Aku dimana? Disini gelap, dan tidak ada siapa-siapa. Aku terus berjalan menyusuri lorong yang gelap ini, hingga akhirnya aku sampai di tempat yang luas, tempat ini sangat indah, bunga yang bermekaran dan kupu-kupu yang terbang kesana kemari.
"Yohan?" gumamku, aku melihatnya. Dia sangat jauh dariku, aku terus meneriaki namanya tapi dia tidak mendengarku bahkan untuk menoleh ke arahku pun tidak, aku terus saja berlari mengejarnya, tapi kenapa aku tak sampai-sampai, dia seakan sangat jauh walau aku bisa melihatnya dari sini.
"Eleeya... Eleeya!"
Aku mendengar seseorang memanggil namaku. Tapi tak ada siapa-siapa disini. Aku jadi takut, sebenarnya apa yang terjadi?
"Eleeya... Eleeya!"
"Tolong kami... Tolong kami!"
Aku terus saja mendengar kata-kata itu, hingga kepalaku pusing. Didepanku berbaris beberapa orang yang tampak mengerikan. Mereka mengelilingiku dengan wajah pucat mereka. Aku sungguh terkejut ketika kulihat Rosie dan Cedric ada di antara mereka.
"K-kau kan sudah mati!" teriak ku.
"Kau seorang pembunuh Eleeya!"
"Kau pembunuh!"
Kulihat wajah pucat mereka kini perlahan berubah menjadi seram dan penuh dengan darah, aku menjerit ketakutan. Aku menutup telingaku serta mataku dan berteriak agar mereka semua pergi dan tak mengangguku. Lalu, semuanya pun menjadi hening. Tak ada lagi suara dari mereka. Aku membuka mataku perlahan, dan sekarang aku sedang berdiri di kebun milik Yohan. "Kenapa aku ada disini?" batinku heran. Aku menyusuri jalanan itu dengan perasaan takut, aku hanya ingin kembali. Lalu aku melihat Yohan kembali, dia berdiri dengan wajahnya tanpa ekspresi. Aku pun berlari ke arahnya, dan begitu aku mendekat, betapa terkejutnya aku ketika melihat wajah Yohan yang sudah penuh dengan percikan darah, bahkan diseluruh tubuhnya. Aku masih menangis, dan dengan perlahan ia menyentuh pipku.
"Kau mau kemana? Apa kau mau kabur dariku?"
Apa? Aku diam dengan tubuh yang bergetar hebat, aku tak bisa menjawab pertanyaannya.
"Hanya karena aku tak bisa membalas cintamu, kau ingin pergi dariku?"
Bagaimana dia bisa tau? Sejujurnya, aku memang berniat untuk pergi darinya. Tanpa terasa air mataku berjatuhan lebih deras hingga aku terisak. "Hiks, hiks."
"Oh, El-ku yang malang. Kalau kau pergi dariku kau akan kemana? Ke apartemenmu yang kecil itu atau kau ingin pulang kerumah paman dan bibimu?"
Aku masih diam sembari menangis, dia berjalan memutariku sambil membelai pipiku.
"Apa kau merindukan Leo?"
Tidak, berhentilah mengatakan hal itu. Tangisanku malah semakin menjadi-jadi, kepalaku hampir pecah sekarang, aku rasa aku akan gila. Kumohon, aku hanya ingin pergi dari sini. Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, tapi disisi lain aku senang akhirnya bisa bersama dengan orang yang kucintai. Seketika aku teringat wajah Yohan yang tersenyum padaku, momen-momen menyenangkan yang telah kami lakukan,semua itu terlintas di pikiranku. Aku sudah kehilangan akal sehat, aku menatap wajah Yohan dan memegang tangannya yang sedang membelai pipiku.
"Haha, jadi inilah pilihanmu Eleeya."
"..."
"Aku sudah beri kau kesempatan dan inilah pilihanmu. Maka tak ada lagi jalan untuk kembali. Ayo bersama selamanya."
...****************...
