Setelah kembali bekerja di rumah Yusha, tak ada yang berbeda, hari-hari di jalani seperti biasanya. Niar semakin hapal dengan keadaan sekitar, ia pun mulai betah tinggal di rumah itu.
"Tuan, ini teh herbalnya." Niar menaruh gelas di hadapan Yusha. Pemuda itu telah bersiap dengan pakaian formal. Pagi ini Kelvin, sekretaris yang biasa datang menjemput Yusha masih belum terlihat. Jadi Niar hanya membuatkan satu gelas teh herbal untuk Yusha saja.
"Sheli tidak berbicara lagi denganmu?" tanya Yusha tanpa beralih dari koran bisnis yang dibacanya.
Niar yang masih berdiri di hadapan Yusha menggelengkan kepala. "Tidak Tuan. Tapi boleh saya jujur, saya sangat keberatan dengan pernikahan itu."
"Tadinya saya juga keberatan, tapi akan saya kasih imbalan apapun kalau kamu mau menyetujui. Seperti yang di katakan Sheli, kamu hanya mengandung anakku dan melahirkannya, setelah itu kamu bebas."
"Saya tidak menginginkan imbalan apapun. Saya takut setelah anak itu lahir, tidak rela untuk berpisah. Naluri seorang ibu tidak ada yang mau berpisah dengan anaknya," Niar menunduk dengan meremas jemari tangan. Itu ia lakukan saat merasa canggung atau gugup.
Yusha menghembuskan napas panjang, "Walau setelah anak itu lahir dan hak asuh ada padaku, kamu bisa mengunjunginya kapanpun."
"Dan selama kamu menjadi istri saya, saya usahakan untuk bersikap adil, memenuhi kebutuhanmu dan memperlakukanmu seperti seorang istri," imbuh Yusha.
"Saya belum bisa memberi jawaban, Tuan. Nona Sheli tidak membahas hal itu lagi, mudah-mudahan masih bisa berubah pikiran. Bukankah lebih baik nona Sheli sendiri yang mengandung anak anda."
"Hem ... tapi, jika pernikahan itu akhirnya terjadi, saya punya larangan untuk kamu, jangan sampai kamu jatuh cinta kepada saya. Karna itu akan melukai hatimu sendiri. Kamu tidak boleh terlibat perasaan apapun, karna sampai kapanpun wanita yang saya cintai hanya Sheli." Yusha berkata dengan serius dan memandang Niar yang juga sedang memandangnya dengan sorot mata sendu.
Bahkan sebelum di mulai tapi perkataan Yusha telah menyakiti hatinya. Niar semakin ragu untuk menerima tawaran itu. Ia telah membayangkan luka dan kesakitan yang akan di alami setelah menjadi istri kedua. Istri yang di sembunyikan dari mata dunia. Lalu keadilan apa yang akan di terima?
'Anda tenang saja, Tuan, orang yang saya cintai hanya kak Aris. Saya tidak akan jatuh cinta kepada anda! Tidak akan pernah.' Niar hanya berani membatin.
Drrt ...
Getaran ponsel mengejutkan Niar, ia segera mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubungi. 'Bapak'
"Assalamu'alaikum, Pak," jawab Niar.
"Niar, kamu bisa ijin pulang hari ini?"
"Memang ada apa, Pak?" Niar sudah was-was mendengar suara pak Bejo yang gemetar.
"Di rumah sedang ada masalah, rumah kita akan di sita debt collector!"
"Apa? Memang apa yang terjadi, Pak?" Niar yang terkejut sampai tidak sadar telah meninggikan suaranya.
Saat itu Yusha jelas melihat perubahan raut wajah Niar, membuatnya penasaran tapi tidak ingin ikut campur karna bukan urusannya.
"Baik Pak, Niar coba untuk minta ijin." Setelah panggilan itu di akhiri. Niar segera melihat ke arah Yusha.
"Tuan, bolehkah hari ini saya ijin pulang."
"Berapa hari lalu kamu baru pulang," jawab Yusha tanpa beralih dari roti bakarnya.
"Saya mohon untuk hari ini saja. Di rumah sedang ada masalah, saya harus pulang sekarang juga. Anggap saja saya ambil jatah libur akhir bulan," ucap Niar dengan wajah sedih, cemas bercampur tegang. Kedua sudut matanya telah menggenang airmata.
"Baiklah, kamu boleh ijin. Tapi akhir bulan tidak ada hari libur lagi." Akhirnya Yusha memberi ijin, tidak tega melihat wanita itu hampir menangis.
"Terimakasih, Tuan. Permisi." Niar segera mengambil langkah cepat untuk pergi ke kamarnya.
