Kami berjalan keluar dari gedung mall itu, dan Yohan pun melepaskan genggaman tangannya denganku, sejujurnya itu membuatku merasa sedikit kecewa.
"Ada apa?"
"Ah tidak apa-apa,"
"Huh? Kita tidak sedang menyebrang jalan, jadi tak perlu bergandengan tangan terus menerus, bukankah aku benar, El?"
"I-Iya, kau benar."
Aku mengangguk-anggukan kepalaku canggung, dan Yohan hanya tersenyum simpul. Ah, benar juga. Aku tak seharusnya sesenang ini. Lagi-lagi aku berkhayal hal yang tak masuk akal.
"Oh tidak, aku melupakan sesuatu!"
"Ada apa Yohan?"
"Kantong belanja kita, aku meletakannya di penitipan barang,"
"..."
Benar juga, tadi kita sudah berbelanja baju dan perlengkapan memasak, gara-gara masalah tadi, kami langsung keluar tanpa membawa nya.
"Kau tunggu disini saja! Aku akan segera kembali."
"Baiklah," jawabku.
Kulihat sekelilingku, parkiran mall ini cukup luas dan sepi. Mungkin aku akan kesana untuk mencari kursi. Kakiku sudah agak sakit karena berdiri sedari tadi. Aku berjalan tertatih dengan tongkatku, hari sudah semakin gelap, sangat tidak terasa waktu berjalan dan disini tidak ada siapa-siapa. Timing yang pas untuk kabur bukan? Tapi aku tak punya keinginan lagi untuk kabur darinya.
Saat aku sedang berjalan, hal mengejutkan terjadi. Seseorang membekap mulutku dan membawaku ke sudut parkiran yang gelap. Aku sangat terkejut dan juga takut. Aku tak dapat berteriak, yang ku bisa hanya meronta-ronta saja. Lalu, tongkatku mungkin sudah terjatuh entah dimana.
"Sstt! Diamlah kau perempuan ******!"
Suara ini? Bukankah ini suara Cedric, kakak kelasku tadi, apa yang dia pikirkan?
"Mmmmm....mmmmm!" Aku mencoba berteriak namun tak bisa karena mulutku di bekap dengan tangan nya, tenaganya sangat kuat, aku bahkan tak bisa melawannya. Kurasakan tangannya yang lain tengah meraih ke bawahku dan hendak membuka kancing celanaku. Apa yang si gila ini pikirkan? Apa dia hendak memperkosaku disini? Aku meronta-ronta sekuat tenaga, di dalam pikiranku hanya ingin Yohan cepat kembali dan menyelamatkan aku. Cedric sudah hampir berhasil membuka celanaku. Apa tidak ada siapapun disini? Oh tuhan,aku sangat takut.
"Apa yang kau lakukan?"
Aku mendengar suara dingin dan berat, aku sangat bersyukur karena aku sungguh mengenali suara ini. Aku tau, bahwa kakak kelasku ini tersentak mendengar suara Yohan. Dia sontak menoleh kebelakang dan melepas bekapannya di mulutku. Aku bergegas, merangkak menjauh darinya.
"Ais, kau lagi kau lagi."
"..."
"Ayolah! Kau tau kalau dia itu ****** kan? Biarkan aku bermain-main dengannya sebentar, anggap saja bayaran karena kau telah mempermalukan aku tadi."
Apa yang di katakan si gila itu? Dasar tidak waras! Kulihat wajah Yohan tidak bereaksi apapun. Apa dia akan membiarkan si brengsek itu mendapatkan apa yang dia inginkan? Oh tidak, aku terjebak dengan dua pria yang tidak waras disini. Aku hanya bisa menangis sekarang, rasa nya aku ingin mati saja disini.
"Bagaimana?"
"Pft, Pwahahahahahaha!"
"Hei bung, apa yang kau tertawakan?"
Apa yang di tertawakan oleh Yohan? Apa jangan-jangan dia sungguh menyetujuinya.
"Itu ide yang bagus."
"..."
"Tapi, Eleeya sepertinya tidak suka kalau ada pria lain yang bermain dengannya selain diriku,"
"Hah?"
"Terlepas dari itu, aku ini orangnya tidak suka berbagi."
BUKK! Yohan meninju Cedric, hingga ia tersungkur sangat keras.
"Sialan!"
