"Niar, kamu mau melihat kami tidur di kolong jembatan? Pikirkan! Hanya kamu yang bisa menolong kami melunasi hutang pada rentenir. Gak apa jadi istri kedua, toh, yang bakal jadi suamimu orang kaya, kamu bisa hidup enak. Dan, manfaatkan waktu itu agar kamu bisa dapat harta gono-gini!" ujar Sumiati dengan penuh penekanan.
"Astaghfirullah hal adzim, Bu! Kenapa pikiran Ibu sejauh itu? Apa Ibu gak pikirin perasaan Niar? Selama ini aku sudah berbakti dengan keluarga, tidakkah Ibu bisa memandangku, sedikit saja kasihan padaku?" Niar menatap Sumiati dengan pandangan mengiba. "Tolong pikirkan perasaan Niar, Bu. Kehidupan seperti apa yang harus kujalani saat menjadi istri kedua? Anakmu ini hanya dijadikan rahim sewaan, dimanfaatkan untuk mengandung, dan setelah itu aku di ceraikan. Status pernikahan itu juga disembunyikan." Tak henti-henti airmata Niar menetes membasahi pipinya. Hari ini menjadi hari puncak kesedihan Niar selama tinggal di rumah itu. Kenyataan pahit tentang kebencian dari ibunya juga tentang ketidak pedulian Sumiati terhadap masa depannya membuat hati Niar merasakan sakit yang teramat.
"Jika kami memikirkan perasaanmu, berati sudah siap untuk tidur di kolong jembatan! Ini kesempatan emas untuk keluar dari kemiskinan. Kamu hanya perlu mengandung sembilan bulan, kan? Setelah anak itu lahir kamu bisa menikah dengan pria yang kamu sukai. Masalah status, banyak tuh perjaka yang menikahi janda. Kamu gak perlu bingung tentang status!" Sumiati berbicara dengan santai, seolah perasaan Niar tidak perlu di pikirkan.
"Kamu ingin menjadi anak baik dan berbakti, ini saatnya kamu tunjukkan kebaktian yang sesungguhnya. Menikahlah dengan majikanmu dan minta imbalan uang untuk melunasi hutang pada rentenir," bujuk Sumiati.
"Bu, kenapa harus Niar yang di korban, kan? Niar punya perasaan, Bu. Walaupun Niar ingin berbakti tapi tidak dengan cara seperti ini! Sedikit saja, Bu, sedikit saja sayangi aku sebagai putrimu. Jangan korbankan aku," Niar memohon dengan pandangan sendu.
"Perasaan kamu tidak penting! Walau kamu masih utuh sebagai gadis, gak ada yang lirik kamu! Jika kamu ingin di sayangi, turuti perintah Ibu, menikahlah dengan majikanmu. Bantu keluarga kita keluar dari kemiskinan. Ibu capek hidup melarat! Sejak bapak kamu di PHK dari Kantor, hidup kita sangat susah."
"Iya Niar, sekali ini saja tunjukkin kebaikanmu. Hanya 9bulan waktu yang kamu korbankan, setelah itu hidupmu kembali normal. Setelah ini kami tidak akan menuntut apapun darimu." Nesva ikut membujuk. Dalam hati sangat senang mengorbankan Niar untuk seorang pria yang sudah beristri. Ia menebak-nebak majikan Niar adalah lelaki setengah umur dengan penampilan perut buncit. Dengan menikahnya Niar dan pria jelek itu, ia akan unggul memiliki suami seperti Aris yang di kagumi banyak wanita di kampungnya. Aris lelaki lumayan menonjol di kampung tempatnya tinggal, tak heran banyak wanita yang menyukai lelaki itu. Bahkan Nesva pun tahu jika sebenarnya Niar memiliki perasaan untuk Aris.
"Kenapa harus aku yang selalu di korbankan, Kak? Tidak sekali pun Kakak berada di posisiku. Apapun yang Kakak inginkan selalu terpenuhi. Kakak mendapat kasih sayang utuh, Kakak bisa memiliki Kak Aris, menempuh pendidikan tinggi. Sedangkan aku, banyak menelan kekecewaan dan memendam rasa sakit atas perlakuan kalian. Dan sekarang aku lagi yang harus mengorbankan masa depan demi berbakti untuk keluarga ini? Kapan aku mendapat keadilan, Bu, Kak?" Kali ini Niar benar-benar memberanikan diri menyuarakan penolakannya. Penindasan ini tidak adil, selalu saja ia yang menerima kepahitan.
