Sosok berambut panjang dengan topi dipuncak kepalanya berjalan menyusuri jalan. Dia melangkah seolah sedang tergesak-gesak. Kedua tangannya dalam keadaan dimasukkan ke saku celana. Sesekali kepalanya menoleh ke belakang untuk memastikan sesuatu. Matanya membulat sempurna ketika dirinya dapat menyaksikan Hiro dari kejauhan.
"Senpai!" Suara pekikan lelaki terdengar. Dia melingkarkan kedua tangannya ke badan Hiro secara tiba-tiba. Dia memeluk dari belakang cukup erat. Deru nafasnya naik turun dalam tempo cepat. Akibat lari yang dilakukannya tadi.
Mata Hiro terbelalak. Hal yang sama juga dilakukan oleh Emi dan Hanae. Dua wanita yang kebetulan berada di hadapan Hiro. Mereka cukup terkejut dengan kedatangan sosok misterius yang tiba-tiba memeluk Hiro.
"Oh, ternyata karena dia kau ada di wilayah ini." Hanae berkomentar sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Kalau begitu lebih baik kita pergi saja. Toh aku yakin, anak ini pasti tidak punya uang!" ajak Emi. Dia mengajak Hanae untuk pergi meninggalkan Hiro.
"SHIMA!" bentak Hiro sembari melepaskan paksa tangan Shima yang masih melingkar di tubuhnya. "Apa-apaan itu? dan apa yang terjadi dengan rambutmu?"
Benar, lelaki yang mendadak memeluk Hiro adalah Shima. Dia sengaja mencuri wig dan topi dari salon, agar bisa kabur dengan cara melakukan penyamaran.
"Senpai, kau tidak tahu betapa senangnya aku melihat dirimu baik-baik saja. Kenapa kau malah memarahiku, harusnya kau memberikanku pujian, karena aku berhasil lolos dari kejaran bawahan rentenir itu." Shima merasa gusar. Raut wajahnya cemberut seraya melepaskan topi dan wig yang menutupi kepalanya.
"Sial! rambutmu bisa dilepas begitu?" Hiro bereaksi begitu histeris, karena dirinya baru pertama melihat rambut palsu.
"Ugh!" Hiro mengarahkan bola mata ke atas. Dia berusaha menahan kesabarannya. "Senpai, bagaimana kalau kita pergi saja sekarang, sebelum para rentenir itu mengejar lagi?" Shima meraih helm, dan langsung memakaikannya ke kepala.
"Nanti aku akan adakan sesi pelajaran untukmu mengenai dunia modern ini," ucap Shima lagi, yang sudah memposisikan diri duduk di depan setir motornya. Hiro lantas memakai helmnya dan segera duduk di belakang Shima. Keduanya pun berkendara keluar dari jalanan yang dipenuhi dengan bisnis gelap tersebut.
...***...
Sesampainya di rumah, Hiro dikejutkan dengan kedatangan Izumi. Gadis berambut merah menyala itu tampak berlinang air mata di hadapan Akira. Di sudut bibirnya terdapat sedikit darah dan lebam.
"Hiro! sini kamu!" Akira menyambut kedatangan Hiro dengan amarah. Dia segera menyeret Hiro dengan paksa dan menyuruhnya duduk. "Kau harus minta maaf kepada Izumi!" suruh Akira.
Hiro menatap heran. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Dirinya bahkan tidak tahu apa alasan Izumi datang ke rumahnya. Apalagi dengan keadaan wajah yang berantakan begitu.
"Apa?! aku tidak melakukan kesalahan apapun!" Hiro membantah tegas. Dia mengubah posisinya menjadi berdiri, agar ketegasan diwajahnya dapat terlihat dengan jelas.
"Tidak apa-apa, Bibi. Kedatanganku ke sini hanya ingin mengambil kembali uang yang telah direbut Hiro dariku..." tutur Izumi seraya sesekali mengusap air mata buaya yang berceceran dipipinya. "Aku tahu, Hiro tidak akan bersedia meminta maaf kepada gadis lemah sepertiku..." lanjutnya lagi masih dalam keadaan merengek.
Hiro yang mendengar lantas memutar bola mata kesal. Sekarang dia paham dengan apa yang terjadi. Dia yakin Izumi sedang melakukan pembalasan terhadapnya, karena Hiro sempat mendorong kepalanya dengan kasar saat di sekolah tadi.
'Secepat inikah gadis tersebut melakukan pembalasan? apakah dia psiko?' batin Hiro, meringis jijik.
"Hiro, kenapa kau diam saja. Ayolah minta maaf kepada Izumi. Ibu tidak pernah sama sekali mengajarimu untuk bersikap kasar." Kali ini Akira berkata dengan lembut. Dia melakukannya agar mampu membuat putranya luluh, dan bersedia meminta maaf kepada Izumi.
