Shima mengusap tengkuknya tanpa alasan. Sebab dirinya tengah memikirkan bagaimana caranya untuk menolak ajakan Hiro. Shima merasa tidak bisa membolos dari pekerjaannya lagi. Toh jika ingin bersenang-senang, semuanya tidak akan berarti tanpa uang. Apalagi dia sekarang sama sekali tidak mempunyai uang sepeser pun.
"Senpai, aku--"
"Tenang saja, aku punya banyak uang!" Hiro mengambil sebuah kantong kain yang sedari tadi tergeletak di sampingnya. Dia seolah langsung memahami alasan dibalik ke-engganan Shima. Satu gepak uang yang dia pamerkan sontak membuat mata Shima terbelalak.
"Wah! dari mana kau mendapatkannya?!" tanya Shima histeris. Dia berlari mendekati Hiro. Untuk yang pertama kalinya, dia melihat begitu banyak uang dengan mata dan kepalanya sendiri.
"Kau tahu, dari para rentenir itu..." sahut Hiro dengan nada berbisik.
Setelah mendengar pernyataan Hiro, Shima melangkah mundur. Ekspresinya mendadak berubah menjadi datar.
"Apa kau takut?" tanya Hiro, yang menyadari adanya keraguan diwajah Shima.
"Senpai, apa di zaman dahulu kau juga begini? membunuh dan mencuri uang milik orang lain?" Shima menggeleng kecewa. Perasaan kagumnya terhadap Hiro sedikit menurun.
Hiro mendengus kasar, lalu dilanjutkan dengan memutar bola mata jengahnya. "Shima-Kun, aku tidak akan menyakiti para rentenir itu jika mereka bersikap baik. Aku yakin orang seperti mereka pernah membunuh beberapa orang. Mungkin keamanan yang kau sebut polisi itu, tidak sepenuhnya melakukan pekerjaannya dengan baik. Aku yakin itu, buktinya penjahat seperti Takeshi terus dibiarkan berkeliaran begitu saja!" ujar Hiro dengan penjelasan panjang lebarnya. Kedua tangannya melipat di depan dada. Dia memandangi Shima yang masih terlihat berpikir.
"Ya sudah, kalau kau tidak mau. Aku akan bersenang-senang sendiri saja!" Hiro yang merasa gusar segera berderap menuju jalan keluar. Tepatnya ke arah pintu pagar yang terbuat dari kayu.
Keputusan cepat Hiro membuat Shima gelagapan. Dia merasa dilema. Disatu sisi Shima merasa apa yang diakukan Hiro salah, dan disisi lainnya dia tidak mau ketinggalan bersenang-senang.
"Senpai, tunggu!" pekikan Shima berhasil menyebabkan langkah Hiro terhenti. Sebuah seringai senang lantas terukir jelas di semburat wajah Hiro. Perlahan dia memalingkan wajah ke arah Shima.
"Baiklah, aku ikut!" ujar Shima. Kemudian bergegas memasuki rumahnya. Dia berniat mengganti baju. "Senpai, masuklah! aku harus menyelesaikan sesuatu hal terlebih dahulu." Shima mengajak Hiro untuk berkunjung ke rumahnya. Lagi pula semenjak kedatangannya ke lingkungan itu, Hiro belum pernah sama sekali mendatangi rumah Shima.
Hiro melangkahkan kaki memasuki rumah Shima. Sebuah hunian sederhana, dimana seorang kakak beradik beserta pamannya tinggal bersama. Shima bilang pamannya jarang pulang, karena harus bekerja. Biasanya pamannya yang bernama Kogoro Kobayoshi itu akan pulang seminggu sekali.
Shima menyalakan televisi sembari mengambil beberapa piring dan gelas kotor yang berhamburan di meja. Sedangkan Hiro menghempaskan dirinya ke sofa lusuh yang kebetulan ada di sana.
Sebuah tayangan berita di televisi langsung menarik perhatian Hiro dan Shima. Mata keduanya sontak tertuju ke arah televisi.
"Polisi sedang menyelidiki pembunuhan yang terjadi di gang A. Ke-enam rentenir yang terbunuh disebutkan dua di antaranya ditusuk dengan katana. Hingga saat ini polisi tidak berhasil menemukan petunjuk mengenai pelaku. CCTV dan daftar penghutang tidak bisa ditemukan. Bahkan sidik jari tersangka sama sekali tidak terdeteksi. Polisi menduga pelakunya adalah pembunuh terlatih. Meskipun begitu, banyak warga yang merasa senang dengan terbunuhnya ke-enam rentenir ini. Semuanya karena para rentenir tersebut sering merugikan banyak orang. Beberapa pihak ada yang mengatakan kalau para rentenir ini juga melakukan bisnis penjualan wanita. Selain itu mereka dikenal selalu melakukan kekerasan saat menagih hutang. Banyak masyarakat yang berharap polisi segera menutup kasusnya. Sekarang saya sedang bersama Tuan Mizou, dan--"
"Senpai!" atensi Hiro teralih ketika Shima mendadak memanggilnya. Penjelasan dari reporter berita di televisi tadi sudah tidak didengarkannya lagi. Sekarang dia melihat binar penuh kekaguman terlihat pada sorot mata Shima.
"Maafkan aku, karena hampir tidak mempercayaimu!" ucap Shima seraya membungkukkan badan sekitar seratus delapan puluh derajat.
