Yohan kembali meletakkan aku di gudang dengan mengikat kedua tanganku, aku sangat takut hingga aku hanya bisa menangis dan meronta-ronta saja. Seluruh tubuhku gemetar, dan itu bertambah ketika dia menunjukan sebilah pisau di tangannya. Aku tak dapat berteriak maupun berbicara karena dia menyumpal mulutku. Tatapan dan seringaiannya menakutkan, aku tidak suka situasi seperti ini.
"Aku harus menghukummu Eleeya-ku yang manis," ujarnya menyeringai.
Dia menyikapi dasterku hingga bagian perutku terbuka, aku tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan apa yang dia akan lakukan terhadapku. Ujung pisau itu kini sudah menyentuh perutku. Dan, dia mulai menyayat perutku, rasa nya luar biasa sakit dan perih, membuatku menangis sejadi-jadinya. Sayatan demi sayatan masih terus berlanjut, seperti sedang mengukir sesuatu di atas perutku mengunakan pisau. Aku sudah tak bisa menahannya, rasa sakit yang luar bisa ketika dia menggerakan ujung pisaunya, sangat begitu terasa diatas perutku.
Sudah hampir ribuan kali aku mengucapkan kata maaf walaupun itu dengan mulut tertutup, tapi Yohan tak menghiraukannya sedikit pun. Ia tampak sangat menikmati apa yang dia lakukan terhadapku.
Setelah beberapa saat, Yohan akhirnya berhenti. Aku sudah sangat lemas, air mataku masih saja terus-terusan menetes keluar. Yohan mengambil kain, dan membersihkan bekas-bekas darah di perutku, lalu ia pun tersenyum penuh kemenangan. Yohan membuka kain yang menyumpal mulutku, dan mencium keningku. Entah apa itu maksudnya? Aku sudah tak bisa memikirkannya lagi. Kulihat Yohan tengah sibuk mengambil sebuah cermin lalu dihadapkannya kepadaku.
"Lihat! Bukankah itu terlihat bagus?"
Dia bertanya seakan ini bukanlah apa-apa. Aku tak habis pikir, sedari tadi dia mengukir namanya diperutku, dan itu sangat menyakitkan. Aku sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, selain meringis lalu menangis kembali.
"Hei, kenapa wajahmu selalu begitu ketika di hadapanku?"
"..."
"Ayo tersenyum,"
"Huh?" Aku tersentak dan menghentikan tangisanku, wajah nya yang datar dan menakutkan kini tengah melihatku dan menungguku untuk mengikuti perintah nya. Dengan sangat terpaksa, aku akhirnya menyunggingkan senyum dibibirku.
"Woah, kau benar-benar melakukannya, Aku merasa sangat hebat."
Dia menertawakan aku sekarang. Apa yang harus aku lakukan dengan orang ini. Kumohon aku hanya ingin pergi.
*
Perutku masih sangat perih akibat ulah Yohan beberapa jam yang lalu. Walau akhirnya ia melepaskan ikatan tanganku dan membawa aku kembali ke kamar ini. Ia juga mengobati luka yang ia buat di perutku dan juga mengganti perban di kakiku. Aku masih terbayang raut wajah dan perkataan nya saat itu.
"Hanya ini yang bisa aku lakukan, kita tak bisa kerumah sakit, kau mengerti itu kan El?"
Aku hanya menganggukan kepala ku, kulihat Yohan tersenyum puas lalu ia memeluk pinggangku dan membenamkan kepala nya di perutku. Aku merasa itu sangat perih tapi semua itu terganti karena tingkah Yohan yang lembut kepadaku.
"Ah, tubuhmu sangat lah hangat El." ujarnya manja.
