Part 3

Airmata membanjiri pipi Niar, bocah sekecil itu sudah menerima perlakuan menyesakkan dan itu hampir setiap hari terjadi.

Melihat Niar menangis tak membuat Sumiati merasa iba, perempuan itu menggandeng tangan Nesva dan berlalu begitu saja.

Buku hapalan doa yang tergenggam kuat kena tetesan airmatanya. Begitu menyesakkan, tapi gadis kecil itu biasa menghibur dirinya sendiri. Mengobati luka batin dengan rasa bersyukur, setidaknya masih memiliki keluarga. Ia percaya jika suatu hari, bapak, ibu dan kakaknya mau memeluk dan menyayanginya.

Niar masuk ke dalam kamar menyimpan buku dan juga uang simpanan dari Bu Tini untuk di masukan ke dalam tabungan yang terbuat dari botol bekas. Niar mempunyai keinginan membeli sepatu dengan uangnya sendiri.

Jika meminta pada orang tuanya, ia tahu tidak akan dibelikan. Dari pertama masuk sekolah, semua barang yang dipakai bekas milik kakaknya. Gadis itu belum pernah dibelikan dengan yang baru.

Saat memasukan uang Rp.5000 rupiah ke dalam tabungan, bibir kecil Niar menyunggingkan senyum. Luka beberapa waktu lalu telah melebur, membayangkan jika sudah dewasa kelak memiliki semangat untuk bekerja keras, mencari uang sebanyak mungkin untuk berkeliling dunia. Mimpi yang indah namun tidak tahu bisa dicapai atau tidak.

"Niar ...!" Mendengar suara ibunya memanggil, ia segera menyembunyikan botol itu ke dalam kardus yang digunakan sebagai tempat penyimpanan pakaian. Di bawah tumpukan baju adalah tempat paling aman, menurutnya.

"Iya Bu ...." Niar segera keluar dan menghampiri sang ibu.

"Kamu kebiasaan lelet! Ibu nyuruh kamu cuci piring, malah enak-enakan di kamar terus. Kamu mau dapet jatah makan, enggak? Semua gak ada yang gratis, Niar!" sentak Sumiati dengan kesal.

"Iya Bu, tadi Niar nyimpen buku dulu. Sudah itu mau cuci piring," jawab Niar. Ia segera berlalu menuju dapur, mengambil ember berisi piring kotor juga peralatan dapur lainnya untuk dicuci.

Setelah selesai mencuci piring, Niar segera mandi dan berangkat ke mushola terdekat. Seperti biasa, jika anak-anak lain belum pulang ia akan menunggu. Duduk di 'lincak' panjang terbuat dari anyaman bambu yang ada di bawah pohon mangga.

Kerumunan anak-anak mengaji sudah mulai membubarkan diri, ketika mushola sudah tampak sepi ia berjalan menuju ke sana untuk menemui ustadzah.

"Assalamu'alaikum ...." Niar mengucap salam.

"Wala'ikum salam, Niar. Masuk!"

"Ayo baca doa dulu sebelum belajar membaca iqra'. Hapalan yang kemarin udah hapal belum?" Ustadzah yang mengenal Niar begitu ramah menyapa.

"Sudah, Bu."

"Ya udah baca dulu hapalan doanya. Baru dilanjut mengaji iqra', ya."

Mengaji sore itu telah usai saat senja hampir menanggalkan langit. Ustadzah menyuruh Niar sholat berjamaah dan setelah itu baru pulang.

Langit telah berubah hampir menggelap. Namun setitik langit biru masih terlihat. Tak ada rasa takut menyusuri jalanan, gadis kecil itu tampak senang berjalan kaki dengan sesekali memandangi langit yang telah muncul satu, dua, tiga bintang dengan bias cahayanya.

"Assalamu'alaikum." Niar melepas sendal dan masuk ke dalam rumah. Di ruang makan sudah berkumpul untuk menyantap makan malam.

Niar mendekat dan menyalimi tangan ibunya.