Mataku terbangun, nafasku terengah-engah, dan detak jantungku berpacu sangat cepat, tubuhku di banjiri dengan keringat dingin. "Mimpi, itu hanya mimpi." Aku mencoba mengatur nafasku dan memegang dadaku yang bergemuruh. Kulihat di sampingku, kosong. Yohan tidak ada, kemana dia? Aku memegangi kepalaku yang terasa sangat amat pusing. Kulihat jam dinding menunjukan masih dini hari. Aku terbangun gara-gara mimpi sialan itu. Dan pada akhirnya aku beranjak dan pergi kedapur untuk minum air putih karena rasanya tenggorokanku sangat kering.
Aku berjalan dan aku melihat pintu ruangan yang menuju gudang bawah tanah terbuka.
Karena penasaran, aku memberanikan diri masuk dan menuruni tangga, kulihat lampunya menyala. Aku rasa ada seseorang disini, apa itu Yohan? Gudang ini jadi sedikit bersih dari pada pertama kali aku kesini, dan di ujung sana ada ruangan lagi, setauku di ruangan itu cuma ada kursi dan kasur. Apa Yohan tengah beristirahat disana? Tumben sekali.
Aku berjalan mendekat kesana, dan terlihat pintunya sedikit terbuka. Aku sengaja mengintipnya untuk mengetahui ada siapa di dalam sana. Tapi, aku malah melihat sesuatu yang harusnya tidak aku lihat.
Apa-apaan ini? Yang terlihat adalah Yohan sedang bercumbu dengan wanita didalam sana. Aku melihat sendiri Yohanku sedang berciuman dengan wanita lain. Perasaanku sangat tidak karuan saat itu, hatiku benar-benar sakit, aku tau dia gila tapi aku tak menyangka dia akan segila itu. Aku menggigit bibir bawahku sendiri hingga berdarah. Aku sampai membayangkan menusuk mereka berdua dengan pisau hingga usus mereka terburai.
"Hah!" Gila, benar-benar gila. Aku terdiam mematung menyaksikan hal menjijikan yang dilakukan Yohan dan wanita itu, hingga Yohan tak sengaja melihatku. Aku tersentak dan langsung bersembunyi, aku takut dia akan marah. Sial, aku seperti orang idiot. Perlahan aku pergi dari tempat itu dengan sangat emosi. Namun, ada yang aneh. Aku menghentikan langkahku saat telingaku menangkap suara yang bising, aku mendengar suara wanita itu, teriakan wanita itu seperti makian terhadap Yohan. Apa mereka sedang bertengkar? Setelah berciuman?
"Sialan, mereka yang bertengkar dan yang ketakutan malah aku," gumamku.
Aku bersembunyi di balik tangga, dan kulihat Yohan keluar dari ruangan itu, dia terlihat menekan-nekan area matanya, lalu mencari-cari sesuatu. Apa yang ia cari? Kuperhatikan kemana langkahnya dan seperti nya ia menemukan apa yang ia cari. Yohan mengambil tongkat kasti tak terpakai lalu masuk kembali ke ruangan itu. Perasaanku semakin tidak enak, dan benar saja, tak lama saat Yohan masuk dengan tongkatnya, suara teriakan wanita itu menggema di seluruh ruangan, aku terkesiap hingga aku menutup kedua telingaku, jeritannya membuat aku sangat takut. Setelah beberapa kali wanita itu menjerit kesakitan, suasana pun menjadi hening. Apa sudah selesai? Entah kenapa aku merasa lega, aku secara tak sadar tersenyum sendiri, aku senang karena Yohan membunuh wanita murahan itu. Baru saja aku ingin pergi dari sana, Yohan keluar dari ruangan itu sambil terengah-engah, dia sampai membuka bajunya karena ia berkeringat.
"El, kemarilah!"
Aku tersentak, kenapa dia bisa tau kalau aku masih disini.
"Ayolah, untuk apa kau bersembunyi disana? Cepat kemarilah!"
Mau tak mau aku pun keluar dari persembunyianku dan berjalan perlahan kearahnya.
"Kau tak bisa melihatnya kalau jauh disana."
