Kami berdua terengah-engah dengan keringat yang membanjiri tubuh kami. Yohan sangat tidak tau kapan ia harus berhenti, rasanya aku hampir pingsan. Aku kembali melirik kesampingku, sekarang mayat itu tak lagi menakutkan seperti pertama kali aku melihatnya.
"Haha, itu sangat luar biasa!"
"..."
"Nah mari mandi bersama!" ajaknya.
Aku menganggukan kepalaku, lalu ia pun mengendongku ke kamar mandi. Kami berendam bersama dalam satu bathub dan saling berhadapan, itu membuatku malu sejujurnya.
"Apa yang membuatmu malu? Aku sudah melihat setiap inci dari tubuhmu."
Sejujurnya perkataan Yohan itu membuatku menjadi lebih malu. Dia menatapku sedari tadi dan tatapannya mulai menjadi aneh sekarang. Apa ada sesuatu yang salah? Apakah aku telah melakukan kesalahan? Aku mulai berpikir karena Yohan menatapku dengan tatapan datar dan dingin.
"Jadi, apa yang salah pada kehidupanmu?"
"Maaf?"
"Kau tampak sangat takut dan gelisah ketika bertemu dengan pria mati itu."
Hah? Pria mati, Cedric? Apa dia menyadarinya? Tapi, dia benar. Aku memang gelisah dan takut karena Cedric berteman dengan Leo. Dia sedikit banyak tau kalau aku sering di perlakukan tidak wajar oleh keluarga itu. "T-Tidak ada yang salah," jawabku ragu. Dapat kulihat, tatapan Yohan kini berubah menyeramkan, apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Apa aku terlihat seperti orang idiot?"
Aku tersentak. "Ah, tentu saja tidak, bukannya begitu, aku-"
"Bukankah orang akan berbohong pada orang yang idiot? Nah kau harus mengerti kalau aku ini bukanlah idiot,"
Aku takut sekarang, disamping itu tubuhku lelah dan kedinginan.
"Ceritakan semua nya padaku, El."
"..."
"Aku menunggu."
Aku sangat ragu untuk menceritakan semua yang ku alami pada orang lain, aku saja tidak pernah cerita semua nya pada kak Rui, tapi sekarang disini aku menceritakan semuanya pada Yohan. "Jadi begitu lah yang ku alami. Itu membuatku depresi, aku sungguh tak bisa melawannya, aku sangat takut."
"..."
Dia tak merespon? Apa dia merasa kasihan padaku sekarang?
"El, yang benar saja?"
"Huh?"
"Sedari tadi aku menunggu kau mengatakan kalau kau telah membunuh pamanmu dan keluarganya. Tapi ternyata tak ada cerita seperti itu."
"A-Apa?"
"Wah wah, jadi kau bermaksud menceritakan kalau kau melakukan hubungan intim itu atas dasar suka sama suka ya?"
Apa tersentak, apa-apaan dia? Itu sama sekali tidak benar. "Tidak! Itu tidak benar, aku-"
"Apa? Kau takut? Ayolah, kau selalu memakai alasan itu."
"T-Tapi aku-"
"..."
"Yohan dengarkan aku-"
Belum sempat aku berbicara, Yohan langsung menenggelamkan kepalaku kedalam air, aku tak bisa bernafas, aku meronta-ronta tapi dia seakan tak perduli. Apa dia akan membunuhku disini.
BLUB BLUB... "Haaaaah!" Akhir nya ia melepaskanku, nafasku sesak tapi Yohan hanya menatapku dengan tatapannya yang menyeramkan. Aku menarik nafasku dan mengaturnya. Lalu, aku meneteskan air mataku, aku merasa takut, aku merasa tidak baik-baik saja sekarang. "Jangan jijik padaku, kumohon maafkan aku." Aku berusaha memegang tangannya, aku takut kalau ia akan membuangku. "Pukul aku seperti biasanya, kalau dengan memukulku kau akan lebih baik maka pukul saja."
"Jangan menyentuhku!"
"Hah?" Aku sangat terkejut saat dia membentak ku, membuat aku menangis sejadi-jadinya. Kenapa?batinku. Pikiranku sangat kalut, aku tak ingin tersiksa sendirian lagi, sekarang dia sudah tak menginginkan aku, rasanya aku akan gila. Sembari menangis tak henti-henti, tanpa sadar aku membenturkan kepalaku sendiri di sudut bathub berkali-kali, hingga darah keluar sangat banyak, air mandi yang bening itu kini berubah jadi merah, hal itu membuat kami berendam dengan air darah karenanya.
"Hei apa yang kau lakukan?"
Aku masih membenturkan kepalaku sendiri, dengan menjerit dan menangis sejadi-jadinya.
"Itu berisik, hentikan lah!"
Aku tetap tak memperdulikannya, sampai pada akhirnya aku merasa pusing dan pandanganku gelap, aku sudah sampai batasanku, lalu aku tak sadarkan diri.
[Author] "Hei, apa kau sudah selesai? Kenapa kau diam?" tanya Yohan dengan santainya. Tak ada jawaban dari Eleeya, karena ia sudah tak sadarkan diri dengan darah yang tak berhenti keluar dari kepalanya.
"Kau tak mendengarku?" ujar Yohan dengan nada emosi. Karena tetap tak mendapat jawaban, akhirnya Yohan menggerak-gerakan tubuh Eleeya dan mendapati darah yang sangat banyak keluar dari kepalanya. Yohan terlihat panik melihat begitu banyaknya darah, ia baru menyadari hal yang di lakukan Eleeya. "Darah nya banyak sekali," ujar nya.
