Di sebuah rumah dengan ukuran yang cukup besar, terdapat Takeshi beserta bawahannya sedang asyik menikmati alkohol. Mereka tertawa lepas sambil bermain dengan satu-satunya wanita yang kebetulan ada di sana. Keadaan wanita itu sangat memprihatinkan. Terdapat lebam diwajah dan sekujur badannya. Namanya adalah Amira, seorang imigran gelap yang kebetulan juga terjebak hutang dengan Takeshi.
Sepertinya Takeshi dan bawahannya memang sengaja menjadikan Amira sebagai mainan di malam itu. Dress Amira bahkan terdapat sobek-sobek di beberapa bagian. Terutama di bagian bawahnya. Pertanda kalau Takeshi sudah bermain terlalu jauh dengan wanita malang tersebut.
Amira hanya bisa menangis, meratapi keadaannya sendiri. Kedua tangannya terus diletakkan di bagian depan dadanya.
"Berhentilah menangis, bodoh!" ujar salah satu bawahan Takeshi sembari mendorong kepala Amira dengan kasar.
Bawahan Takeshi sendiri berjumlah sekitar lima orang. Mereka sudah puas saling bergantian menikmati tubuh Amira.
Di sisi lain, tepatnya di luar jendela. Ada sesosok lelaki berpakaian ninja sedang mengamati keadaan di rumah Takeshi. Siapa lagi kalau bukan Hiro. Dia tengah bergelantungan dengan cara kaki di atas dan kepala di bawah. Kakinya mengunci kuat ke sebilah kayu yang menjadi tumpuan atap. Hiro memperhatikan gerak-gerik orang di rumah melalui ventilasi yang ada di jendela.
'Dasar monster! mereka cuman berani menindas yang lemah. Sekarang aku semakin yakin untuk membantai mereka!' gumam Hiro dalam hati seraya menggertakkan giginya. Pupil matanya membesar saat menyaksikan salah satu bawahan Takeshi tiba-tiba bangkit dari tempat duduk.
"Bos, aku mau buang air kecil. Tolong, jangan bertaruh dahulu sebelum aku kembali!" ujar salah satu bawahan Takeshi. Dia sering disapa dengan sebutan Xander. Panggilan itu sendiri bukanlah nama aslinya. Takeshi memang selalu memberikan gelar samaran kepada semua bawahannya.
Melihat Xander telah memisah dari kelompoknya, Hiro lantas bergegas mengikutinya. Dia memang tidak tahu letak kamar mandi di rumah Takeshi. Tetapi satu hal yang pasti, Hiro punya peluang untuk menumbangkan satu sasarannya.
...***...
Xander sekarang berada di kamar mandi. Dia perlahan membuka resleting celana.
"Fufufu... fufu..." Xander bersiul sambil mengeluarkan air seninya ke dalam closet. Seperti lelaki pada umumnya, dia bermain-main dengan juniornya untuk menciptakan bunyi ceceran air yang khas.
Dug!
Terdengar bunyi yang berasal dari luar. Suaranya lumayan nyaring, sehingga langsung menarik perhatian. Xander sontak lekas-lekas menutup resleting celananya, kemudian memeriksa keadaan di luar. Dia langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah. Hingga sebilah katana yang tajam mendadak muncul di depan lehernya.
Perlahan Hiro menampakkan dirinya. Dia seolah keluar dari sudut yang gelap. Xander sontak gemetar ketakutan. Matanya membulat sempurna. Kedua tangannya otomatis di angkat, seakan dia telah menyerahkan diri dan tidak mampu melawan.
"Si-si-siapa ka-kau?" tanya Xander tergagap akibat begitu merasa terancam.
"Aku?" Hiro berseringai remeh. Tanpa basa-basi lagi, dia mendorong Xander kembali masuk ke kamar mandi. Di dalam sana Hiro langsung menusukkan katana-nya ke jantung Xander. Hingga ujung dari katana itu tembus ke punggung, dan tentu saja berhasil menghancurkan pembuluh darah beserta jantung milik Xander. Hiro melakukannya dengan cepat, agar Xander tidak sempat berteriak atau melakukan perlawanan.
"Kkkkk... kkk..." Xander tidak mampu bersuara lagi. Dia hanya berusaha menahan sakitnya tenggorokan yang terasa mencekat begitu erat. Darah tampak mulai berceceran di katana Hiro.
Set! Kling!
Hiro menarik katana-nya kembali. Xander seketika terjatuh ke lantai, dalam kedaan sudah tidak bernyawa. Hiro kemudian memasukkan katana-nya ke dalam sarung. Selanjutnya dia bergegas keluar dan mengunci pintu kamar mandi.