"..."
Aku melihat mata Yohan memerah di sebelah kiri, apa dia tertabrak sesuatu? Aku pun masuk keruangan itu dan terkejut. Wanita itu belum mati, ia terkulai lemas dengan tangan dan kaki yang terikat serta memar di area kakinya.
Aku melirik ke arah Yohan, dia sedang mengelap area tubuhnya yang berkeringat. Kau tau, yang kupikirkan saat itu bukanlah kondisi wanita itu tetapi tubuh Yohan yang begitu enak di pandang, dia sangat seksi. Aku jadi membayangkan hal mesum saat itu hingga jentikan jarinya yang berbunyi tepat di hadapanku itu menyadarkanku.
"Apa yang kau pikirkan?"
Aku menggelengkan kepalaku tanpa menjawab apa-apa. Lalu, yang membuatku bingung dan kaget adalah, Yohan tiba-tiba memberikan aku sebuah pisau yang sangat tajam. "I-ini untuk apa?" tanya ku.
"Untuk apa lagi, kalau ayam sudah hampir mati kita harus segera menyembelihnya bukan?" jawab Yohan terkekeh.
Aku melirik kearah wanita yang tak berdaya itu. Kenapa dia melibatkan aku untuk ini? Itulah yang aku pikirkan sekarang. Aku bergetar dengan tangan yang mengenggam pisau.
"Ayo lakukan!"
Aku masih diam dengan tubuh yang bergetar, aku tidak bisa melakukan hal ini. Kulihat sepertinya wanita itu sudah bergerak kembali, kini dia menatapku, dia terlihat ketakutan, ekspresinya mengingatkanku pada Rosie waktu itu.
"Tolong jangan bunuh aku!" Dia meminta tolong padaku dengan raut wajah yang menyedihkan. Tapi apa yang bisa aku lakukan, posisiku pun hampir sama menyedihkannya denganmu. Aku kembali menatap wajah Yohan.
"Lakukan!"
"Aku tidak bisa!"
"Kenapa? Bukankah kau membencinya karena dia menciumku,"
Apa?
"Dia menggodaku, menciumku. Apa kau tak ingin memberinya hukuman?"
Ah, itu benar. Wanita ini, aku sungguh membencinya. Apa aku sungguh harus membunuh nya sekarang? Wanita itu masih berteriak meminta tolong untuk jangan membunuhnya. Tapi, kalau aku tidak melakukan ini, yang ada malah aku dan dia akan di habisi oleh Yohan. Lalu wanita ini, dia mencium Yohanku, milikku, jadi aku harus melenyapkannya.
"Kau sama gila nya dengan dia, dasar kalian psikopat gila, kalian akan menyesal telah melakukan ini denganku!" teriak wanita itu.
"Wah wah, jangan marah-marah nanti kau cepat tua," ujar Yohan sambil tertawa.
Aku hanya diam melihat wanita itu memaki-maki diriku. Hingga aku kalut dalam pikiranku, aku terbayang saat temanku satu-satu nya dulu berteriak dan memakiku hanya karena aku menemui nya. Lalu aku kembali terngiang makian dari bibiku dulu, aku sungguh membenci hal itu. Aku melangkah mendekat ke wanita itu, seperti kehilangan akal aku menghujamkan pisau yang kupegang itu ke dada wanita itu berkali-kali, aku mendengar jeritan wanita itu, sungguh memekakkan telingaku, hingga akhirnya wanita itu diam selamanya.
PLOK...PLOK...PLOK...
Aku menoleh ke arah Yohan yang sedang tepuk tangan.
"Kau membunuhnya, itu baru gadisku," ujarnya tersenyum bangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
🌸💫Dhaniatree🔥🌻
di trainee jd psikopat si eleya
2021-12-04
0
karya rai
judulnya : Cium aku atau bunuh aku
Ceritanya : Bukan ciuman lagi sayang
2021-12-04
0
NithaJK
perempuannya juga ikut gila.. terlalu cinta makanya jadi bego....
2021-11-18
1