Grey menghentikan gerakannya yang menyisir rambut. Seingatnya semalam ia mengunci pintu sebelum tidur, dan tadi kenapa Lisa seakan baru tahu kalau Reyno tiba di rumah?
Mendadak hati Grey merasa tak enak, terasa ada sesuatu yang ganjil. Ia melirik ke arah pintu dan ia juga meyakini bahwa semalam sudah mengunci pintu. Bukan kan hal itu aneh batinnya?
Dengan hati yang terus bertanya-tanya Grey pun bergegas berbenah kemudian mengambil tasnya untuk keluar kamar. Didapati kini Reyno dan Lisa yang sudah berada di meja makan.
"Ayo lekas makan," ajak Reyno pada Grey.
Grey beranjak mendekat dan mengambil duduk seraya bertanya memastikan apa yang mengganjal di hatinya. "Seingatku semalam aku sudah mengunci pintu kamar, bagaimana bisa kamu masuk kamarku Rey?"
Spontan Reyno menghentikan kegiatannya yang tengah menikmati makan dan ia entah mengapa justru menggerakkan bola matanya berpaling dari tatapan Grey.
"Aku yang tadi pagi membuka pintu kamarmu, mengecekmu sudah pulang atau belum," ucap Lisa menuang teko berisi kopi di cangkir yang diperuntukkan Reyno.
"Belum pulang?" sahut Reyno terheran, padahal semalam ia lah yang mengantar Grey sampai apartemen dan belum terlalu malam
Kali ini Grey yang justru diliputi rasa panik. "Iya. Semalam setelah kamu mengantarku, aku keluar lagi karena ada perlu," kata Grey sedikit gugup.
"Kenapa tidak memberitahuku. Aku bisa balik kesini kalau kamu butuh sesuatu."
"Tidak Rey, itu akan semakin membuatmu repot."
"Tidak sama sekali. Kita ini pasangan," sahut Reyno terdengar mengingatkan.
Grey mengamati sorot mata Reyno sesaat, dan setelahnya ia mengangguk. "Terimakasih atas perhatianmu," sahut Grey yang kali ini Reyno membalasnya dengan senyum yang entah mengapa selalu membuat hati Grey berhutang, sebab begitu banyak hal yang ia terima dari lelaki itu sementara ia sendiri merasa belum bisa membalas.
"Semalam aku sudah pikirkan tentang keinginanmu yang ingin kembali ke Indonesia. Paspormu akan segera kuurus, begitu pun dengan Lisa."
"Lisa ikut?" sahut Grey terheran.
"Iya, Lisa yang akan menemanimu di Indonesia."
Grey melirik ke arah Lisa, tapi wanita itu masih terdiam bahkan Grey sendiri tak bisa menebak ekspresi Lisa. "Kupikir itu tak perlu Rey. Aku memaklumi Lisa kamu pekerjakan disini karena aku sakit dan aku yang terkendala bahasa. Tapi untuk menemaniku selama tinggal di Indonesia, kurasa aku bisa mandiri. Maksudku, biar kan Lisa mengambil keputusannya sendiri."
"Aku butuh pekerjaan yang diberikan oleh Reyno, tapi kalau kamu sendiri yang keberatan selama aku ikut denganmu, aku juga tidak akan memaksa."
"Apa selama tinggal bersama, Lisa membebanimu?"
"Rey, aku tidak bermaksud begitu," sahut Grey menampik, sejujurnya hutang budinya terhadap Reyno diakuinya terlampau menggunung. "Aku merasa tak enak hati karena terlalu banyak membebanimu, jadi kumohon jangan terlalu baik kepadaku. Takutnya aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu," ucap Grey mengakui.
Reyno justru terkekeh. "Berlebihan? Tapi aku senang melakukannya, terlebih sekarang kita ini pasangan. Jadi jangan lagi berpikir yang macam."
"Rey..." Kata-kata Grey terhenti sebab kali ini jari telunjuk Reyno sudah tertempel di kedua belah bibirnya.
"Lanjutkan makanmu, kita sudah kesiangan," ucap Reyno memperingatkan. Dan Grey hanya mampu mendesah.
Lagi dan lagi Grey seperti kesulitan walau hanya sekedar terbebas dari segala fasilitas dan kemudahan hidup yang diberikan Reyno untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Bunda Aish
nanti kalau sudah tahu kalau grey istri orang jangan marah ya Rey......
2023-09-27
0
SweetMuffin SM
bahkan di alam bawah sadarnya grey gak bjsa mencintai orang lain
2023-02-04
0
SweetMuffin SM
kebaikan grey sampai semua suka
2022-01-15
0