Hiro tidak tahu harus menjawab apa. Dia bahkan juga penasaran dengan apa yang telah terjadi kepada pemilik badan aslinya. Apalagi ketika dirinya terbangun sebagai jiwa yang bereinkarnasi, Hiro sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Itu berarti, ada sesuatu yang buruk telah menimpa Hiro dan Akira.
Hiro menceritakan semuanya kepada Shima. Termasuk bagaimana cara kematian merenggutnya, sehingga bisa bereinkernasi ke abad-21.
Terbayang jelas dalam ingatan Hiro, ketika Goku melakukan pengkhianatan. Jujur saja, Hiro menyimpan dendam penuh amarah. Yang mana nasib dendamnya itu harus bertepuk sebelah tangan, karena sekarang dunianya dan Goku berbeda jauh. Terhalang sesuatu hal rumit, yang seringkali dikenal dengan sebutan waktu.
Waktu adalah penghalang jarak terburuk. Mustahil untuk mengendalikannya. Bahkan dengan mesin sekali pun.
"Semenjak kedatanganku ke sini, aku masih belum tahu bagaimana sifat asli Hiro. Bisakah kau memberitahuku, Shima-Kun?" Hiro menatap Shima dengan sudut matanya. Dia baru tersadar kalau dirinya banyak mengabaikan hal mengenai seorang Hiro Kenichi.
Shima menceritakan segalanya tentang Hiro. Dari mulai kehidupan ekonominya yang sulit. Hingga sikapnya yang terkesan pendiam. Shima mengatakan kalau dahulu Hiro adalah teman yang penurut. Lelaki itu selalu mau di ajak melakukan apapun, asalkan bukan sesuatu hal yang akan membuatnya terkena masalah.
Hiro bukan tipe orang yang suka melanggar aturan. Apalagi melawan hukum sah dalam negara. Dia juga mengatakan kalau Hiro yang dahulu, sangat banyak menghabiskan waktu bermain game. Baik itu di warnet atau pun melalui ponselnya.
"Apa kau tidak menemukan satu pun ingatan Hiro, padahal kan kau berada dalam badannya?" tanya Shima seraya mengernyitkan kening. Rasa penasaran memenuhi relung pikirannya. Dia memiringkan kepala untuk memandangi Hiro dengan seksama.
Hiro menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak bisa menemukan ingatan apapun tentangnya. Andai ada, mungkin saat pertama kali bertemu denganmu dan Akira, aku pasti langsung mengenali kalian," jelasnya sembari memutar kembali ingatan, ketika melakukan pertemuan pertama dengan Shima dan Akira.
"Kau benar..." Shima hanya memanggut-manggutkan kepala. Membiarkan beberapa menit ditelan oleh keheningan, dan mempersilahkan para jangkrik bersuara riuh untuk sesaat.
"Tunggu, aku baru terpikir sekarang. Apa kau mengetahui tentang ayahnya Hiro?" Hiro melanjutkan sesi pembicaraan. Kedua kelopak matanya terbuka lebar secara bersamaan.
"Senpai! psssst..." pertanyaan Hiro membuat Shima sedikit kaget. Dia otomatis meletakkan jari telunjuk di depan bibir, karena bertujuan ingin membuat Hiro memelankan suaranya. Perlakuan Shima tersebut lantas membuat dahi Hiro berkerut bingung.
"Jangan keras-keras. Bagaimana kalau ibumu mendengarnya?" ujar Shima dengan nada begitu pelan. Dia sedikit mendekatkan dirinya ke arah Hiro. Memasang ekspresi serius yang menular kepada lawan bicaranya.
"Memangnya kenapa?" Dahi Hiro masih menampakkan garis-garis keheranan. Penasaran akan hal yang akan dijelaskan oleh Shima. Nampaknya penjelasannya itu terkesan seperti sesuatu hal yang tabu.
Shima memberitahu dengan cara berbisik. Lelaki tersebut mengatakan kalau Akira selalu melarang Hiro bertanya mengenai ayahnya. Akira juga tidak pernah bercerita tentang siapa ayah Hiro, dari mana asalnya, dan bagaimana keadannya sekarang.
"Dahulu Hiro pernah bercerita, kalau dia sempat memberanikan diri untuk bertanya tentang ayahnya. Tetapi, Akira langsung memarahinya, dan meyarankan Hiro untuk tidak membicarakan lagi perihal ayahnya." Shima menerangkan panjang lebar, kemudian dilanjutkan dengan helaan nafasnya.
"Hanya begitu? apa Hiro langsung menyerah? kenapa dia tidak mencari tahu sendiri?" Hiro menimpali pertanyaan bertubi-tubi, akibat adanya rasa penasaran yang kian menggebu.