"Kenapa pulangnya sampai malam?" Pak Bejo bertanya. Pak Bejo adalah ayahnya Niar.

"Tadi, Bu guru ngajak Niar sholat maghrib di mushola, jadi pulangnya lama, Pak," jawab Niar dengan menyalimi punggung tangan ayahnya dengan takzim.

Pak Bejo terdiam menatapi wajah Niar, polos dan berseri seperti wajah anak seumuran dengannya. Namun, siapa sangka gadis sekecil itu sudah menanggung beban kepiluan. Dia anak baik, tapi tidak memiliki nasib baik.

"Ayo makan," ajak Pak Bejo mengalihkan pikirannya. Ia memang tidak terlalu galak seperti Sumiati tapi perlakuannya tidak jauh beda. Jarang memperhatikan anak-anak karna sibuk bekerja. Terkadang turut memarahi Niar karna hasutan dari istrinya. Walau dalam hati tak tega, tapi beban pikiran tentang ekonomi membuat dirinya acuh dengan keluarga.

Ia belum bisa menjadi imam yang baik untuk keluarganya.

"Ibu, aku mau ayam dua," rengek Nesva pada Sumiati.

"Iya-iya, Ibu ambilkan." Sumiati cekatan mengambilkan permintaan putrinya.

Apalagi yang diperhatikan Niar selain perhatian Sumiati pada kakaknya. Bocah itu memiliki keinginan yang sama, tapi tak pernah didapatkan. Hal-hal kecil seperti itu mampu melukai batinnya.

Pak Bejo beralih melihat tatapan Niar, ia sangat tahu keinginan putri keduanya. "Bu, Niar juga ambilkan ayamnya," perintah Pak Bejo pada istrinya.

Sumiati mencebik kesal. "Ngambil sendiri, 'kan bisa. Biasanya juga ngambil sendiri!" Sumiati menjawab ketus.

Pak Bejo menghembuskan napas panjang, kini ia sendiri yang mengambilkan lauk pauk untuk Niar.

"Gak usah banyak-banyak, Pak. Inget kita harus hemat. Situ kerja kadang dapet duit, kadang enggak. Kalau makan jangan boros-boros!" cibir Sumiati dengan lirikannya.

"Bu, jangan mulai. Setidaknya malam ini kita makan dengan damai, gak berantem terus! Bapak capek seharian kerja, di rumah Ibu selalu ngajak ribut," ucap Pak Bejo menahan kesal.

Sumiati langsung membungkam mulut, tapi hatinya memaki anak keduanya. Apapun keributan yang terjadi selalu menyalahkan Niar, yang dianggap anak pembawa sial.

"Di makan," perintah Pak Bejo pada Niar.

"Iya, Pak. Makasih."

Seusai makan malam, Pak Bejo dan Sumiati duduk di depan televisi. Sedangkan Niar dan Nesva mengerjakan PR.

"Niar, kamu dapat pensil baru dari mana?" Nesva melirik pensil yang digunakan Niar.

"Dikasih ibunya kak Aris, Kak."

"Kamu deket banget sama bude Tini. Kamu gak deket 'kan, sama Kak Aris? besok kalau besar aku mau nikah sama dia. Kamu jangan deketin dia, awas aja kamu!" ancam Nesva.

"Enggak Kak, aku gak deket sama Kak Aris."

"Siniin pensilmu buat aku." Nesva ingin merebut pensil milik Niar. Sudah menjadi kebiasaan, apapun barang yang dimiliki Niar selalu dipinta secara paksa.

"Jangan Kak!" Niar mempertahankan pensilnya.

Terjadi berebut pensil antara keduanya, dan suara Sumiati menggelegar menghentikan.

Apalagi yang dilakukan Sumiati jika tidak mengedepankan keinginan Nesva, mengambil pensil Niar dan memberikan pada putri kesayangannya.

Terdengar isak tangis tertahan dari Niar, merelakan pensil yang baru dibeli direbut oleh kakaknya. Kejadian kecil itu bukan kali pertama, bahkan sering terulang. Dan lagi-lagi selalu dia yang harus mengalah.

