Dipukuli membabi-buta oleh Darrel tak sedikit pun Andreas memberi perlawanan. Andreas justru terbahak, menertawakan tingkah Darrel yang jelas bisa tertebak bahwa sahabatnya kini terusik oleh ucapannya.
"Katakan saja kalau kamu tersinggung dengan ucapanku. Kamu tak terima 'kan tersaingi oleh pria manapun yang merebut hati Grey."
Ucapan Andreas telak membuat Darrel mengendurkan cengkramannya. Emosinya beberapa saat lalu sulit terkontrol, bahkan urat dilehernya sampai saat ini masih sangat nampak.
Andreas menghela lega ketika Darrel telah benar-benar menyingkirkan tangan yang sejak tadi mencengkeram erat di lehernya, wajahnya sudah sangat perih luar biasa bahkan di bawah lubang hidungnya telah mengalir darah segar.
"Yang kulihat dari sorot matamu, kamu sangat menginginkan Grey. Wajar kamu mengkhawatirkannya."
Darrel hanya melirik sekilas ke arah Andreas yang mengoceh sambil mengusap darah yang mengalir di hidungnya.
"Itu melegakanku," imbuh Andreas yang kali ini justru memancing senyum samar di sudut bibir Darrel.
"Dia yang selalu membuatku ingin pulang," gumam Darrel mengakui.
Andreas menanggapi dengan senyum lebar. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan setelah berhasil bertemu dengannya?"
"Entahlah," sahut Darrel duduk bersandar di dinding sambil menengadahkan kepalanya.
"Bodoh," seru Andreas melempar barang yang sekenanya ia ambil yang tak jauh dari jangkauan tepat ke arah Darrel.
Darrel tak mengelak, dan hanya menyingkirkan bantal sofa yang mengenai tepat di wajahnya, tentunya kali ini tidak membalas perlakuan sahabatnya.
"Apa musti kuajari cara mengungkapkan perasaan yang kamu sendiri miliki?"
Andreas menoleh bersamaan dengan Darrel yang ikutan menoleh, mereka sama-sama saling menatap kemudian keduanya tertawa bersamaan. Mereka juga menyadari hanya karena seorang wanita menjadikan keadaan serba kacau sebab ini kali pertamanya Darrel hilang kesabaran dan melampiaskan kekesalan di hatinya kepada Andreas.
"Tidak perlu, aku punya caraku tersendiri. Sekali pun Grey menolak, aku akan tetap mengurungnya dan menjadikannya sepenuh wanita yang hanya bisa kumiliki."
Andreas terbahak. "Kamu terlalu yakin," kata Andreas bukan bermaksud meremehkan namun sebaliknya ia amat mengiyakan. "Tapi ingat tugas utamamu adalah menemukannya terlebih dahulu. Setelahnya terserah kamu, mau kamu karungi atau kamu kurung sekali pun yang jelas lepaskan dulu status pernikahan kontrakmu."
"Tentu," sahut Darrel mengulas senyum.
***
"Paspor dan surat rujuk dari Rumah sakit semua sudah kuurus, kita akan berangkat ke Jepang nanti malam."
"Apa di Jepang nanti kita akan bersama?"
Reyno terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepala. "Aku akan usahakan berkunjung ke tempatmu. Dan tenang saja, aku sudah siapkan orang untuk menemani dan membantu semua keperluanmu."
"Apa ada jaminan aku bisa sembuh?"
"Tentu, aku yang akan menjaminmu Ren," tegas Reyno dengan sorot mata tulus.
Percakapan itu terngiang-ngiang di benak Grey, ada keraguan yang muncul di dalam hatinya. Ia menyakini jika ada sesuatu yang salah, dan lama ia memandangi buku paspor di tangannya lantas mengeja tulisan nama lengkapnya, Renata Ayunda.
Sekarang ini ia sudah berada di Bandara, beberapa saat lagi jadwal keberangkatannya akan tiba. Namun dimana waktu bergulir hatinya bertambah semakin risau. Ada sesuatu yang memberatkannya, hatinya mendadak enggan untuk melanjutkan kepergian.
"Kita berangkat," ucapan itu ingin sekali Grey bantah, tapi lagi-lagi Grey tak mampu berbuat banyak ketika ia menyadari ketidakberdayaannya. Satu ia yang tak bisa mengingat siapa dirinya lalu tubuhnya yang hanya bertopang pada sebuah kursi roda.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Bunda Aish
hidup mu terombang-ambing grey, jadi korban yang dimanfaatkan
2023-09-27
0
SweetMuffin SM
yes yes darrel akhirnya sadar akan perasaanx
2023-02-04
0
SweetMuffin SM
tapi grey gak akan lumpuh selamanya Khan kak Ar
2022-01-15
0