Cedric pada saat itu mencoba membalas pukulan Yohan namun ia meleset, tapi tendangan dari Yohan tidak ada satu pun yang meleset. Mereka terlibat perkelahian yang singkat, karena dari segi kekuatan, Cedric kalah telak. Kulihat darah segar mengalir terus menerus dari hidung dan mulut Cedric. Kurasa ia sekarat sekarang.
Ah, Yohan mau kemana? Kulihat Yohan pergi dan tak lama ia kembali lagi membawa tongkat jalanku.
"Dasar tak tau malu! Aku sangat membenci pria dengan pikiran kotor sepertimu."
BUK! BUK! BUK! BUK! Yohan menghamtam Cedric dengan tongkat jalanku terus menerus, tanpa henti. Aku tau dia pasti sangat menikmati hal itu. Tapi, bukankah ini berlebihan? Bagaimana kalau ada orang yang tau.
"Yo-Yohan!"
BRAAAKKKK! Tongkatnya sampai patah dan hancur. Tapi itu berhasil membuatnya berhenti. Dia sekarang menatapku, wajah yang penuh percikan darah itu kini tersenyum kepadaku.
"Sepertinya kau harus berlatih berjalan tanpa menggunakan tongkat, El."
"Yo-Yohaan."
Tubuhku lemas, rasanya aku benar-benar ingin mati saja sekarang.
"Kau tunggu disini!"
Aku menghela nafasku panjang. Dia mati, batinku. Cedric yang sudah tak lagi bergerak, dia benar-benar tewas.
TIN! TIN! Ah, dia sudah datang. Aku harus segera naik ke mobilnya. Kulihat Yohan bergegas turun, kukira dia akan membawaku ke mobilnya dengan cepat, tapi aku salah. Dia malah membawa mayat Cedric ke mobilnya, mengeluarkan perlengkapan pembersih dan membersihkan tempat itu seakan tak terjadi apapun. Aku sampai melongo melihatnya melakukan itu, sungguh terampil seakan sudah terbiasa. Tak lupa tongkat yang telah hancur tadi pun serta merta ia bawa ke mobilnya, barulah terakhir ia mengendongku ke dalam mobil. Aku merasa gemetar karena baru pertama kali aku satu mobil dengan mayat.
"M-Mau di apakan mayat ini?" tanyaku hati-hati.
"Aku belum memikirkan nya."
"Apa tidak apa-apa Yohan?"
"Apa nya?"
"Kita membawa mayat dalam mobil,"
"Mau bagaimana lagi? Awalnya aku ingin membiarkan saja dia memperkosamu. Tapi semakin lama rasanya aneh saja ketika seseorang menganggu milikku, kekeke."
"..."
Dia tertawa. Dia sedang menertawakan kemalanganku, apa sebenarnya yang kuharapkan darinya.
Tapi, "Milikmu?" tanyaku.
"Iya, kau milikku. Selamanya tetap akan menjadi milikku."
Ah? Aku tidak suka ini, dia benar-benar mempermainkan hatiku. Aku sungguh tak bisa membencinya walaupun aku ingin. Setelahnya, kami hanya saling diam hingga akhirnya tiba juga di rumah.
"Masuk lah duluan! Bersihkan dirimu dan istirahat lah."
Aku hanya menganggukan kepalaku. Aku masuk kedalam rumah terlebih dulu, seperti perintah nya. Aku mandi membersihkan seluruh diriku, lalu istirahat di kamarku. Sudah setengah jam, namun mataku enggan sekali terpejam. Kudengar suara pintu kamarku terbuka perlahan.
"Kau belum tidur, El?"
Yohan masuk kekamarku, sepertinya dia juga sudah mandi dan berganti pakaian, apa dia sudah mengurus mayat Cedric? Ah, benar juga, aku jadi penasaran dimana ia mengubur semua orang yang ia habisi.
"Aku belum bisa tidur," ujarku. Yohan mendekatiku dan membelai rambutku, jantungku berdegup kencang karena gugup, dia mulai membelai pipiku. "Kau sangat cantik, Eleeya."
Aku tidak tahan dengan belaian lembut nya, apalagi wajahnya yang tampan itu sangat dekat dengan wajahku, membuat seluruh tubuhku memanas. Yohan menyelipkan tangannya di sela rambut belakangku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku, aku hanya bisa diam saat bibirnya menyentuh lembut bibirku.
