Aku merasakan seseorang meneriaki namaku, seingatku aku sedang tertidur, apa ini mimpi?
"Eleeya.. Eleeya!"
Ah, suara yang sangat familiar, tapi siapa? Aku berusaha mengingat dengan mata yang masih tertutup.
"ELEEYA!"
Aku tersentak dan segera membuka mataku.
"Hah, akhirnya kau bangun juga, cepatlah mandi, aku punya tugas untukmu,"
Tugas apa yang ia maksud? Dengan terpaksa aku menggerakan tubuhku menuju kamar mandi. Sudah hampir satu bulan kakiku rasanya sudah bisa digerakan walau hanya sedikit. Sejujur nya Yohan merawat lukaku dengan baik walaupun pelaku utama penyebab lukaku adalah dia. Dengan pelan aku menggerakan tangan dan tubuhku untuk mencapai kamar mandi, sebenar nya aku masih mengantuk, rasanya kondisiku ini belum sadar sepenuhnya. Seperti nya melihatku yang bergerak dengan lamban ini membuat Yohan kesal. Dengan cepat, ia langsung menggendongku kasar dan meletakkan aku di bathtub. Dia menyiramku dengan air, lalu memberi shampo di rambutku.
"Nah kau bisa melakukan nya sendiri,"
Dia melenggang pergi setelah itu. Kupikir dia akan memandikan aku sampai selesai. Ah, apa yang aku pikirkan, rasa nya hanya aku disini yang berpikiran mesum. Sambil menggosok-gosok rambutku, aku tenggelam dalam pikiran ku sendiri.
"Hei, kau belum selesai?"
"Ah?"
Aku sedang melamun tadi, apa aku terlalu lama? Bahkan aku belum selesai keramas rambut. Yohan jalan mendekat lalu menyiram air di kepalaku, ia juga menyodorkan sikat gigi untuk ku dan aku melakukan apa yang disuruh nya tanpa berbicara apapun. Setelah selesai dia melemparkan handuk kepadaku beserta pakaian.
"Keringkan dirimu dan pakai itu!"
Aku hanya mengangguk dan menatap pakaian ini. Ini seperti sebuah daster? Biasa nya Yohan memberiku pakaian nya yang tak terpakai, jelas itu pakaian laki-laki berbeda dengan yang ini. Tanpa aku pikirkan lagi aku pun memakainya.
Aku terseok-seok keluar dari kamar mandi dan mendapati Yohan sudah menungguku.
"Woah, lihat ini!" ujar Yohan melipat kedua tangannya dan menatap penampilanku.
"..."
"Kau seperti ****** kampung,"
"****** kampung?"
"Sudah kuduga, kau cocok dengan pakaian itu. Kau terlihat persis seperti wanita itu, aku menyukainya,"
Siapa wanita yang dia maksud? Ibunya? Aku tidak tau, yang terlihat sekarang hanyalah Yohan yang sedang mengekspresikan wajah lega. Entah apa yang membuat nya begitu lega saat itu. Dengan tersenyum, Yohan memeluk pinggangku.
"Aku sungguh merindukanmu,"
"Eh?"
Apa dia menganggap aku sebagai ibunya? Aku membenci hal ini. Tapi, tingkah lakunya yang seperti ini membuat aku sedikit senang. Aku memberanikan diri untuk mengusap kepalanya, sambil bergelayut di pinggangku itu kurasa dia pun menikmati nya. Setelah beberapa saat, dia pun mengajak aku ke dapur. Apa yang harus aku lakukan disini pikirku.
"Nah, sekarang tugasmu adalah memasak untukku,"
Bagaimana caranya aku bisa memasak, aku bahkan belum bisa sepenuhnya berdiri dengan kakiku yang seperti ini. Aku menatapnya bingung, sementara dia mengalihkan pandangannya.
"Oh benar, aku baru ingat."
Yohan seperti teringat sesuatu hal lalu tiba-tiba ia pergi begitu saja. Aku masih terdiam di dapur dan berpikir apa yang harus di lakukan. Tak lama Yohan pun tiba dengan sesuatu yang di sembunyikan di belakang tubuhmya.
"Aku punya sesuatu untukmu El, tara..."
Dengan bersemangat Yohan mengeluarkan sesuatu yang tadi dia sembunyikan. Dan ternyata itu adalah sebuah tongkat jalan untuk ku. Yohan selama ini ternyata juga memikirkan soalku. Dia membantuku berdiri dan memakai tongkat itu, lalu kembali ia menatapku seolah ingin menilai penampilanku saat ini.
"Mm tidak buruk,"
"..."
"Sekarang kau telah siap memasak makan siang untuk kita,"
Aku hanya menganggukan kepalaku, selagi aku memasak, Yohan menunggu dimeja makan dan memperhatikanku sambil tersenyum, tapi senyum itu menakutkan bagiku. Dengan gemetar aku melanjutkan pekerjaanku, hingga akhirnya sebuah masakan pun telah selesai. Aku menghidangkan masakan itu ke meja makan tempat Yohan menunggu.
"Woah, ini terlihat enak. Ayo kau juga harus makan bersamaku,"
Awal nya aku ragu apakah aku memang diperbolehkan untuk makan satu meja dengan nya, tapi karena dia sudah berkata seperti itu, mau tak mau aku pun duduk dan menikmati makan siang bersamanya. Suasananya sangat canggung, kami berdua diam saja sampai akhir makan siang.