Hiro tersenyum tipis, lalu menepuk pelan pundak Shima dan berucap, "Sudahlah... aku sangat memahami orang yang berpikir secara logis!"
"Apa sekarang kau sudah siap mengajarkanku bela diri?" tanya Shima penuh harap. Dia perlahan mendongakkan kepala.
"Tidak sekarang, Shima-Kun!" balas Hiro yang sedikit menggertakkan gigi. Kemudian bangkit dari tempat duduknya.
...***...
Hiro dan Shima sudah beranjak pergi dari rumah. Mereka memilih untuk berjalan kaki dan menaiki bus saja. Keduanya sekarang berada di dalam bus duduk bersebelahan di kursi yang paling belakang.
"Senpai, bersenang-senang yang kau maksud itu memangnya apa?" Shima berbicara pelan ke telinga Hiro. Bola matanya meliar ke segala arah untuk memastikan keadaan orang-orang di sekitar.
"Shima-Kun, aku merindukan bercengkerama dengan wanita. Kau tahu maksudku kan?" Hiro membalas berbisik.
Shima berseringai mengejek. Sebagai seorang lelaki dia tentu sangat paham dengan ucapan Hiro. Namun seringainya seketika pudar, saat mengingat tentang usianya dan Hiro yang sebenarnya. Sebab yang terpikir olehnya hanyalah klub malam. Tempat dimana semua para wanita dan lelaki dapat bersenang-senang.
"Tetapi, badan yang kau miliki masih berusia enam belas tahun!" ucap Shima kembali berbisik. Meskipun usia tersebut sudah dikatakan legal untuk berhubungan (Di Jepang), akan tetapi belum tentu mereka akan diperbolehkan masuk ke area klub. Tempat para wanita malam berada.
"Aku tahu. Apa kau punya cara untuk mengatasinya? ayolah Shima, aku tidak bisa memikirkan kesenangan lagi selain itu!" Hiro bersikeras.
"Apa kau segitu kesepiannya?" Shima terheran.
"Kau pikir? aku sendirian di dunia ini Shima. Andai aku tidak memberitahumu tentang siapa diriku, mungkin kesepianku akan lebih menggila." Hiro mengulurkan kedua tangannya.
Shima menghempaskan diri ke sandaran kursi. Mencoba berpikir untuk mencari cara mewujudkan keinginan Hiro yang tampaknya tak bisa dibendung. Terbersitlah nama Fujiya, seorang lelaki yang berteman dekat dengan pamannya. Fujiya sendiri dikenal sebagai bodyguard di sebuah klub malam. Shima lantas bergegas mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Fujiya.
"Halo?" Fujiya menjawab dari seberang telepon. Hiro yang penasaran ikut mendekatkan telinganya ke arah ponsel Shima.
"Halo Tuan Fujiya, ini aku Shima. Keponakan dari Kogoro!" balas Shima sambil menyibukkan sebelah tangannya mengusap ujung lututnya.
"Ada keperluan apa?" Fujiya langsung berbicara ke intinya.
"Maukah kau membiarkan aku dan temanku masuk ke klub malammu?..." Shima berbicara dengan intonasi nada yang memelan sampai di akhir kalimat. Sepertinya dia juga merasa ragu untuk mengatakannya. Perasaannya seimbang. Setengah dia menduga Fujiya akan menolak, tetapi sebagian dirinya lagi berharap kemauannya dapat disetujui.
"Hahaha! tentu saja boleh. Tetapi, kau tahu kan kalau imbalannya tidak murah. Jika kau--"
"Masalah itu kau tidak perlu khawatir! yang jelas biarkan kami pergi ke sana!" Hiro merebut ponsel Shima, dan menyambung begitu saja ucapan Fujiya.
"Baiklah... tetapi sebelum itu aku mengusulkan kalian untuk bepakaian layaknya orang dewasa." Begitulah perkataan terakhir Fujiya sebelum dirinya benar-benar memutuskan sambungan telepon lebih dahulu.
"Bagaimana Senpai?" tanya Shima.
"Dia setuju, tetapi kita disuruh berpakaian seperti orang dewasa terlebih dahulu," ujar Hiro memberitahu. Shima pun menganggukkan kepala. Keduanya memilih singgah terlebih dahulu di sebuah toko baju. Mereka saling berpencar untuk mencari pilihan baju masing-masing.
"Shima-Kun belilah apa yang kau mau. Kalau perlu belikanlah juga sesuatu untuk Shiro!" suruh Hiro dengan senyuman lebarnya.
"Arigatou Senpai!" Shima membalas tersenyum seraya sedikit membungkukkan badan. Kemudian melanjutkan kegiatannya untuk mencari baju.
Ketika Hiro sibuk memanjakan penglihatannya ke sekeliling, perhatiannya tiba-tiba tertuju pada banner iklan yang kebetulan ada di toko. Matanya membulat sempurna karena menyaksikan sosok lelaki yang ada dalam banner tersebut. Dia melihat Goku dalam gambar itu! Wajahnya persis sama dengan Goku, lelaki yang telah membuat Hiro terbunuh di masa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Kokoro No Tomo✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻
90 aja
2022-12-30
0
pat_pat
lanjut Thor 🔥
salam dari Broken Angel
2021-08-25
1
nGemilbatako_17
Goku? yang membuat hiro meninggal di masa lalu? hemm🤔🤔
Tuh kan ke klub..
2021-08-24
4