Saat asik menikmati sarapan, Kelvin tiba-tiba muncul. "Selamat pagi, Tuan. Maaf, saya sedikit terlambat," ucap Kelvin dengan membungkuk sebentar di hadapan Yusha.
"Tidak ada kata sedikit, Vin! Yang namanya terlambat tetap terlambat. Dan kamu tau aku tidak suka orang tidak displin!" Yusha melirik tajam pada sekretarisnya.
"Sekali lagi maafkan saya, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi," balas Kelvin dengan menunduk takut.
"Hem ...." Yusha hanya berdehem dan kembali menyantap roti bakar dengan segelas teh herbal.
Di dalam kamar Niar menangis. Ia memasukan beberapa barang ke dalam tas kecil. "Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa rumah bapak hampir di sita? Semoga bapak, ibu dan kak Nesva gak kenapa-kenapa." Niar berkata sendiri dengan diliputi rasa khawatir. Ia membersihkan airmatanya dan keluar kamar.
Ketika Niar menunduk dan akan melewati meja makan, Yusha melihat ke arahnya. Lelaki itu bisa melihat bekas airmata di pipi Niar. 'Apa masalah keluarganya sangat serius?' batin Yusha.
"Tunggu, Niar!" Yusha menghentikan langkah Niar.
"Iya, Tuan?"
"Kalau kepulanganmu terlalu mendesak, kamu bisa minta bantuan Dedi untuk mengantarmu."
"Ti–tidak perlu, Tuan. Saya bisa naik bis dan angkutan umum." Niar sendiri memberi jawaban tidak yakin. Ingin menerima tawaran dari Yusha tapi tak enak hati jika merepotkan.
Sebenarnya ia takut jika terlambat pulang dan dept collector bisa menyakiti keluarganya. Ia tahu seperti apa dept collector penagih hutang, tidak segan menyakiti nasabah yang telat membayar hutang. Sebelumnya Niar sering melihat Sumiati di tagih dept collector, namun tidak sampai menyita rumah. Tapi kali ini hutang ibunya pasti jauh lebih banyak, karna barang jaminannya pun sertifikat tanah beserta rumah.
"Vin, suruh Dedi mengantar gadis itu untuk pulang kampung. Dan pastikan sore hari mereka sudah kembali," perintah Yusha pada Kelvin.
"Baik Tuan," jawab Kelvin dan segera bangkit dari duduknya.
"Ikutlah dengan Kelvin. Kamu akan di antar Dedi," ucap Yusha memberitahu.
"Baiklah. Terimakasih banyak, Tuan. Saya permisi." Setelah berpamitan, Niar menyusul langkah Kelvin yang hampir keluar rumah.
Yusha tidak menjawab, lelaki itu terdiam dan di buat penasaran dengan masalah yang terjadi di keluarga Niar. Namun itu bukan urusannya.
Setelah menyelesaikan sarapannya, lelaki itu mulai meninggalkan meja makan dan berangkat ke kantor.
••••••••
Di perjalanan pulang, meski mobil yang di tumpangi memiliki fasilitas lengkap dengan AC nonstop di nyalakan, tapi kening dan telapak tangan Niar basah dengan keringat dingin. Ia tak henti berdo'a dalam hati dengan jemari tangan yang saling menaut.
Gadis itu terlalu cemas memikirkan keadaan rumah. Ia takut uang simpanannya tidak cukup untuk melunasi hutang keluarganya lalu rumah satu-satunya yang dimiliki harus tersita. Mereka semua akan tinggal dimana?
Niar berharap kali ini Nesva bisa membantu, gaji Nesva jauh lebih besar dari gaji nya, harusnya sang kakak bisa membayar setengahnya.
"Pak, tolong lebih cepat sedikit!" perintah Niar.
Harapan Niar menabung untuk masa depan harus kandas. Gadis itu harus merelakan uang tabungan yang di miliki untuk membayar hutang keluarganya. Itu juga penyebab Niar menangis, kenapa harus ia yang terus menerus berkorban. Terkadang ia ingin menyerah dengan takdir, terlalu lelah menjadi seonggok daging yang tidak memiliki keadilan, selalu di pandang rendah dan di manfaatkan. Kapan ia akan menemui takdir indah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sweet Girl
pasti ulahnya Sheli
2023-08-02
0
Sweet Girl
ndak kebalik tuuu nanti...
2023-08-02
0
Arya Al-Qomari@AJK
klo q jadi Niar,,, rasa benci q thd Sumiati n nesva udah merasuk sampai ke tulang
2022-09-27
0