Part 18

Mobil Alphard putih telah berhenti di depan rumah pak Bejo. Kedatangan Niar menyita perhatian tetangga yang berkerumun di depan rumah.

Niar tergesa-gesa turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. "Assalamu'alaikum." Niar mengucap salam. Ternyata di rumah pak Bejo sudah ada lima orang yang duduk di ruang tamu.

"Bapak ... Ibu," panggil Niar dan duduk di samping pak Bejo.

"Nak, kamu di kasih ijin pulang? Hampir empat jam mereka di sini, tidak mau pergi sebelum kita membayar hutang," terang pak Bejo melirihkan suaranya.

"Ini anak saya sudah pulang, Pak. Dia pasti bawa uang." Sumiati langsung menunjuk Niar yang baru saja duduk.

"Cepat bayar! Kamu membuat kami menunggu lama! Kalau tidak di bayar, cepat angkat kaki dari rumah ini!" Salah satu dept collector berbicara dengan nada tinggi.

"Sabar Pak, memang hutang bapak saya berapa?" tanya Niar.

Salah satu dari mereka memberikan selembar kertas kepada Niar. Kertas perjanjian hutang piutang hitam di atas putih, dengan di cantumkan materai untuk menguatkan hukum.

Saat Niar mengamati nominal angka yang tertera, bola mata Niar melebar sempurna dengan mulut terbuka. "Se–seratus du–a puluh lima ju–ta, Pak?" Niar sampai tergagap menyebut angka fantastis itu.

"Seratus dua puluh lima juta sudah termasuk dengan bunganya"

"Bu ... sebanyak ini hutang Ibu?" ucap Niar pelan. Niar terlalu syok mengetahui hutang ibunya sangat banyak. Ia mengira hanya sebatas puluhan juta saja, tapi tanpa di sangka bisa mencapai angka ratusan juta. Pantas saja dept collector hampir menyita rumahnya.

"Bos kami tidak bisa mentolerir waktu lagi. Anda harus membayar hutang hari ini juga!" Salah satu Dept collector itu kembali berbicara. "Terlalu lama Ibu Sumiati tidak membayar bunganya, kami di beri wewenang menyita rumah ini jika kalian tidak bisa membayar."

"Pak, tolong beri kami waktu. Jumlah ini terlalu banyak, kami harus mengumpulkan uangnya." Niar berusaha meminta perpanjangan waktu.

"Tidak bisa, Mbak! Sudah banyak waktu yang kami berikan." tegasnya.

"Pak, bukankah tenggang waktunya masih satu bulan lagi? Harusnya bapak-bapak memberi kami waktu lagi." Sumiati ikut mengiba.

Salah satu dari mereka ada yang menelpon. Terlibat perbincangan serius. Niar menggunakan kesempatan untuk berbicara dengan Sumiati.

"Bu, hutang sebanyak itu buat apa?"

"Eh anak dungu! Kamu tanya itu buat apa, hah? Kamu kira hidup kita sudah berkecukupan? Tanya kepada bapakmu itu, berapa yang dia kasih untuk Ibu? Cukup enggak buat kebutuhan Ibu dan kebutuhan sehari-hari! Jangan bisanya nyalahin aja! Kamu ingat gaji kamu waktu kerja di tempat laundry berapa? Lima ratus ribu cuma cukup buat makan satu minggu!" Sumiati malah mengomel panjang lebar.

"Berbicara dengan ibumu tidak akan menyelesaikan masalah, Niar. Justru bikin tambah pusing," sahut pak Bejo.

"Bu, walau kebutuhan kita banyak dan hidup kita kekurangan, harusnya gak perlu hutang pada rentenir. Apalagi bunga yang harus dibayar 25persen. Itu terlalu tinggi, Bu. Dengan apa kita membayarnya."

"Kamu berani ceramahi Ibu! Mau jadi anak durhaka! Sejak kamu lahir, selalu saja membawa sial!" ucap Sumiati penuh kebencian.

"Bu, cukup! Kenapa Ibu selalu membahas itu!" Baru kali ini Niar berteriak di depan Sumiati. Luka yang di pendam seolah menghancurkan benteng pertahanan hingga Niar mampu membalas tatapan Sumiati yang menatapnya dengan kebencian.

"Niar," panggil pak Bejo mengelus punggung anaknya, berharap Niar diam seperti biasanya. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar dan saling menyalahkan. Jika semua di rundung amarah maka keadaan akan semakin rumit.

"Kami tidak ingin melihat pertengkaran kalian! Bos kami memberi waktu selama dua hari, segera lunasi hutang-hutangnya. Jika tidak, kami akan benar-benar menyita rumah ini. Ingat ...hanya dua hari!" salah satu dari mereka memberi peringatan.

