Reincarnation : A Quite Revenge
...***...
Hiroshi Yamada adalah salah satu ninja terlatih. Dia sekarang tengah bertugas mematai-matai seorang petinggi negara bernama Takeda. Sebuah alat pemanah dan pedang terpaut di punggungnya.
Selain dikenal sebagai ninja yang hebat bertarung, Hiroshi juga merupakan pembunuh bayaran. Bagi orang-orang yang berniat membayar Hiroshi untuk membunuh, mereka harus memberikan alasan yang tepat. Hiroshi bukan lelaki gila harta. Dia hanya tidak suka dengan ketidakadilan. Makanya klan-klan yang mengenal dirinya pun adalah para pesohor baik.
Hiroshi mempertimbangkan beberapa alasan sebelum membunuh sasarannya. Pertama, kesalahan besar apa yang telah dibuat olehnya. Kedua, seberapa banyak kesalahannya terhadap tanah leluhur. Ketiga, pengkhianatan. Jika semua alasan tersebut memenuhi. Maka dia tidak akan ragu membunuh sasarannya.
Hiroshi berlari dalam kegelapan. Ada dua rekannya yang mengikuti dari belakang. Mereka bergerak seperti kilatan bayangan. Menembus kabut dimalam hari.
Menghindari cahaya, dan bergerak tanpa bersuara adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang ninja. Semuanya demi teknik spionase menjadi lebih sempurna. Dengan mengenakan pakaian serba hitam, Hiroshi dapat menyatu dengan kegelapan. Dia hanya menyisakan bagian matanya untuk tidak ditutupi.
Setelah berhasil mengendap-endap melewati perumahan warga. Hiroshi pun melanjutkan aksinya naik ke salah satu rumah. Dia melakukannya dengan gesit dan hening. Sesekali bola matanya di arahkan ke belakang untuk memastikan keadaan kedua rekannya.
Hiroshi sudah berada di atap. Dia sekarang berjalan ke titik yang lebih gelap. Kemudian mengamati kediaman Takeda yang hanya terhelat beberapa buah rumah. Mata tajamnya mampu menyaksikan betapa sepinya rumah sasarannya. Dahi Hiroshi mengerut, karena dia merasa ada yang aneh.
"Terlihat sepi, ini kesempatan yang sangat bagus!" ucap Akio, salah satu rekan Hiroshi yang berbadan kecil.
"Benar, apa lagi yang kita tunggu." Goku menyetujui pendapat Akio. Namun tidak untuk Hiroshi, matanya masih mengamati dengan seksama keadaan di sekitar rumah Takeda.
"Tidak, kita tunggu dahulu!" ujar Hiroshi tenang.
"Tetapi kesempatan tidak datang dua kali!" Goku bersikeras. Kemudian lebih dahulu bergegas menuju rumah Takeda. Akio sepertinya sepemikiran dengan Goku, langkahnya bergerak mengikuti dari belakang.
Hiroshi menggertakkan gigi dari balik penutup wajahnya. Sebelah tangannya mengepalkan tinju. Alhasil lelaki berusia dua puluh empat tahun tersebut tidak punya pilihan lain selain mengikuti Goku dan Akio.
Hiroshi telah menginjakkan kakinya ke tanah. Dia dan kedua rekannya berhasil melewati pagar tinggi yang mengelilingi kediaman Takeda. Posisi mereka sekarang berada di pinggir rumah. Tepatnya di dekat sebuah sumur berhiaskan dengan kelopak-kelopak bunga sakura yang berguguran.
Syut!
Sebuah panah tiba-tiba mengalihkan atensi Hiroshi dan kedua rekannya. Anak panah itu tertancap tepat ke sebuah pohon yang berada di belakang Akio.
Satu per satu para pengawal muncul, dan mengepung. Mereka mengarahkan masing-masing senjatanya kepada Hiroshi dan kedua rekannya. Sia-sia menggunakan metsubushi, karena pengawal yang sedang mengelilingi lebih dari sepuluh orang.
Akio memberanikan diri menggerakkan sebelah tangan untuk mengambil senjata shuriken-nya. Namun sebelum sempat melakukan perlawanan, sebuah panah sudah menancap ke bagian kakinya. Hal yang sama juga di alami oleh Hiroshi. Keduanya seketika tumbang dalam keadaan berlutut ke tanah. Goku pun terlihat ikut terjatuh.
Seorang lelaki membelah susunan pengawal yang sedang mengepung. Dialah Takeda, seorang lelaki yang dikenal berkhianat dengan tanah airnya sendiri. Takeda diketahui telah membiarkan bangsa asing untuk masuk dan berkuasa di wilayah Jepang.
Takeda berjalan mendekat. Kedua tangannya seolah saling bertautan dari balik punggungnya. Matanya menatap kesal ketiga ninja yang sudah berani masuk ke kediamannya tanpa ijin.
"Berdirilah Goku!" titah Takeda sembari tersenyum miring.
Goku bangkit dan berdiri. Kemudian berjalan mendekati Takeda. Dia membungkukkan badan sekitar seratus delapan puluh derajat.
"Terimakasih, Senpai!" ujar Goku sambil menyatukan kepalan tangannya. Sekarang jelas sudah alasan Goku menjadi satu-satunya orang yang tidak diserang oleh pengawal Takeda.
Hiroshi dan Akio dibuat begitu kaget. Keduanya langsung saling bertukar pandang. Mereka tidak menyangka Goku akan berkhianat.
