Seorang pria keluar dari sebuah mobil sedan berwarna putih yang terparkir di area parkir kampus, semua mata selalu tertuju padanya, apalagi mata gadis-gadis disana. Yohan baru saja tiba di kampusnya, sebagai seorang siswa yang poluler, dia terkenal akan ketampanan dan keramahannya yang luar biasa. Wajar saja kalau semua wanita di sana tak bisa mengalihkan pandangan mereka dari Yohan.
Yohan berjalan dan berhenti di ruang mading, dia menatap sebuah kertas yang bertuliskan mahasiswi yang hilang, lalu ia pun tersenyum ketika melihat wajah sang mahasiswi di kertas yang tak lain adalah Rosie Lencia.
"Pft, ternyata memang tak ada yang memperdulikannya, padahal dia itu telah hilang lebih lama daripada ****** ini," ujar Yohan mengetuk-ngetuk wajah Rosie yang terpampang disana sambil terkekeh. Setelah itu Yohan kembali berjalan menuju kelasnya, di sepanjang jalan Yohan selalu disapa oleh anak-anak disana, mereka semua sangat ramah dan bahkan terlihat sangat mencari perhatian ke Yohan. Sesungguhnya itu sangat membuat Yohan muak, tapi dia dengan baik dapat menahannya.
"Hei Yohan!" panggil seorang pria dewasa memakai seragam. Sontak Yohan menoleh ke asal suara yang memanggil nya. "Hai pak Nathan, sudah lama sekali tak bertemu," ujar Yohan sambil tersenyum.
"Ya, kau tau aku sangat sibuk sekarang, pekerjaanku sangat banyak," ujar pria yang bernama Nathan itu.
"Apa kabarmu pak?" Tanya Yohan.
"Seperti yang kau lihat. Apa kau sehat Yohan?"
"Ya, seperti yang kau lihat sekarang juga pak," jawab Yohan sambil tertawa. Pak Nathan pun menepuk-nepuk pundak Yohan sambil membalas tertawa.
"Kolega baru?" tanya Yohan.
"Oh iya dia juniorku, kupikir kau mengenalnya. Dia pernah kuliah disini sebelum pindah ke Akademi kepolisian " ujar pak Nathan.
Yohan pun mengulurkan tangannya kepada kolega baru pak Nathan dan disambutnya. Ya, pak Nathan yang di sebut oleh Yohan ini adalah seorang polisi, Yohan mengenalnya karena Yohan dulu sering membantu di kedai yang di kelola oleh istri pak Nathan.
"Ah iya, kau seniorku dulu," ujar Yohan pada pria yang bersama dengan pak Nathan.
"Benar, aku mengenalmu. Kau anggota BEM disini kan? Namaku Rui ngomong-ngomong."
"Aku Yohan," jawab Yohan sambil senyumnya yang pura-pura itu.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Yohan.
"Kau belum dengar? Mahasiswi disini menghilang beberapa hari yang lalu, aku dan Rui tengah mencari informasi dan harus bertanya ke beberapa teman-temannya disini," ujar pak Nathan yang disusuli oleh anggukan Rui.
"Oh ya, aku baru saja membaca infonya di mading. Sayangnya aku tak bisa memberikan informasi apapun karena aku tak begitu mengenalinya," ujar Yohan sambil mengangkat bahunya sedikit.
"Ya, itu tak apa. Kami akan bertanya kepada anak-anak yang lain. Kalau begitu kami pergi dulu," ujar pak Nathan sambil menepuk bahu Rui.
"Ya Pak, semoga pekerjaan kalian lancar," jawab Yohan dengan wajahnya yang tersenyum ramah.
"Oh ya, mampirlah ke kedai istriku kapan-kapan, kau sudah lama tak kesana. Istriku pasti senang," ujar Pak Nathan lagi.
Yohan hanya membalas dengan anggukan pelan dan senyuman kecil. Lalu, wajah yang tadinya tersenyum amat ramah itu berubah menjadi datar dan tanpa ekspresi ketika mereka pergi. Cara Yohan menatap mereka yang telah menjauh itu pun jelas-jelas tatapan tak suka, ia berbalik, melenggang pergi dengan raut wajah yang datar.
* "Pak, kita sudah bertanya ke semua anak yang mengenal dan berteman dengannya, tapi satu dari mereka bahkan tak tau apapun," ujar Rui ke seniornya itu. Terlihat pak Nathan hanya menghela nafas nya.
"Kepalaku rasanya hampir pecah, belum lagi masalah ini selesai, sudah ada satu masalah lagi," ujar pak Nathan sambil memegangi kepalanya.
"Apa ada masalah lagi?" tanya Rui.
"Ada satu lagi laporan yang diterima, kasusnya sama, ada anak yang hilang lagi. Kali ini kau yang harus menyelesaikannya, akan kukirimkan detektif Alana untuk ikut bersamamu," ujar pak Nathan masuk ke dalam mobil.