"Kalau kamu tidak mau melakukan itu, Ibu semakin membenci kehadiranmu, Niar! Sampai kapanpun tidak akan menganggapmu sebagai putriku! Ibu tidak mau melihatmu lagi! Ibu akan mendo'akan kematianmu!" pekik Sumiati tertahan.
Plak ...
Benteng pertahanan pak Bejo telah runtuh, tangan tua yang masih kokoh itu menampar Sumiati dengan keras hingga kepala istrinya menoleh dengan paksa.
Napas pak Bejo naik turun dengan kemurkaan yang menyelimuti. Kesabarannya benar-benar menipis menghadapi sang istri yang tiada perubahan tetap menindas putrinya dengan ketidak adilan.
"Bu ... jangan keterlaluan kamu! Jangan sakiti Niar lebih dari ini. Dia sudah cukup menderita setelah kamu benci dan kamu tolak kehadirannya! Biarkan Niar memilih masa depannya sendiri," bentak pak Bejo dengan murka setelah tadi melayangkan tamparannya.
"Bu ...," panggil Niar lirih sudah tidak memiliki daya tenaga untuk menyuarakan yang dirasa.
"Tega kamu menampar aku! Kamu yang keterlaluan, Pak. Kamu yang keterlaluan! Demi pembawa sial itu kamu menampar aku!" jerit Sumiati dengan memegangi pipi kirinya yang memanas.
"Pak, jangan lakukan kekerasan pada Ibu," pinta Niar memegangi tangan bapaknya.
"Lihat, Bu! Lihat ... Bahkan Niar masih membelamu agar aku tidak menyakitimu. Apakah kamu benar-benar buta tidak bisa melihat kebaikan putri kita?" pak Bejo menunjuk Sumiati agar istrinya itu melihat ke arah Niar.
"Kebutaanku akan sembuh kalau dia mau menikah dengan majikannya!"
"Benar yang dikatakan Niar, kenapa harus dia terus yang berkorban. Kita punya Nesva, coba korbankan dia untuk menggantikan Niar!" tantang pak Bejo.
"Tidak bisa!" jawab Sumiati cepat.
"Kenapa tidak bisa! Untuk kali ini Nesva mengambil peran untuk berkorban. Selama ini apapun kita upayakan untuk dia, saatnya dia juga berbakti pada kita."
"Jangan aneh-aneh kamu, Pak! Dua bulan lagi Nesva di lamar Aris, mana bisa menikah dengan majikannya Niar!"
"Iya Pak, Nesva juga gak mau nikah sama majikannya Niar. Nesva udah mau nikah sama Kak Aris!" tolak Nesva dengan menggebu.
Keadaan semakin runyam, bukannya menyelesaikan masalah justru semakin memperkeruh semuanya. Airmata Niar tak henti mengalir, di sana ia lah yang paling terluka. Gadis itu kebingungan untuk mengambil keputusan. Keputusan yang sangat mempengaruhi masa depannya.
Walaupun ia tahu cintanya kepada Aris tidak pernah terbalas, tapi keinginannya ingin menikah dengan pria yang bisa menerima dan mencintainya.
Ia pun hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidup. Sedangkan pernikahan yang akan dijalani dengan Yusha bukanlah pernikahan yang sesungguhnya. Sangat berat menerima semua itu.
Tapi ia pun sama beratnya menerima ucapan Sumiati yang akan membencinya seumur hidup. Sedangkan ia tahu jika surga ada dibawah telapak kaki ibu, jika sang ibu membencinya seumur hidup, berarti ia akan jauh dari surganya Allah.
"Baiklah, Niar akan mengorbankan masa depan demi baktiku kepada Ibu dan Bapak. Mungkin ini terakhir kali Niar mengorbankan perasaan Niar. Niar harap Ibu tidak membenciku lagi. Dan bisa menerima kehadiranku. Jangan do'akan kepergianku, Bu. Tolong do'akan kebahagiaan untukku." Mata Niar terpejam saat memberitahukan keputusannya.
Pak Bejo langsung menoleh ke arah Niar dengan menggelengkan kepala pelan. "Tidak, Niar. Tidak!" ucapnya pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Arya Al-Qomari@AJK
agak bingung sama Aris, dia kan pemuda baik sopan tapi kenapa suka sama nesva yg kelakuan nya begitu apalagi sampai mau melamar nesva untuk dijadikan istri. apa gk mikir ntar bisa gk jadi istri n ibu yang baik (jgn pake alesan ntar bisa berubah 👉alasan basi).
2022-09-27
0
Sumi Sumi
ibu yg sangat sangt tidak manusiawi
2021-10-09
0
Iyah Jariyah
berhasil thor bikin air mataku mengalir ada y seorang ibu yg nda punya hati😭😭😭
2021-09-24
0