang tuanya.Sudah cukup baik mereka bisa lulus SMA.Walaupun tidak bisa mendapatkan gaji yang besar,mereka masih bisa bekerja lebih layak.

Hari itu Rania cukup puas dengan hasil kerja mereka.Selain cekatan,keduanya juga sangat rajin karena sudah terbiasa bekerja keras dari kecil.

"selamat siang mbak." sapa keduanya ramah saat Rania masuk ke dalam ruko dan kembali menggeser pintu kaca agar tertutup kembali.Hawa Ac yang sejuk meredam panas tubuhnya setelah beberapa menit dipanggang oleh teriknya matahari sehabis berjalan kaki dari kampus tadi.Memang,sejak tinggal di ruko itu Rania memilih berjalan kaki saja ke kampus yang hanya beberapa blok dari sana.Dia juga harus banyak bersyukur karena dengan membuka usaha disana,dia bisa menjaring banyak mahasiswa sebagai konsumennya.Rejeki memang sudah ditakar,tinggal bagaimana kita mengaisnya dengan cara yang pintar.

"Siang,kalian sudah makan?"

"hmmm belum mbak.Masih sibuk dengan pelanggan." sahut Erna yang memasukkan orderan siap kirim ke kantong-kantong khusus.Rania meletakkan tasnya di meja.

"Jangan menunda makan.Hentikan dulu kerjaan kalian.Makan,istirahat,shalat lalu kembali bekerja jam 1 nanti."

"mbak Rania nggak mau makan bareng kita?" tanya Tika yang membawa kotak makanan kesisi meja disusul Erna yang juga mengeluarkan bekal dari dalam tasnya.Rania tersenyum lebar.Dia mengeluarkan Tiga kotak makanan siap saji dari tas besar yang ditetengnya tadi.

"Ayo makan bersama." katanya.Tika dan Erna tertawa bersamaan.Rania kerap kali begitu jika ada waktu makan bersama.Membawakan mereka makanan dari luar.Kadang bila dilihat,hubungan mereka bukan seperti pekerja dan bosnya,tapi lebih pantas disebut teman yang membantu temannya.Rania memang gadis baik yang tulus.

"Mbak,ada orderan besar lagi hari ini." lapor Tika sambil mengunyah makanannya.

"baju?"

"bukan.peralatan kantor.Tapi yang order orang yang sama."

"siapa?" tanya Rania sambil sibuk mengutak atik hpnya.Banyak pesanan online yang masuk walau masih dalam skala kecil.

"namanya Widhi mbak.nih,alamat kantornya juga nggak jauh dari sini."

"hmmm...ya udah,nanti biar aku yang handle.Kalian kerjakan pesanan yang lain ya." ujar Rania mengakhiri acara makannya,meminum jus jeruk kesukaannya lalu berjalan menuju wastafel.

"baik mbak." Tika dan Erna yang juga sudah selesai makan lalu shalat bergantian kelantai atas.Ranialah yang kini berjaga di ruko.

Sesosok bayangan wanita masuk bergandengan tangan dengan pria muda yang tampan dan bersih.Mereka memasuki ruko.Jantung Rania seperti berhenti berdetak saat matanya bertatapan dengan wanita itu.

"Tante Hera." gumamnya.Wanita tadi malah menghampirinya,mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Rania yang menyambutnya dengan ragu.

"Hei..kau Rania kan?jadi kamu pemilik toko ini?Tadinya kupikir hanya kebetulan dengan nama yang sama.Ternyata itu benar-benar kamu.Apa kabarmu Rania?" ujarnya ceria.Seperti tidak pernah terjadi masalah antara mereka berdua.Apa wanita ini sudah tidak punya perasaan?Dia yang sudah memisahkan dirinya dan Dewa tanpa perasaan.Dan sekarang?dia dengan mudah bersikap biasa saja.Lalu siapa pria ini?lalu bagaimana dengan om Dewa?pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya.Teganya Hera menghianati Dewa.

"ehh..saya baik tante." jawabnya terbata.Tangannya terkepal kuat.Ingin rasanya menampar wajah wanita ular itu.Tapi saat ini Hera adalah pelanggannya,dia tidak bisa bersikap seenaknya.

"aku mampir mau nanya soal pesananku kemarin."

"maaf,pesanan atas nama siapa ya?biar saya bantu carikan.". jawab Rania lagi.Dia sempat mengelus dada melihat kemesraan keduanya yang seolah tidak pandang tempat,tidak ada rasa sungkan.

" Ferry Irawan." sahut sang pria tegas.Rania menghampiri laptopnya dan mengecek daftar pesanan.Beberapa buah kemeja batik lengan panjang yang sudah di pack dan siap kirim.Tapi kenapa pasangan ini malah mengambilnya sendiri?

"maaf,mau diambil sekarang kak?"

"sudah ready."

"iya sudah."

"bisa saya buka untuk melihat kualitas kainnya mba?" tanya pria bernam Ferry itu ramah.Rania menuju rak penyimpanan dan mengambil pesanan mereka.Ferry menerimanya dan membukan lakbannya.Agak lama mengecek,pria itu manggut-manggut.

"hmmm...saya ingin mengorder Lima lusin lagi dengan merk yang sama."

"Baik,pesanan akan ready dua hari dari sekarang pak." pria itu membayar cash pesanannya dan menyuruh Rania memaketkannya ke alamat rumahnya.Transaksi berakhir.

Hera akan beranjak saat Rania menarik tangannya.

"Bisa kita bicara sebentar tante?" tanyanya.Dia tidak ingin mati penasaran.

"bicara saja Ran" ujar Hera.Rania terlihat ragu.

"hmmm...ntar aja tante." Hera tertawa lagi.Rania jadi bingung dengan sikap wanita kembaran Hafsah itu.

"Yakin nggak bakalan nyesel nih?kita bakalan lama nggak ketemu lho Ran.Aku mau pindah ke Bandung."

"Lalu om Dewa?"

"lho..kamu nggak tau kalau Dewa sudah di Sydney sekarang?"

"Sydney?"

"iya.Apa papamu tidak memberintahumu?" Rania menggeleng kuat.Setelah pergi dari rumah dia memang sudah putus hubungan dengan siapapun.

"Lalu tante?kenapa disini?bukannya ikut om Dewa?." lagi-lagi Hera tertawa berderai hingga wajahnya memerah.

"Kamu kan istrinya?kenapa menyuruhku?"

"tante juga istrinyakan?" bantah Rania.Matanya menyelidik mencari kebenaran.Tapi Hera masih saja tertawa.

"Aku ini istri mas Ferry,bukannya mas Dewa." tukas Hera lagi.Rania melongo dengan berjuta pertanyaan di kepalanya.

Terpopuler

Comments

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

Eni Trisnawati Mmhe Winvan

duuuuh binun nih bacanya

2021-12-20

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!