Dengan bermodalkan bersembunyi di titik gelap, Hiro mampu melanjutkan aksinya dengan baik. Dia melangkah pelan tanpa mengeluarkan suara derap yang jelas. Telinganya dibuka lebar-lebar agar bisa mendengarkan suara keributan dari Takeshi dan bawahannya.
Atensi Hiro mendadak terpusat ke arah dapur. Dia kebetulan menyaksikan banyak pisau berjejer tergantung di tempatnya. Sebuah ide cemerlang muncul dalam benaknya. Dia berpikir bisa menggunakan pisau dapur layaknya Shuriken. Yaitu berupa senjata khas ninja berupa bintang, yang terbuat dari benda tajam di setiap sudutnya.
Hiro mengambil tiga pisau yang sudah tersedia. Namun tanpa diduga, dia mendengar suara langkah kaki yang kian mendekat. Alhasil Hiro segera bergerak cepat dan bersembunyi di bawah meja makan. Sungguh kebetulan luar biasa, karena lampu yang ada di dapur begitu redup. Hanya bersinarkan satu lampu kecil di sekitaran wastafel. Jadi Hiro dapat berbaur dalam kegelapan dengan sempurna.
"Wasabe, CEPAT!" Takeshi terdengar memekik dan mendesak. Dia nampaknya memberikan perintah kepada salah satu bawahannya yang sedang berjalan ke arah dapur.
"Bersabarlah, Bos!" balas Wasabe, yang sudah berada di dapur. Dia hendak mengambil pisau atas suruhan Takeshi. Akan tetapi benda yang dicarinya tidak berhasil ditemukan.
"Eh? aku sangat yakin, kalau pisaunya selalu ditaruh di sini?" gumam Wasabe seraya menggaruk bagian kepala akibat keheranan.
Setelah mendengar gumaman Wasabe, Hiro segera keluar dari tempat sembunyi-nya. Sebuah pisau sudah tergenggam erat di salah satu tangannya. Dia kemudian melemparkan pisau tersebut ke arah leher Wasabe. Pisau yang dilemparnya berputar di udara dengan kekuatan sangat cepat, lalu langsung tertancap tepat ke leher Wasabe.
"Ukhh!" Wasabe terkejut bukan main. Matanya langsung terbelalak. Cairan merah nan kental juga merembes dari lehernya. Dia mencoba berteriak, tetapi tidak bisa, karena pita suaranya sudah tercekat akan tajamnya pisau. Wasabe seketika tewas.
Saat melihat tubuh Wasabe hendak terjatuh, Hiro langsung bergerak cepat untuk menahannya. Sebab badan Wasabe agak besar, dan jika tubuhnya terhempas akan menimbulkan bunyi yang keras.
'Sudah dua, tinggal empat lagi. Ah! sebenarnya aku ingin langsung saja membunuh semuanya sekaligus. Tetapi jika aku lakukan, maka akan terlalu banyak menimbulkan keributan!' batin Hiro dalam hati, setelah selesai merebahkan jasad Wasabe dengan hati-hati ke lantai.
"Wasabe! kenapa kau lama sekali! mana pisaunya? aku sangat ingin memakan melonnya!" suara Takeshi kembali terdengar. Mengharuskan Hiro kembali berbaur ke titik gelap.
Takeshi mendengus kesal. Dia sesekali mengalihkan pandangan ke arah dapur, namun tidak mampu melihat Wasabe, karena pandangannya tertutupi oleh pintu yang sedikit menutup.
"Sekai! coba kau periksa Wasabe, jangan-jangan dia malah asyik bermain game seperti biasa," ujar Takeshi yang lagi-lagi menyuruh salah satu bawahannya untuk pergi. Sebab dia terlalu malas untuk menggerakkan kakinya. Alhasil bawahannya yang bernama Sekai langsung melakukan perintahnya.
Sekai berjalan dengan sempoyongan. Matanya pun tampak sudah merah. Sangat jelas kalau dia tengah mabuk. Sebelum pergi ke dapur, Sekai mencoba membuka pintu kamar mandi. Dahinya sontak mengerut heran, karena pintunya tidak dapat dibuka.
Ceklek! Ceklek! Ceklek!
Sekai memainkan gagang pintu beberapa kali. Namun pintunya tidak kunjung terbuka.
"Bos a--" Sekai tidak mampu melanjutkan ucapannya saat Hiro mendadak menutup mulutnya. Tangan Hiro dengan gesit menyayat urat nadi yang ada di leher Sekai. Benar, leher adalah bagian tubuh paling mudah diserang. Terutama jika ingin membunuh dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
shinobi chan
wah ada sekai...kaya merk kopas angin...hahahaaaa
2021-10-28
0
Annisa lie
sadis
2021-09-25
1
Agus Wilujeng
wah wah
2021-09-20
3