"Sudah kubilang, Hiro adalah lelaki yang penurut. Setelah dimarahi ibunya habis-habisan, dia benar-benar tidak pernah membicarakan perihal ayahnya lagi. Hiro bilang, dia melakukannya karena tidak ingin menyakiti hati ibunya," jelas Shima sambil menoleh ke arah belakang. Memastikan tidak ada orang lain yang mendengar pembicaraannya dan Hiro.
"Konyol! Hiro adalah pecundang!" komentar Hiro kepada pemilik badan aslinya.
Shima mengerjapkan mata beberapa kali dan membalas, "Kau benar, dia adalah pecundang. Tetapi... Hiro adalah teman yang baik."
Hiro berdiam diri sambil menyaksikan dedaunan di pohon bergelayut karena angin malam. Rasa penasarannya semakin memuncak. Apalagi saat mendengar bahwa Hiro yang dulu sudah menyerah untuk mencari tahu tentang ayahnya. Hiro lantas bangkit dari tempat duduknya, lalu berbalik menatap Shima.
"Kalau begitu, ayo kita cari tahu tentang ayahnya Hiro!" ucap Hiro. Matanya memancarkan binar berapi-api penuh tekad.
"Kau yakin?" Shima memastikan. Dia membalas tatapan semangat Hiro dengan keragu-raguan.
"Tentu saja. Kita bisa melakukannya tanpa sepengetahuan Akira!" sahut Hiro yakin.
Shima membisu sejenak. Dia membutuhkan waktu beberapa detik untuk menimbang-nimbang pilihan. Sebenarnya dirinya juga sudah penasaran sedari dulu tentang siapa ayahnya Hiro. Asal-usul keluarga sahabatnya itu pun masih misterius hingga sekarang. Akira bahkan terlihat selalu berjuang sendirian menjalani kehidupannya. Tidak pernah ada kerabat dekat yang datang membantu atau sekedar mengunjungi. Hingga pada akhirnya Shima pun tidak kuasa untuk menolak ajakan Hiro.
"Baiklah, aku setuju!" kalimat persetujuan Shima berbicara. Mengartikan kalau dia dan Hiro akan bekerjasama untuk melakukan pencarian.
"Huaaaah..." Shima mendadak melakukan uapan panjang dimulutnya. Pertanda panggilan tidur telah tiba. Matanya pun tampak sudah merah akibat sudah mulai mengantuk.
"Kita bicarakan nanti. Lebih baik kau tidur sekarang!" saran Hiro seraya hendak melangkahkan kaki menuju rumahnya. Namun jalannya harus terhenti, karena Shima kembali bersuara.
"Senpai, biasakanlah untuk memanggil Akira dengan sebutan ibu, oke?" pesan Shima, lalu beranjak pergi memasuki rumahnya.
Hiro hanya tersenyum tipis. Kemudian melanjutkan pergerakan kakinya lagi.
...***...
Matahari bertukar dengan bulan. Siang nan cerah sudah berjaya. Suara burung-burung pun mulai menemani pagi. Hiro dan Shima terlihat berjalan berbarengan memasuki lingkungan sekolah.
Belum juga masuk ke kelas, Hiro sudah mendapatkan panggilan dari guru. Hal itu sontak membuat Shima khawatir. Berbeda dengan Hiro, yang sama sekali tidak cemas dengan tindakannya. Terutama mengenai kejadian tadi malam di rumah Takeshi.
"Senpai, sudah kubilang, hukum di zaman sekarang sangat canggih. Mereka pasti sudah menyelidiki tentang yang kau lakukan tadi malam..." Shima berbisik pelan ke salah satu kuping Hiro. Kedua tangannya mencengkeram erat lengan Hiro.
"Tenanglah Shima-Kun, jangan berprasangka buruk dahulu. Kita belum tahu apa yang akan mereka lakukan," kata Hiro seraya melepaskan pegangan Shima pelan. "Aku harus pergi!" sambungnya, lalu berderap menuju ruang kepala sekolah.
Ceklek!
Hiro membuka pintu ruangan kepala sekolah. Matanya terbelalak ketika menyaksikan Izumi turut ada di sana. Gadis itu menyunggingkan mulutnya ke kanan. Seakan telah melakukan sesuatu yang berhasil membuatnya puas.
Ada juga seorang lelaki paruh baya berdiri di samping Izumi. Berpakaian rapi dengan setelan jas dan dasi berwarna hitam. Dia melirik malas ke arah Hiro yang baru saja tiba. Lelaki tersebut terkesan seperti pengawal untuk Izumi. Setidaknya begitulah pandangan Hiro saat pertama kali melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Mat Grobak
semangat Hiro
semangat thor
2022-02-20
0
nGemilbatako_17
ayah hiro? hemm beber juga... siapa ayah hiro yang sebenarnya nih..
dipanggil guru? masalah izumi nih haihh.. izumi izumi..
2021-08-23
2