Ardin masih memeluk putri kesayangannya saat si kecil Reno juga ikut memeluk mereka dari belakang.Tawa mereka pecah.Rania meraih tubuh adik bontotnya itu dan menciumi pipi gembulnya.Betapa Rindunya dia pada Reno.Adik lucunya itu merangkul erat leher Rania dan tertawa riang.
"kamu kok kurusan Ran." ujar mamanya.Sejak memutuskan berpisah dari Dewa,Rania memang menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan kampus dan mengurus tokonya yang maju pesat.Tidak ada waktu lagi mengurus diri sendiri.Telat makan juga sudah jadi kebiasaan baru baginya.Mungkin ini adalah bentuk pelariannya dari masalah.Kehilangan Dewa adalah hal yang sangat membuatnya terguncang.
"iya ma,aku sibuk di kampus dan mengurus ruko." jawab Rania sekenanya.Ardin mengulas senyum bangga.
"Tadi pagi Dewa telepon kami.Anak itu benar-benar tega meninggalkanmu sendiri di ruko.Kami mau jemput juga dilarang.Katanya kamu mau belajar mandiri." tukas papanya lagi.Rania terdiam.Dewa masih berhubungan baik dengan keluarganya.Dia juga tau dia tinggal dimana.Tapi kenapa tidak berusaha mencarinya,menemuinya dan bicara empat mata dengannya?
"iya pa."
"Kamu itu harusnya tinggal disini saat suamimu pergi.Biar ada yang ngurus Ran.Kok kayak Dewa perginya sehari dua hari.Lha wonh Dewa belum tentu bisa pulang setahun lagi." mamanya ikut menimpali.Rania jadi makin bingung.Mau tanya takut salah tidak tanya penasaran.Orang tuanya malah banyak tau tentang Dewa dari pada dirinya.
"Memangnya om Dewa mau ngapain disana lama-lama pa?" tanya Rania sambil memasang ekspresi acuh.Padahal jauh dilubuk hatinya kebat-kebit tidak karuan.
"Ya...Dewa bekerjalah.Orang tuanya juga udah berniat pensiun dari perusahaan mereka.Dewa itu kan anak satu-satunya.Ya wajar kalau dia harus belajar dari sekarang.Kamunya aja yang nggak mau ikut sama dia Ran." Rania makin bingung.Perusahaan?Orang tua?Sydey?tidak mau diajak?bagaimana dia mencari jawaban dari semua pertanyaan ini sedangkan Dewa sudah lebih dulu mengarang cerita yang membuat orang tuanya tidak tau apa-apa tentang masalah rumah tangganya.Apa sebenarnya maksud Dewa?
"pokoknya papa nggak mau tau.Kamu telepon suami kamu sekarang dan katakan kamu mau tinggal disini.Papa sama mama nggak tega kalau kamu tinggal di ruko." tegas papanya tak terbantahkan.Ini lagi...menelepon?dia bahkan tidak punya nomer telepon Dewa.Bagaimana dia bisa menelepon?
"ponsel Rania lowbath pa."
"ya udah kamu ces dulu habis itu telepon."
"aduh papa...ponselnya Rania itu kalau ngisi suka lama." tandas Rania lagi.Gadis itu bingung mesti menjawab apa.
"ya ampun Raaann...kalau udah jadul tuh kamu beli baru dong sayang.Buat apa Dewa ngirimin uang tiap bulan kalau nggak kamu pakai?" lagi-lagi mamanya membuat kepalanya pusing.Kirim uang?Rania bahkan tidak tau apa-apa.
"Tuh kan pake acara bingung?pa,lihat putrimu jadi perhitungan mirip denganmu."
"ya,dia mulai sayang uang seperti kamu kok ma." ledek Ardin yang seketika membuat Yanti berang.
"Nih ya...kalau kamu nggak mau beli,biar mama yang belikan.Itu uang dari suamimu biar terus ada ditabunganm sampe bisa beli gunung Semeru."
"Uang apa ma?Rania bahkan tidak pernah menerima apapun dari om Dewa." jawab Rania berapi-api.Selama ini dia juga bukan gadis pelit yang akan menyembunyikan uang atau tidak mau kehilangan uanh untuk biaya hidupnya.
"ehh..masih mau mengelak.lihat Ran,Dewa bahkan mengirim resit pengirimannya sama kami tiap bulan." kata mamanya lagi sambil membuka galeri dan menunjukkan bukti transfer uang dari Dewa.Rania terbelalak.Nominal yang bisa dibilang besar tiap bulannya.Bahkan bisa untuk biaya hidup mewah jika Rania mau.
"Rania benar-benar tidak tau ma.Om Dewa tidak pernah bilang apa-apa." ujar Rania sambil menggeleng heran.Keingintahuannya semakin membuncah.
"kau ini harusnya udah nggak panggil om lagi sama Dewa Ran.Dia itu suamimu lho.Nanti orang mikirnya dia benar om kamu atau malah sugar dadymu." protes papanya sedikit geram.Bagaimana tidak,sudah hampir setengah tahun menikah anak gadisnya itu tetap bersikap kekanakan.