"Aku mau melakukan nya!"
Aku tersentak, melakukan katanya? Melakukan apa?
"Apa maksudmu?"
"Bukan kah kau sangat menginginkanku? Kau bahkan menulisnya di notes ponselmu."
Sialnya itu benar. Semua yang ku khayalkan selama ini, aku menulisnya di ponselku, bisa-bisanya dia membaca semua itu, rasanya aku akan mati karena malu. Aku menundukan kepalaku, tak berani menatap wajahnya.
"Tak perlu malu, hari ini aku akan mewujudkan keinginanmu."
Jari Yohan mengangkat daguku hingga aku mendongakkan wajahku, lalu aku mengangguk pelan, kulihat senyum tipis Yohan yang begitu menawan. Yohan mulai membuka satu persatu kancing piyamaku, dua buah gunung kembar kini terlihat jelas, membuat Yohan tampak sangat bersemangat, lidahnya menjelajahi dua gunung ku, aku memejamkan mataku, menikmati sensasi yang Yohan berikan kepadaku. Tangannya kini menyusuri bawahku, menyusup kedalam dan menyapu bagian sensitifku dengan jarinya. "Ahh, ngh...." Aku tak bisa menahan nya, suaraku keluar dengan sendiri nya. Sungguh nikmat permainan yang Yohan berikan.
"Keluarkan saja, tak usah ditahan,"
Aku menggigit bawah bibirku ketika dia memainkan bagian atas dan bawahku secara bersamaan. Tubuhku kini polos tanpa satu kain pun, dan giliran Yohan yang membuka bajunya, aku sampai terpukau melihat betapa seksi badan nya, lekuk tubuh dan otot perutnya, sungguh memanjakan mataku.
"Biarkan aku masuk!"
Aku hanya menganggukan kepalaku tanda iya, lalu Yohan mulai menjilat leherku, berpindah ke bibirku dan naik ke telingaku, sapuan lidahnya sungguh membuatku geli sekaligus bergairah, lalu ia pun membisikan sesuatu. "Ayo ketempat lain,"
Eh? Tempat lain? Apa dia mau melanjutkan hal ini di kamarnya? Terserah lah, yang penting malam ini aku akan melakukan hal itu bersama Yohan. Yohan mengendongku ke arah depan. Oh rupanya dia ingin melakukannya di ruang tamu.
"Tutup matamu, El."
"Kenapa?"
"Karena ini akan sangat menyenangkan,"
Aku menuruti keinginannya, aku pun menutup mataku. Yohan mulai mengatur tempatnya, sambil mengendongku, ia duduk di sofa yang empuk itu, ia juga memposisikan diriku yang duduk di atasnya senyaman mungkin. Ah, tampaknya dia ingin aku yang bergerak, apa dia suka gaya seperti ini, pikirku.
"Buka matamu, El."
Aku sangat bersemangat, lalu membuka mataku, tapi yang kudapati sangatlah membuatku terkejut. Yohan mengajakku melakukan itu disini dengan mayat Cedric yang berada tepat di sebelah kami.
"Kenapa? Bergeraklah!"
"..."
Ini tidak sesuai ekspetasiku, aku kehilangan selera untuk segalanya.
"Apa kau ingin aku yang bergerak?" ujarnya dengan suara dingin. Ah, sorot mata ini, jika aku tak menurutinya maka tamatlah aku. Aku pun bergerak sesuai keinginannya, walau tubuhku sedikit gemetar aku mencoba menahannya. Sebisa mungkin aku tak melihat sesuatu yang berada di samping kami dengan menutup kedua mataku.
"Hei, buka matamu! Aku ingin memandang wajahmu."
"..."
Malam ini, kami benar-benar melakukannya disamping mayat yang seakan sedang menonton kami.
"Aku tak ingin berhenti El, mulai sekarang marilah terus bersama."
Untuk yang pertama kalinya aku melakukan ini dengan orang yang kuinginkan. Walaupun dengan suasana yang tidak biasa, aku berusaha menikmatinya. Sungguh pengalaman luar biasa yang Yohan berikan kepadaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Lisa Z
dua duanya sama gila sih ini
2022-02-28
1
🌸💫Dhaniatree🔥🌻
gilaaakkk
2021-12-04
1
karya rai
kuat mental banget Ama mayatttt😭
2021-12-03
0