"Sini!" tanpa basa-basi, Hiro segera menyeret Izumi ikut dengannya. Dia hendak berbicara empat mata. Tanpa keberadaan Akira di sisinya. Hiro membawa Izumi keluar dari rumahnya. Dia memilih tempat yang agak jauh dari kediamannya.
"Hiro-Chan, apa kau sudah kapok sekarang?" ujar Izumi sembari menarik tangannya sekuat tenaga. Hingga berhasil terlepas dari cengkeraman Hiro. "Kau pikir aku akan diam saja, ketika kau berani memperlakukanku dengan kasar?!" Izumi sekarang melakukan gaya berkacak pinggang. Terlihat angkuh dan percaya diri.
Izumi terus berceloteh tidak karuan. Sementara Hiro, tengah menimbang-nimbang untuk melakukan serangannya. Dia kembali mengingat kehidupan sebelumnya, terutama mengenai orang-orang yang memenuhi kriteria untuk diberikan pelajaran.
Hiro sebenarnya enggan bersikap kasar dengan perempuan. Akan tetapi jika perempuan itu memiliki sikap dan kriteria yang pantas diberi pelajaran, maka dia tidak akan segan-segan untuk melakukan perlawanan. Menurut Hiro, gadis seperti Izumi pantas diberi sedikit pelajaran.
"Kau pikir aku akan mengalah?!" Hiro mendekat satu langkah mendekati Izumi. Dia melakukan tatapan seolah akan menerkam Izumi hidup-hidup. Tatapan tersebut membuat Izumi sedikit kaget, karena dia belum pernah menyaksikan sisi berani Hiro sebelumnya. Semua orang mengenal Hiro adalah lelaki lemah dan mudah dibodohi.
Meskipun begitu, tidak ada sama sekali ketakutan dalam diri Izumi. Dia tetaplah menjadi seorang gadis yang tidak kenal takut. Mulutnya berseringai, pose berkacak pinggangnya berubah menjadi lipatan tangan di depan dada. Sebelah kakinya mulai bergerak, dan mencoba melakukan serangan ke arah senjata pribadi Hiro. Namun kali ini usaha gadis itu tidak berhasil, karena Hiro dengan sigap menendang kakinya lebih dahulu.
"Aaa!" Izumi sontak merintih kesakitan. Kakinya reflek melangkah mundur untuk menjauh dari Hiro. Dia segera memegangi lututnya yang terasa sakit.
"Sakitmu itu tidak seberapa dengan rasa sakit yang aku rasakan ketika kau menendang bagian juniorku. Lagi pula kenapa kau selalu berpikiran mau menyerang ke sana? kau pikir lelaki tidak punya harga diri?!" geram Hiro, yang seketika membuat Izumi terperangah tak percaya.
"Wah! sepertinya Amnesia juga bisa merubah seseorang menjadi superhero!" komentar Izumi remeh. "Ya, aku menyerang ke sana, karena aku tahu itu adalah titik terlemah lelaki!" sambung Izumi memberi penjelasan sembari melirik cepat ke bawah pusar Hiro. Dia berpikir untuk melakukan serangan yang kedua kalinya. Atau lebih tepatnya ketiga kali, jika dihitung dengan pertemuan pertamanya saat di kelas beberapa jam lalu.
"Bohong!" ujar Hiro dengan seringainya.
"A-apa?!" Izumi tidak mengerti.
"Kau berbohong mengenai alasanmu tadi." Hiro kembali melangkah mendekati Izumi. Dia punya ide cemerlang untuk membuat Izumi kabur darinya. Gadis berambut merah menyala tersebut masih menatap heran, seolah sedang menuntut jawaban.
"Karena aku tahu, kau penasaran kan?" ucap Hiro lagi dengan senyuman lebarnya. Terdengar menyebalkan dengan nada bicaranya yang terkesan seperti menggoda. Alisnya di angkat sekitar dua kali. Sedangkan kedua tangannya sudah memegangi resleting celananya sendiri.
"Hi-hiro, kau pikir aku takut?!" tukas Izumi percaya diri. Padahal keringat panas dingin mulai menggenangi area pelipisnya.
"Ya sudah, kalau begitu aku akan membuka--" Hiro menjeda ucapannya ketika Izumi mendadak berlari kocar-kacir menuju elevator. Gadis itu jelas tampak begitu ketakutan.
"Cih! ternyata dari luarnya saja tampak berani. Ternyata dia sama saja dengan gadis polos lainnya. Padahal ini serangan level satuku. Dia belum melihat melihat tak-tik seranganku di level-level yang lain... ckck!" gumam Hiro, dia kemudian terkekeh geli. Merasa menang dan berdiri di puncak dunia. Ya, dia hari ini berhasil mengalahkan dua musuh sekaligus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
محمد معروف
Hiro mulai yes 😁
2021-09-13
4
xixi
kupikir Hiro bakal melecehkan izumi
2021-09-12
3
Whidie Arista 🦋
Ew Izumi terima aja itu berkah🤣🤣 Si Hiro dah mulai nakal tuh😗
2021-08-17
0