"trus aku harus panggil apa pa?" tanya Rania balik protes.Sejak kecil dia sudah memanggil Dewa dengan sebutan 'om'.Akan jadi canggung rasanya jika dia memangil dengan sebutan lain.
"Ya terserah kamu.Tanya aja ke Dewa di mau dipanggil apa.Sementara ini kan kamu bisa panggil mas gitu...biar kesannya Dewa itu nggak tua-tua amat saat nikahin kamu." kata Papanya lagi.
"emang om Dewa udah tua pa.Dia kan sepantaran sama papa." serang Rania lagi.
"Pernikahan ini juga kamu yang minta Ran.Dewa sudah cerita banyak pada kami.Sekarang kau tidak boleh bersikap seolah-olah Dewalah yang salah.Kami yang seharusnya bersyukur karen kau menikah dengannya.Bukan orang lain yang bisa merusakmu." Rania hanya menunduk sambil mengelus kepala si kecil Reno.Mamanya muncul dari dapur membawa minuman dan camilan untuk mereka.
"Udah..minum dulu.Habis ini kita makan bareng ya.Papa juga belum sempat makan siang tadi." kata Yanti sambil meletakkan nampan itu di atas meja. Keduanya menganguk lalu meminum teh hangat itu bersama.Mama Yanti mengambil ponselnya dan menghubungi Dewa.
Rania tidak sempat menghindar saat sorot kamera mengarah padanya.Mamanya memang duduk tepat disisinya dan mengarahkan kamera ponsel padanya.Rania membeku.Dewa duduk dikursi besar lengkap dengan setelan jas hitam dan rambut tersisir rapi.Sangat tampan.
"Asalamualaikum mama" sapanya ramah dan menekankan kata 'mama' pada Yanti.Terdengar seperti saling mengolok karena mereka memang teman yang secara aneh dan tiba-tiba berganti hubungan menjadi mertua dan menantu.Yanti tertawa keras berbarengan dengan papanya.
"Walaikumsalam..Wa,ini istrimu berkunjung kesini.Setelah 6 bulan baru dia ingat pulang.Kau benar-benar membuat dia jauh dari kami." ujar Yanti dengan nada merajuk.Mata Elang Dewa manatap Rania tajam.Mata mereka bersistatap sesaat.Setelahnya Rania menundukkan wajahnya.Pipinya memerah.Dewa yang dulu sudah jauh berbeda dari yang sekarang.
"Wa,sebaiknya Rania tinggal disini saja hingga kau kembali.Aku tidak tega kalau dia sendirian di ruko atau di rumah kalian." papanya berkata secara tiba-tiba dari sisi Rania.Dewa berpikir sesaat.
"Semua itu terserah Rania,pa."
"Tapi kamu kan suaminya.Rania harusnya nurut sama kamu dong."
"Nanti aja papa bicarakan sama Rania ya pa.Aku setuju aja bagaimana baiknya." jawab Dewa lagi diseberang sana.
"Sebaiknya kamu tanya sekarang Wa.Biar cepat ada keputusan.Biarkan kami yang menjaga Rania selagi kau tidak ada." lagi-lagi Ardin berusaha meyakinkan menantunya.Yanti langsung meraih tangan Rania agar memegang hpnya.Rania yang terkejut gelapan seketika.
"as..asalamualaikum om."
"Walaikumsalam,sayang..sebaiknya kamu memang lebih baik tinggal ditempat papa mama dulu ya.Biar ada yang jagain kamu."
deg...deg....deg....
'sayang'??????????
Apa dia tidak salah dengar?Dewa memanggilnya sayang?????
"sayang kamu kenapa?sakit?" tanya Dewa lagi dengan wajah kawatir.
"ehh..aahh...ti..tidak om."
"bagaimana?kamu setujukan tinggal dirumah papa dulu?"
"ehh...i..iya."
"istri yang baik." ucap Dewa lagi dengan senyum mengembang.Rania lemas seketika.Senyum itu......manis sekali.Beruntung saat itu papa mamanya sibuk berebut hp untuk bicara pada menantu kesayangan mereka hingga tidak terlalu fokus pada Rania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Heryta Herman
gimana sih ini..beebln" yg lalu bersikap sprri tdk menerima isteinya..dan skrng bersikap sprti tdk ada kejadian apa"...klo rania berpikir pendek dan baper...yah terserahlah...klo kita yg di bikin sprtii rania..lbh baik menghindar dari semua nya,baik itu ortu ataupun dewa..biar mrka berpikir juga...
2024-08-09
0
Putri Pelangi
ko jd binggung bacanya thor
2022-12-12
1
Siti Fatimah
bingung, kok gak jelas ya, itu dulu katanya nikah sama Hera. tapi kok cuma pura". coba jelaskan Thor, otak ku cedek Thor 😂
2021-12-18
2