"Kau harusnya malu kepada dirimu sendiri, Goku! kau tidak saja berkhianat kepada kami, tetapi juga pada leluhurmu!" Hiroshi bersuara dengan lantang. Matanya menyalang penuh amarah.
Goku tampak membuka penutup wajahnya. Kemudian menunjukkan senyuman puas. Dia sama sekali tidak tertarik dengan segala ungkapan Hiroshi.
Perlahan Takeda mengeluarkan benda yang sedari tadi disembunyikan dari balik badannya. Sebuah katana yang mengkilap digenggam erat oleh kedua tangannya. Dia mengarahkan benda itu tepat ke leher Akio.
Tanpa pikir panjang, Takeda pun mengayunkan katana-nya.
Swing!
Darah Akio langsung merembes dari lehernya. Tubuhnya bergetar hebat dengan keadaan mata yang terbelalak.
"Akio!!!" pekik Hiroshi histeris. Dia mencoba mencabut pedang yang sedari tadi terpaut di balik punggungnya. Namun Takeda melakukan serangan lebih dahulu, dengan cara menendang wajahnya. Kemudian menancapkan katana-nya tepat ke jantung Hiroshi.
Jleb!!
Hiroshi merasakan sakit yang teramat sangat. Tenggorokannya tercekat hebat. Deru nafasnya perlahan melambat. Terakhir kali kalimat yang dia dengar sebelum penglihatannya menggelap adalah, 'Sekarang kau bisa bergabung dengan leluhurmu...'
"Hiro! bangunlah!" suara seorang perempuan terdengar sangat panik. Hiroshi merasa tubuhnya diguncang-guncang hebat oleh sosok perempuan tersebut.
"Uhh..." Hiroshi bergumam seraya membuka matanya dengan pelan. Kepalanya diserang rasa pusing yang menyengat. Perlahan dia mencoba bangkit sambil memegangi bagian jidatnya.
"Hiro! syukurlah, kau sudah sadar. Ibu sangat takut... hiks, hiks!" ujar perempuan yang sedang duduk di samping Hiroshi.
"Apa?" Hiroshi mengerjapkan mata, agar bisa sadar sepenuhnya.
Deg!
Jantungnya langsung berdegub kencang akibat menyaksikan dirinya sedang berada di sebuah mobil. Apalagi sekarang kedua telinganya bisa mendengar suara hiruk pikuk keributan di sekelilingnya.
Mata Hiroshi membulat sempurna. Mulutnya menganga lebar. Kepalanya celingak-celingukan ke berbagai arah. Hiroshi bahkan tidak sadar kalau bagian kepalanya sedang merembeskan darah yang banyak.
Hiroshi sangat kebingungan dengan keadaan yang dilihatnya. Dari mobil yang berlalu lalang, gedung-gedung tinggi, serta beberapa papan reklame neon.
"Hiro? kau kenapa?" tanya perempuan yang sedari tadi duduk di sebelah Hiroshi.
"Apa-apaan ini?! aku dimana?" tanya Hiroshi tak percaya.
"Tenanglah Hiro, biar Ibu obati dahulu lukamu. Sebentar lagi kita akan sampai ke rumah sakit," ujar perempuan berperawakan kurus, dengan rambut hitam yang di ikat sederhana. Dia bernama Akira Kenichi. Tangannya sekarang berusaha mengelap darah yang bercucuran di kepala anaknya.
"Hei! kau siapa?!" ujar Hiroshi seraya menjauhkan tangan Akira.
"Hiro! kau kenapa memperlakukan Ibu seperti itu?!" Akira menatap nanar Hiroshi. Dia benar-benar bingung dengan perubahan sikap putranya.
"Hiro? Ibu? apa maksudmu?" Hiroshi masih diterpa kebingungan yang begitu dalam.
"Mungkin perubahan putramu karena disebabkan luka dikepalanya. Aku akan segera mengantarkan kalian ke rumah sakit terdekat. Berusahalah untuk menenangkan putramu!" lelaki yang sedang duduk di depan setir menyahut. Dia sedari tadi mendengarkan pembicaraan kedua penumpangnya.
"Arigatou gozaimasu," balas Akira menghargai kepedulian sopir taksi yang sedang membawanya. Dia sedikit membungkukkan kepala untuk menunjukkan pose hormat.
Akira menghela nafas, kemudian kembali mencoba mengelap darah di kepala anaknya. Lagi-lagi Hiroshi menepisnya dengan kasar.
"Hiro, jika kau tidak mau Ibu yang melakukannya, bagaimana kau lakukan sendiri saja?" Akira menyodorkan sapu tangannya.
Hiroshi mengernyitkan kening, lalu menyentuh area kepalanya. Hingga akhirnya dia baru sadar kalau ada banyak darah yang keluar. Hiroshi lantas mengambil sapu tangan yang diberikan Akira. Ia sekarang menekan-nekan bagian kepalanya yang terluka. Ringisan wajahnya membuktikan kalau dirinya tengah menahan rasa sakit.
Catatan kaki :
- Metsubushi : Serbuk bom yang dapat mengeluarkan asap, dan dapat membantu melarikan diri.
- Shuriken : Senjata berbentuk bintang dengan empat bilah pisau.
- Spionase : Adalah suatu praktik pengintaian, atau memata-matai untuk mengumpulkan informasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
𝒯ℳ
Up
2021-10-10
0
𝒯ℳ
Ups
2021-10-09
0
𝒯ℳ
P
2021-10-09
0