Segera ia bergegas mengambil handuk kecil dan menempelkannya di dahi Eleeya. Ia pun lalu mengendongnya menuju kamar. Diletakkannya tubuh gadis itu di atas kasur, dan terlihat darahnya masih saja keluar.
"Kenapa darah nya banyak sekali, kau akan mati bila terus seperti ini!" ucap Yohan dengan wajah panik dan ketakutan. Yohan berjalan menghampiri lemarinya dan ia pun mencari pakaian untuk ia kenakan. Dengan mata sayunya, ia melihat kearah loteng sebentar. Kemudian mengambil peralatan P3K, dengan hati-hati ia membersihkan darah di sekujur tubuh Eleeya, diberinya obat lalu membungkus luka di dahinya dengan kassa.
"Kau tidak akan mati bila begini kan?" ujarnya. Yohan pun mengambil beberapa pakaian dan memakaikannya kepada Eleeya, setelah selesai ia menyelimuti tubuh gadis itu dan menggosok kepalanya secara perlahan. Yohan menatapi gadis itu dan air matanya menitik, lalu lagi-lagi ia menatap loteng kamarnya dan memegang kepalanya. Dia terlihat sangat depresi. Ia melihat tangannya yang masih terdapat bekas-bekas darah. "Aku tidak ingin seperti dia, apa yang telah aku lakukan?" gumamnya.
"Ngh," Eleeya mengerang pelan. Yohan menatap gadis yang tengah berbaring itu.
"Ah, aku tak boleh berisik disini. Itu akan membangunkannya," ujarnya sambil berlalu dari kamar itu.
Yohan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang di penuhi oleh darah, sesekali ia menghela nafasnya, dan ia mulai membersihkannya. Setelah selesai membersihkan kamar mandinya, dia pun pergi ke ruang tamu. Dia menatap mayat Cedric sebentar, dan dengan tatapan yang kosong, ia menyeret Cedric menjauh dari sana.
*
Keesokan pagi nya, Eleeya terbangun dengan sakit yang di rasakan di seluruh tubuhnya, terutama bagian kepala dan di bawahnya.
Ia mengingat-ingat kejadian semalam lalu kembali menangis. Eleeya mengusap-usap matanya yang berlinangan air mata lalu merangkak keluar dari kamar. "Aku merasa lapar," gumamnya.
Eleeya berusaha berdiri dengan memegang dinding rumah itu, dan dia berhasil. Eleeya mulai berjalan menggerakan kakinya sedikit demi sedikit walau harus menempel pada dinding, tapi sepertinya hal itu lebih baik ketimbang dia harus merangkak selamanya. Ketika ia sampai di dapur, ia terkejut mendapati Yohan tengah duduk di meja makan sambil menikmati sarapannya. Mereka saling berhadapan sekarang. Eleeya nampak kaget karena teringat kejadian semalam yang membuatnya sulit untuk melihat wajah Yohan sekarang. Yohan yang melihat Eleeya pun langsung berdiri mendekat dan memapah Eleeya untuk duduk di kursi.
"Kau lapar ya?" tanya Yohan.
Eleeya hanya menganggukan kepalanya. Yohan tersenyum dan memberikannya semangkuk nasi goreng dan segelas susu.
"Makanlah! Kali ini aku yang memasaknya."
Eleeya tak menjawabnya namun ia mulai menyendokkan makanan itu kemulutnya. Setelah semua yang ia alami, ia merasa sangat lapar sekarang.
"Maafkan aku. Aku tak merasa kalau kau menjijikan," ujar Yohan tiba-tiba.
Mendengar perkataan Yohan, Eleeya hanya bisa tercengang dan menatap Yohan dengan mata berkaca-kaca. Lalu ia meneruskan sarapannya sambil meneteskan air mata.
"Kau benar, itu bukan salahmu. Kau hanya takut pada saat itu, aku mengerti. Kau hanyalah korban," ucap Yohan.
"Jadi kau masih menerimaku?" tanya Eleeya.
"Tentu saja, sudah kubilang kalau kita harus bersama selamanya." jawab Yohan tersenyum lebar.
Itu membuat Eleeya senang dan lega, ia pun menghabiskan sarapannya dengan lahap sekarang.
"Ini masih pagi. Kau istirahat saja, aku akan ke kampus sebentar. Siang nanti aku akan memperlihatkan padamu kebun belakang rumahku," ujar Yohan.
"Kau punya kebun?" tanya Eleeya heran.
"Iya, itu kebun kesayangan ibuku. Kau belum pernah melihatnya, kan?"
Eleeya menganggukan kepalanya, heran juga sudah dua bulan dia berada disini tapi dia tak mengetahui hal itu. Tapi wajar saja, Eleeya pun tak pernah kebelakang rumah semenjak tinggal disini, yang dia singgahi hanyalah kamarnya, dapur, ruang tamu dan gudang bawah tanah.
"Tunggu saja. Akan segera ku perlihatkan. Baiklah aku akan pergi, baik-baik dirumah," ujar Yohan sambil berlalu pergi meninggalkan Eleeya yang masih duduk di meja makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
🌸💫Dhaniatree🔥🌻
😭😭😭😭kesian km eleeyaa
2021-12-04
0
karya rai
Selalu deg degan baca bagian Yohan, soalnya semua yang ia lakuin itu kelewatan dan mengagetkannnn
2021-12-03
0
~🌹eveliniq🌹~
lanjut Thor
2021-11-14
0