Sejujur nya, aku sangat bingung dengan situasi ini. Tingkahnya berubah-ubah, aku seperti tinggal bersama dengan sepasang anak kembar yang mempunyai kepribadian yang berbeda. Setelah Yohan membawa aku kekamar dan mengobati lukaku, seperti nya ia pergi. Sedari tadi aku tak mendengarkan suaranya dan suara langkah kakinya. Namun aku tak begitu memikirkan itu, dia memang sering pergi dan pulang agak larut. Aku mengadahkan pandanganku ke langit-langit, memikirkan apa hidup bersama dengan Yohan itu baik? Sifat nya sangat berubah-ubah, dan itu sangat membuatku takut. Visualnya amat sangat tipeku, tapi kepribadiannya sangat buruk. Dia sering menyiksaku bahkan menghinaku. Tapi dia belum sama sekali menyentuhku, dia hanya mencium bibirku, dan dia adalah orang yang memanggilku El selain Ayah dan Ibuku. Sangat berbeda dengan Leo dan Pamanku. Selain rupa mereka pas-pasan, mereka juga tak segan-segan menyiksa dan memperkosa gadis sepertiku. Mereka bahkan tak pernah bersikap lembut padaku sedikit pun. Euh, menjijikkan. "Argh, kenangan yang sangat buruk," umpatku kesal.
Tak khayal aku yang sedang berkutat dengan segala pemikiranku kala itu, telingaku menangkap suara berbincang-bincang diruang tamu. Itu adalah suara Yohan dan juga seorang wanita. Awal nya kudengar mereka berbincang sambil tertawa, tapi tak lama kemudian aku mendengar teriakan yang tak lain adalah teriakan wanita itu. Jantungku berpacu dengan sangat cepat, ketika mendengar raungan dari wanita itu yang memohon-mohon kepada Yohan.
GUBRAK!
Yohan membuka pintu kamarku dengan sangat keras. Aku sangat terkejut, apalagi terlihat ia sedang menyeret wanita yang sedang setengah mati itu. Kenapa dia membawa wanita itu kedalam sini? Apa yang dipikirkannya.
"Aku bawakan teman untukmu, karena kupikir kau akan bosan jika sendirian,"
"Yohan, apa yang-"
"Ah, jangan khawatir, dia tidak akan bisa kemana-mana. Kakinya sudah tak bisa berjalan, kekeke," ujar Yohan sambil terkekeh.
"Tolong! Kumohon tolong aku! Tolong lepaskan aku... Ah, aku mengenalmu, k-kau Eleeya, benar kau Eleeya. Ini aku Rosie, kau ingat aku kan?"
Dia berkata itu padaku dengan wajah yang sangat berharap. Aku memang ingat dia, Rosie yang merundung dan menyiksaku di toilet hanya gara-gara kak Rui. Aku hanya menatap wajahnya datar walau sebenarnya aku pun ketakutan.
"Hei hei, jadi kalian sudah saling kenal, ya?"
"Tolong lepaskan aku, aku berjanji setelah keluar dari sini aku akan menutup mulutku dari polisi dan siapapun, kumohon."
Terlihat Yohan hanya memandang Rosie dengan tatapan dingin nya, begitu pun aku yang hanya bisa diam.
"E-eleeya, jangan diam saja. K-kau katakan padanya untuk m-melepaskan aku!"
"..."
Aku memandang Yohan dan terlihat dia hanya tersenyum.
"Baik baik, aku akan melepaskanmu tapi aku akan bertanya dulu pada Eleeya, karena sepertinya dia sangat benci padamu tuh, hahaa."
Rosie terlihat sangat kebingungan, ia menatapku dengan wajah menyedihkan nya itu, ia ketakutan, aku tahu itu.
"Hei, wajahmu sangat berantakan kau tahu? Sama seperti yang kau lakukan pada Eleeya pada waktu itu, hehe."
Aku tersentak, kenapa Yohan mengetahui hal itu? Bagaimana bisa?
"Jadi El, apa kita harus membiarkan dia pergi begitu saja?"
"..."
Aku memang membenci Rosie, tapi sejujurnya aku tak berniat melihatnya mati.
"Hah, sungguh membosankan,"
Yohan berdiri, dan itu saja sudah membuatku sangat takut. Begitu pula dengan Rosie, terlihat sekali ia begitu ketakutan dihadapkan dengan situasi seperti ini. Yohan keluar dari kamar lalu membawa satu botol minuman kosong. Untuk apa botol kosong itu? Pikirku.
"Ayo kita bermain petak umpet. Kalian yang sembunyi dan aku yang jaga,"
Apa? Petak umpet? Aku dan Rosie hanya saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataannya.
