Pak Bejo, Sumiati dan Nesva telah pulang bersama Aris. Kini tinggal Niar sendiri berdiri di depan jalan rumah sakit menunggu ojek online pesanannya.
Perempuan itu memilih duduk di bangku kosong tak jauh dari tempatnya tadi berdiri. Menikmati langit sore dengan padatnya kendaraan berlalu lalang.
Brak
Mata Niar di kejutkan oleh pemandangan roda empat yang berhenti tepat di depannya. Tampak seorang perempuan sexy menutup pintu mobil dengan keras. Dari pintu sebelah lagi keluar seorang lelaki tampan dan mengejar si wanita. "Sayang, tunggu! bukan itu maksutku. Tolong dengarkan aku!" teriak si pria mengejar langkah wanita di depannya.
"Apalagi Yhusa? aku capek kamu kekang aku, kamu larang ini dan itu. Kamu tau dari dulu aku seorang modeling, karirku sedang di puncak. Jangan menyuruhku berhenti dari dunia entertainment. Karna aku tidak akan berhenti!"
"Sheli, ini tentang permintaan orang tuaku. Mereka menuntut kita segera melakukan program punya anak. Tolong mengerti lah," ucap pria itu mencekal tangan si wanita.
"Kamu lupa sebelum kita berkomitmen menikah, telah ada janji di antara kita?"
"Aku ingat, Shel," jawab pria itu seolah nampak berpikir.
"Kalau kamu ingat, harusnya kita tetap melanjutkan rencana kita sampai akhir. Sampai aku puas meraih kesuksesan dan kita akan bahagia memiliki anak."
"Tapi bukan hanya keinginan orang tuaku, saat ini aku pun menginginkannya Shel. Aku menginginkan seorang anak."
"Tapi aku tidak, Yhusa! Aku belum siap memiliki anak yang artinya harus meninggalkan dunia modeling ku!"
Pertengkaran dua orang itu masih berlanjut, Niar yang tak sengaja mendengar perdebatan mereka terlihat risih tapi tak bisa menghindar karna di sanalah ia membuat janji dengan ojek online. Jika ia pergi, maka ojek online tidak akan tahu keberadaanya.
"Kalau kamu keukeuh ingin punya anak sekarang, aku akan ijinkan kamu memiliki anak dari rahim wanita lain," ucap Sheli.
"Jangan gila kamu, Shel. Aku hanya ingin anak dari rahimmu, bukan wanita lain!" Yhusa menolak tegas.
"Astagfirullah hal'adzim ... " Niar beristigfar. Benar-benar risih mendengar perdebatan mereka. "Maaf, Mbak, Mas ... ini tempat umum, tolong pelankan suara kalian. Sepertinya tidak pantas membahas masalah pribadi di jalanan, akan ada orang lain berpikir hal negatif tentang kalian." ucap Niar pada dua orang yang sedang berdebat tadi.
Yhusa dan Sheli menoleh ke arah Niar. Sheli bersuara untuk menjawab. "Mbak gak usah ikut campur. Jika tidak suka mendengar perdebatan kami, silahkan pergi!" ucap Sheli dengan ketus.
Niar menatap Sheli sebentar, menghembuskan napas panjang untuk meredam rasa geram lalu memilih pergi dari tempatnya duduk. Niar sedikit menjauh dengan mengomel lirih di sepanjang langkahnya. "Dasar pasangan aneh! tengkar kok di tengah jalan. Di kira jalanan ini milik nenek moyangnya kali ya, jadi seenaknya sendiri." Niar menggelengkan kepala keheranan.
••••••••••
Ojek online yang di pesan telah berhenti di depan rumahnya. Niar turun dan memberikan beberapa lembar uang pada driver ojek online, setelah itu berjalan masuk ke rumah.
Ketika menuju ke dapur berpapasan dengan Nesva. "Kirain lupa jalan pulang. Gadis dungu sepertimu biasanya lemah daya ingatnya," cibir Nesva.
"Aku dungu, tapi aku berbakti," balas Niar mengabaikan Nesva dan lanjut mengambil air minum.
"Apa maksud kamu berbakti? Cuma ngandelin gaji laundry yang sebulan cuma 700ribu itu!" sentak Nesva.
"Walau cuma 700ribu, nyatanya belanja uang dapur pakek gajiku. Gaji kakak gak tau kemana?" Niar menatap Nesva dengan kesal.