"Ah, aku kenyang. Masakanmu sangat enak, kau sangat cocok menjadi istriku,"
Ucapan Yohan itu membuat wajah ku panas, aku pun menjadi malu karena pernyataan itu.
"Wajahmu memerah lagi, apa hanya itu yang bisa kau lakukan?"
Ah, selalu saja begini. Kenapa wajahku jadi memerah ketika aku merasa malu, aku jadi merasa menyedihkan.
"Baiklah, aku akan ke kampus. Seperti biasa, jaga rumah ini,"
Aku menganggukan kepalaku tanpa menjawab nya, sepertinya aku mulai terbiasa tinggal disini, itulah yang aku pikirkan sekarang ini. Rutinitasku selama tinggal disini adalah membersihkan setiap ruangan disini kecuali kamarnya, dan sekarang pekerjaanku bertambah yaitu memasak. Mulai sekarang aku bisa berjalan pelan dibantu dengan tongkat pemberian Yohan ini, tanpa aku harus terseok-seok di lantai lagi. Setiap hari ketika aku sendirian, aku selalu berpikir untuk kabur dari sini, tapi keadaanku sangat tidak memungkinkan. Dan sekarang sudah berbeda, Yohan memberiku tongkat jalan ini, mungkin aku bisa kabur sungguhan sekarang. Aku duduk dengan jarak satu meter dari pintu, ini adalah jarak pembatas yang telah di tentukan oleh Yohan waktu itu, dan aku tak boleh melewati nya. Sudah sekitar satu jam aku duduk disini memikirkan hal itu, Yohan pun sudah dua jam yang lalu pergi ke kampus, dan dua jam lagi dia baru akan kembali kesini.
Aku menarik nafasku dalam-dalam dan mengeluarkan nya.
Ini adalah kesempatanku, bila aku lewatkan maka tidak tau kapan aku akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi. Dengan pelan aku mendekati pintu, dan membuka nya.
Mata ku berbinar melihat senja, matahari yang bersinar terang dan angin yang berhembus, sudah lama aku tak menghirup udara kebebasan seperti ini. Dengan bersemangat aku melangkah kan kakiku, terdengar suara kicauan burung dan juga bunyi siulan? Siulan siapa? Bunyi siul yang menyerupai nada lagu Queen. Lagu yang seringkali aku dengar ketika didalam rumah ini.
Perasaanku tidak enak, aku menoleh kesamping dan benar dugaanku. Yohan tengah duduk menikmati rokok nya sambil bersiul. Dia seakan tak memperdulikan aku, tapi aku tau ini sangat tidak bagus untukku bahkan bila aku bergerak sedikit saja. Terlihat Yohan menikmati hisapan terakhir di rokoknya lalu menginjaknya.
"Hah, pada akhirnya kau pun ingin meninggal kan aku,"
"Yo..han."
Aku mengucapkan namanya dengan terbata, rasanya aku akan pipis di celana saking takut nya dengan situasi ini.
"Jadi bagaimana kau akan mempertanggung jawabkan perkataanmu soal mencintaiku El?"
"..."
Aku berdiri dengan seluruh tubuh yang bergetar, apa aku harus kembali lagi kedalam rumah itu, tapi ini kesempatanku untuk kabur, aku sudah sampai sini, aku akan mati bila kembali ke dalam. Dengan langkah gontai aku pun pergi menjauh dari Yohan, terlihat Yohan hanya menatapku dengan bingung. Aku harus pergi, aku harus pergi. Sedikit lagi, dan akhir nya aku pun keluar dari halaman rumah itu. Kulihat Yohan mengikutiku, tapi aku sudah bekerja keras mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur sejauh mungkin dari Yohan, hingga akhirnya aku tersandung dan terjatuh. Aku menangis sejadi-jadi nya ketika Yohan berusaha mengendongku dan membawaku kembali.
"Tidak, lepaskan aku! Tolong, kumohon tolong aku, siapapun tolong aku!"
Aku berteriak sekuat tenaga, berharap seseorang mendengarku dan menolongku, tapi tak ada satupun orang disana, sepi, sunyi seperti tempat yang ditinggalkan. Aku meronta-ronta hingga akhirnya aku terjatuh dari gendongannya. Aku terseok-seok di tanah dengan perasaan ingin kabur yang menyeruak pikiranku.
"Hah, ayolah kau merepotkan sekali, kau sudah selesai belum?"
"TOLONG! KUMOHON, HIKS."
Aku masih berteriak minta tolong, walaupun aku tau itu akan sia-sia. Air mata membanjiri seluruh wajahku yang menyedihkan.
"KYAAAAA!!!" Yohan menjambak rambutku kasar. Tak cukup sampai disitu, ia pun menampar wajahku dengan sangat keras, hingga aku tersungkur dengan darah segar yang keluar dari hidungku. Akhir nya perjuanganku yang sia-sia telah selesai, tenagaku sudah habis sekarang.
"Nah, sudah selesai? Kalau begitu ayo kita pulang El, tempatmu adalah bersamaku," ujar Yohan sambil terkekeh mengendongku kembali ke rumahnya.
Aku yang sudah tak punya lagi tenaga hanya pasrah di dalam dekapan nya, hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada kebebasan yang baru saja ingin kutemui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Anggraini Sari
Aku bacanya jadi ngeri ngeri sedap gitu sambil nahan napas.aku juga kasih boom like kak.
2022-04-08
1
NanLexa
ihhhh...... ngeri
2022-02-18
0
~ Neysha
Ayo kak semangat terus🤗
2022-02-17
0