"Aku akan berhitung sampai 50, kalian harus kembali ke kamar ini sebelum aku menemukan kalian. Dan siapa yang ketahuan duluan maka dia akan mati,"
Kami berdua tersentak mendengar Yohan berbicara seperti itu. Berbeda dari kami yang sangat ketakutan, Yohan malah terlihat sungguh menikmatinya.
"Aku akan memulai nya. Satu, dua, tiga...."
Oh tidak dia sudah mulai berhitung, aku dan Rosie mulai kelabakan mencari tempat untuk bersembunyi, badanku kembali gemetar memikirkan apa yang bakal terjadi setelah ini.
"Tiga puluh dua, tiga puluh tiga..."
Kami berdua bagaikan ulat bulu yang merayap kesana kemari untuk mencari tempat persembuyian dari mangsa. Berjalan terseok-seok dengan gemetar ketakutan.
"Empat puluh delapan, empat puluh sembilan.."
Akhir nya aku mendapat tempat bersembunyi yang bagus, di dalam lemari kosong yang berada di gudang. Tapi masalah nya, ini bukan hanya tempat persembunyianku seorang, Rosie juga ada bersamaku disini.
"Lima puluh. Baiklah aku akan mulai mencari,"
Aku saling berhadapan dengan Rosie, dan kami menutup mulut kami masing-masing. Tubuhku rasanya mau hancur, kakiku yang masih ngilu, perutku yang masih sangat pedih ditambah situasi yang mencekam seperti ini. Lalu, terdengar suara langkah kaki memasuki gudang ini.
"El... Rosie.... Kalian dimana?"
"Ya ampun, ini mendebarkan." ujarnya terkekeh.
Kami menutup mulut kami rapat-rapat, sebisa mungkin agar tak ketahuan olehnya. Terdengar Yohan membuka pintu ruangan yang berada di ujung.
"Apa tidak ada juga disini?"
Langkah kaki Yohan pun terdengar menjauh menaiki tangga dan bersamaan dengan suara pintu tertutup. Mungkin dia mencari kami di ruangan yang lain. Kulihat Rosie menghela nafas nya, aku tau dia gugup dan ketakutan sama seperti ku.
"Aku akan keluar dari sini, dia pasti mencari ke ruangan diatas,"
Rosie berkata seperti itu sambil bersiap untuk keluar. Sepertinya Yohan memang di atas, karena suara kakinya terdengar menjauh. Aku juga harus keluar setelah Rosie dan kembali ke kamar itu. Tapi ini aneh, Yohan hanya memeriksa sebentar sekali, tapi masa bodoh. Aku harus segera pergi dari sini mendului Rosie. Aku pun mencoba untuk keluar namun, betapa liciknya Rosie, ia mendorongku dengan sikunya hingga aku terhempas dan balok kayu yang ada disana malah menimpa kakiku. Itu membuatku tidak bisa bergerak karena berat dan rasanya pun sangat sakit. Kulihat dia tertawa puas karena sudah keluar dari lemari ini dan akan menuju kamarku. Tapi, sekali lagi aku merasa aneh, perasaanku tak enak sedari tadi. Setelah Rosie keluar merayap dari lemari ini, ia seakan mematung sambil menatap ke sebelah kanannya. Apa yang sedang dilihatnya hingga ia terdiam begitu. Karena penasaran, aku pun jadi ikut memperhatikan ke sebelah kanan.
"Hah!" Aku membekap mulutku sendiri karena terlalu kaget. Yohan berada disana dengan sebuah botol kosong di tangannya, botol yang ia bawa pertama kali. Berarti sedari tadi ia tidak meninggalkan ruangan ini, sedari tadi dia sudah tau keberadaan kami. Kulihat dengan seringaian di wajahnya, ia melayangkan botol itu tepat di kepala Rosie, hingga darah mengucur dari atas kepala nya. Satu pukulan itu pun sudah cukup untuk melayangkan nyawa nya yang memang sudah di ujung tanduk.
Aku membulatkan kedua bola mataku melihat kejadian mengerikan itu. Sambil sedikit terengah-engah Yohan melirikku dan tersenyum manis kepadaku, seperti akan mengatakan. "Gadis pintar!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Lisa Z
kejam banget 😭
2022-02-28
0
Nasi Kaput
masuk.
2021-12-15
0
Storymate
wow, ceritanya seru banget & menarik kak
2021-12-09
1