Nesva tak mau kalah, gadis itu berganti menatap nyalang. "Eh, kebutuhanku banyak. Aku perlu perawatan ke salon, perlu beli baju baru untuk ke kantor! Sedangkan kamu! ngaca! muka udah kayak mayat hidup, mengerikan! Pekerjaanku bertemu orang-orang penting jadi penampilanku harus perfect. Gak kayak kamu! kerja di laundry aja bangga!" Nesva berkata ketus.
"Eh–eh, ada apa ini? Sayang, kenapa?" tanya Sumiati pada putri kesayangannya.
"Niar ngatain aku gak berbakti, Bu. Dia bilang aku gak ngasih uang gajiku pada Ibu ... Ibu tau sendiri 'kan pekerjaanku membutuhkan penampilan sempurna. Aku harus pandai menjaga penampilan. Dan Ibu tau kemana uang gaji Nesva keluar, karna setiap bulan aku harus ke salon, beli baju baru biar bos ku betah menatapku dan aku bisa naik jabatan," ucap Nesva pada Sumiati.
"Niar, benar begitu!" sentak Sumiati.
"Asal kamu tau! walau Nesva gak pernah kasih uang gaji buat Ibu, tapi Ibu bangga dengan pekerjaan Nesva, dia bekerja di kantoran. Sedangkan kamu cuma kerja di tempat laundry kecil. Kamu tau, kalau Nesva bisa naik jabatan gaji satu tahun sudah bisa membeli rumah gedongan. Iya, gak, sayang?" setelah membentak Niar, diakhir kalimat Sumiati beralih menanyai Nesva dengan lembut.
"Iya Bu, benar sekali," balas Nesva tersenyum mengejek ke arah Niar.
Kedua sudut mata Niar telah tertutup airmata. Direndahkan seperti itu bukan pertama kalinya, tapi hampir setiap hari ibu dan kakaknya merundung tanpa belas kasih.
Sekali saja Bu membela Niar. Aku juga putrimu, tak pernahkan kamu bangga padaku.
Niar terdiam, menjawab mereka pun tak ada artinya. Hanya beristigfar di dalam hati berusaha meredam emosi.
"Ayo kita ke depan. Ibu geram banget ngomong sama adik kamu, bawaannya tangan Ibu gatel pengen mukul dia," ucap Sumiati melirik sinis.
"Iya Bu, dia itu dungu tapi belagu!" sahut Nesva.
Setelah ibu dan kakaknya pergi, Niar terduduk di kursi kayu. Airmata yang di tahan kini tumpah ruah membasahi kedua pipinya. "Ya Tuhan, sampai kapan seperti ini? Sampai saat ini pun mereka tetap tidak menerima kehadiranku. Beri aku jalan keluar untuk pergi dari rumah ini. Aku ingin menemukan kebahagiaanku, Tuhan."
"Niar ... !" Belum usai Niar berkeluh kesah pada Tuhan-Nya, suara Nesva terdengar memanggil. Gadis itu segera membersihkan sisa airmatanya dan segera menghampiri ke ruang depan.
Saat Niar datang dari pintu dapur, Nesva sudah memberinya perintah membuatkan minum untuk tamu yang datang. Ibu Tini dan Aris datang untuk menanyakan keadaan pak Bejo. Dengan cekatan Niar kembali ke dapur untuk membuatkan minum.
Bertatapan sebentar dengan Aris mampu membuat jantung Niar berdegub kencang. Ia sangat mengagumi Aris secara diam. Tapi gadis itu tidak memiliki banyak harapan, sangat sulit menggapai pria seperti Aris. Ruang lingkup terbatas membuat Niar tidak begitu mengenal pemuda lain. Ada beberapa pemuda dari kompleknya yang seumuran dengannya tapi tak ada yang mampu membuat Niar berpaling dari Aris.
Niar kembali membawa dua gelas teh yang di suguhkan di depan Aris dan ibunya. Niar menyapa ramah sebelum Sumiati menyuruh Niar memasak untuk makan malam. Gadis itu berpasrah dan kembali ke dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sweet Girl
kapok luuuu
2023-08-02
0
khairi
eeeeh bubur sumsum kapan bibir mu tinggi sebelah 😔😔😔😔
2021-11-02
0
Sumi Sumi
😠😠😠😠😠😠😠 anak sama ibu sama sama bikin gemes
2021-10-09
0