Memberesi peralatan sekolah. Setelah itu ia beranjak masuk ke kamar. Membuka jendela kecil yang ada di sudut kamar dan memandang langit yang kini telah sempurna bertabur bintang.

"Meong ...." Hanya kucing kecil satu-satunya teman berbicara. Niar mengangkat kucing itu dan menaruh di atas pangkuannya. "Pus-pus, kenapa Ibu dan kak Nesva selalu begitu? Gak pernah baik sama aku? Tadi pensilku direbut lagi sama Kak Nesva," curhatnya dengan sedih. Tangan kecil itu mengelus bulu-bulu kucing lebat nan halus. Sang kucing membalas dengan gerasakan mengusap-ngusapkan kepalanya pada tangan Niar.

"Kalau aku gak nurut sama mereka, aku takut sama sepertimu ... gak punya keluarga dan hidup sendirian. Nanti aku tinggal di mana?"

"Kamu gak akan tinggal dimana-mana, Niar. Tetap di sini karena ini juga rumahmu." Suara Pak Bejo mengejutkan Niar, pandangan Niar tertuju pada ayahnya.

"Bapak?"

Terpopuler

Comments

Gozali Jali

Gozali Jali

nyesek banget bacanya

2023-07-17

0

Lilis Lestari

Lilis Lestari

ceritanya sedih banget.

2022-01-30

0

khairi

khairi

💪 tooooor,novel mu selalu membuat ku 😭😭😭

2021-11-02

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 3
3 Part 4
4 Part 5
5 Part 6
6 Part 7
7 Part 8
8 Part 9
9 Part 10
10 Part 11
11 Part 12
12 Part 13
13 Part 14
14 Part 15
15 Part 16
16 Part 17
17 Part 18
18 Part 19
19 Part 20
20 Part 21
21 Part 22
22 Part 23
23 Part 24
24 Part 25
25 Part 26
26 Part 27
27 Part 28
28 Part 29
29 Part 30
30 Part 31
31 Part 32
32 Part 33
33 Part 34
34 Part 35
35 Part 36
36 Part 37
37 Part 38
38 Part 39
39 Part 40
40 Part 41
41 Part 42
42 Part 43
43 Part 44
44 Part 45
45 Part 46
46 Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47 Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48 Part 49
49 Part 50 (Memutuskan)
50 Part 51
51 Part 52 (Melepas)
52 Part 53
53 Part 54
54 Part 55 (Tak terduga)
55 Part 56
56 Part 57
57 Part 58
58 Part 59
59 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62 Siap gak siap
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92 (Lima Purnama)
93 Part 93
94 Pengumuman
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102 (Ending Story)
104 Part 103 (extra part 1)
105 Part 104 (Extra Part 2)
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 3
3
Part 4
4
Part 5
5
Part 6
6
Part 7
7
Part 8
8
Part 9
9
Part 10
10
Part 11
11
Part 12
12
Part 13
13
Part 14
14
Part 15
15
Part 16
16
Part 17
17
Part 18
18
Part 19
19
Part 20
20
Part 21
21
Part 22
22
Part 23
23
Part 24
24
Part 25
25
Part 26
26
Part 27
27
Part 28
28
Part 29
29
Part 30
30
Part 31
31
Part 32
32
Part 33
33
Part 34
34
Part 35
35
Part 36
36
Part 37
37
Part 38
38
Part 39
39
Part 40
40
Part 41
41
Part 42
42
Part 43
43
Part 44
44
Part 45
45
Part 46
46
Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47
Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48
Part 49
49
Part 50 (Memutuskan)
50
Part 51
51
Part 52 (Melepas)
52
Part 53
53
Part 54
54
Part 55 (Tak terduga)
55
Part 56
56
Part 57
57
Part 58
58
Part 59
59
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62 Siap gak siap
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92 (Lima Purnama)
93
Part 93
94
Pengumuman
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102 (Ending Story)
104
Part 103 (extra part 1)
105
Part 104 (Extra Part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!