Rui memang anak yang cukup pandai, belum ada satu bulan ia menyandang pekerjaannya sebagai detektif, tapi ia sudah sangat di percaya oleh kepala bagian yaitu Pak Nathan.
Rui juga anak yang cukup bisa diandalkan. "Baik pak," jawab Rui yang menyusul pak Nathan masuk kemobil.
"Kita pulang dulu saja ke kantor."
"Oh ya pak, bagaimana dengan teman saya yang hilang? Akankah Bapak akan membuat laporannya?" ujar Rui hati-hati.
"Kita sudah berulang kali membahas ini Rui, temanmu itu mungkin punya hal lain yang ia lakukan. Kerabatnya saja bahkan tak ada yang melapor, mengapa kau begitu heboh?"
"..."
"Sudahlah, kita sudah ada banyak sekali pekerjaan. Lebih baik kau fokus pada hal itu, kau itu junior dan masih perlu banyak belajar, jadi jangan memikirkan hal yang tidak perlu, kau paham?"
"Ya aku paham pak," ujar Rui lesuh.
Rui hanya menundukan wajahnya dan mengepalkan tangannya saat itu, di hari dimana Eleeya menghilang tiba-tiba dan tak membalas satu pun chat darinya, ia begitu khawatir, dan tak lama dari situ Rui pun diresmikan menjadi seorang Detektif. Dia bahkan berpikir akan lebih mudah mengetahui keberadaan Eleeya karena dia seorang detektif sekarang, namun realita nya tidak begitu, kepolisian disini sangat berbeda dari apa yang dipikirkan Rui. Kebanyakan dari mereka hanya memilih duduk-duduk santai tanpa memperdulikan keluhan orang-orang, memakan gaji buta dan mengeluh setiap hari ketika banyaknya laporan yang mereka dapatkan. Walaupun Pak Nathan berbicara seperti tadi, tapi Rui sangat yakin pasti ada sesuatu hal yang terjadi pada Eleeya. Eleeya tidak pernah mengabaikan pesan dan telponnya berkali-kali, dan sejak saat itu pun ia tak masuk kuliah.
"Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" gumam Rui dalam hati.
[Eleeya] Aku terus-menerus melatih kakiku agar bisa berjalan dengan lancar. Sepertinya sudah sangat lumayan, aku bisa berjalan tanpa kruk dan menempel didinding lagi walaupun agak lamban. Aku melihat ke arah jam dinding, mungkin sebentar lagi Yohan akan pulang, aku bergegas ke dapur dan menghangatkan makanan yang aku buat tadi. Kudenger suara pintu terbuka, Yohan pasti sudah pulang, aku harus menyambutnya. Aku tertatih melangkah perlahan ke arah pintu, terlihat Yohan tengah melepas sepatunya dan ia pun melihat ke arahku. Aku melayangkan senyumku padanya, sesungguhnya aku senang karena dia telah pulang hingga aku tak kesepian lagi dirumah.
"Wah wah ,kau sudah bisa berjalan sekarang,"
Aku menganggukan kepalaku dengan senyumku yang tak menghilang.
"Apa ini? Apa suasana hatimu sedang bagus sekarang?"
"Ah, aku.. Hanya rindu padamu!" Aku mengucapkan hal itu dengan malu-malu, dengan wajah yang pastinya sudah sangat memerah, tapi yang ku katakan itu memang benar adanya, aku memang sedang rindu pada nya.
"..."
Aku tak mendengar adanya jawaban, aku pun menoleh kan pandanganku ke arahnya. Eh? Wajahnya memerah. Alangkah terkejutnya aku ketika melihat ekspresinya, wajah Yohan hampir sama merahnya dengan wajahku, aku sampai tak percaya kalau seorang dia dapat membuat ekspresi wajah seperti itu, itu membuatku geli sekaligus senang, dia sangat lucu.
"Hem..Hem.." ujar Yohan yang berpura-pura batuk. Dia malu sekarang, menggodanya seperti itu ternyata menyenangkan juga.
"Ah, aku lapar," ujarnya mengalihkan pembicaraan.
"Oh, aku sudah buat makanan untukmu, duduklah nanti aku siapkan."
"Wah wah, apa yang marasukimu? Kau sangat pandai bicara semenjak kau membenturkan kepalamu di bathub."
Apa katanya? Sontak aku menolehkan wajahku yang cemberut ke arahnya.
"Haha, bercanda bercanda."
Aku mendengus kesal karena dia menggodaku seperti itu, itu membuatku sangat malu.
"Pft, imutnya."
Aku kembali tersenyum, sejujurnya akan sangat menyenangkan jika Yohan selalu bersikap seperti ini denganku, mungkin hidupku akan sangat sangat sempurna sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Your name
Sampe sini ya Thor, aku boom like nya..
2022-02-02
1
🌸💫Dhaniatree🔥🌻
mg aja hatinya si yohan bisa luluh
2021-12-04
0
Xianlun Ghifa
nyicil jejak dulu
2021-11-09
0