"Baik Pak, kami akan usahakan," jawab pak Bejo lirih.

"Kami permisi," pamitnya. Kelima dept collector itu beranjak berdiri. Salah satu dari mereka ada yang menggerutu. "Huh ... buang-buang waktu aja! Empat jam kita di sini gak ada hasil,"

Setelah mereka pergi. Nesva baru pulang dan langsung masuk ke dalam rumah. "Ibu," Nesva memilih duduk di samping ibunya.

"Ini akar permasalahannya!" sinis pak Bejo mencibir Nesva.

"Bapak! Nesva baru pulang, jangan marahi dia," ucap Sumiati membela anaknya.

"Apa bedanya dengan Niar, Bu? Dia baru pulang dan kamu maki dia dengan pembawa sial! Inget, dia juga anakmu, darah dagingmu! Kamu yang mengandung selama sembilan bulan lebih, sama seperti kamu mengandung Nesva. Tapi sekalipun kamu tidak pernah sayang dengan putrimu sendiri. Mata hatimu tertutup dengan kebencian atas kehadiran Niar yang tidak kamu inginkan!" Kali ini kemarahan pak Bejo meradang. Ia menatap Sumiati dengan tajam.

"Aku memang tidak menginginkan dia lahir, aku benci mengandung anak itu. Saat aku mengandung Niar, hampir saja aku kehilangan nyawa! Saat bidan melakukan USG dan memberitahu bahwa aku mengandung anak laki-laki kenapa anak perempuan lagi yang harus keluar? Tidak sampai di situ, Bapak kehilangan pekerjaan tepat pada saat anak itu lahir. Ayah dan ibuku meninggal waktu perjalanan ke rumah sakit untuk menjenguk anak itu. Apa namanya kalau bukan anak pembawa sial! Nesva kurang mendapat kasih sayang karna aku depresi ngurusi dia! Ah ... aku benci dengan kehadiran anak itu! Kalau saja waktu itu aku bunuh dia, mungkin kesialan terus menerus tidak akan terjadi. Semua itu karna mu yang mencegahku membunuh anak pembawa sial itu!" Panjang lebar Sumiati berteriak di depan pak Bejo dan juga kedua anaknya.

Niar menangis sesenggukan mendengar ungkapan sang ibu yang mengujar semua rasa benci dihadapannya. Apa hanya karna itu ibu membenci kehadirannya? Kuatkah alasan itu bagi seorang ibu untuk membenci anaknya sendiri.

"Bu, apa Niar bisa meminta lahir dari ibu yang mana? Hadir di keluarga siapa? Bisakah Niar meminta itu pada Tuhan? Jika Niar bisa memilih, lebih baik Niar tidak dilahirkan ke dunia jika kehadiranku tidak pernah Ibu harapkan." Airmata Niar tak berhenti mengalir. Ia beralih menatap bapaknya. "Pak, kenapa Bapak harus mencegah Ibu untuk membunuhku? Lebih baik aku kembali pada Tuhan daripada hidup seperti ini. 18tahun Niar hidup tanpa keadilan dan kasih sayang utuh. Niar juga punya perasaan, Pak, Bu. Niar lelah menjalani kehidupan seperti ini. Menanggung apapun sendiri. Aku sempat berpikir bahwa aku bukanlah anak kandung kalian, hingga suatu saat bisa pergi mencari keluarga kandung yang bisa menerima dan memperlakukan aku dengan baik. Tapi ... kenyataan ini lebih menyakitkan untuk kuterima, disaat anak kandung dibenci karna kehadirannya tidak diharapkan. Aku harus mengadu pada siapa? Aku pun harus menyalahkan siapa?"

.

.

.

.

.

Ada yang ingin akak mei sampaikan. Bahwa alasan Sumiati membenci Niar mungkin kurang kuat, namun hal itu pernah ada yang terjadi. Jika dicerita Taka, akak mei menonjolkan bahwa sikap anak berbeda-beda. Disini akak mei menyampaikan jika kasih sayang orang tua memang ada yang membedakan kelebihan anak satunya dengan anak yang lain.

Akak mei harap, bijaklah mengambil kesimpulan dan pelajaran. Sebagai orang tua sebisa mungkin bersikaplah adil. Hal sekecil apapun bisa menimbulkan iri hati jika perlakuan orang tua tidak sama. Beri pemahaman buah hati kita dengan cara lembut dan selalu dekati mereka agar mereka nyaman berkeluh kesah kepada kita.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

setuju kak...

2023-08-02

0

Sweet Girl

Sweet Girl

klo urusan hutang Niar... baru akuin anak...

2023-08-02

0

Tina Baiq

Tina Baiq

karyamu selalu bisa menguras emosi dan airmataku thor

2021-11-11

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 3
3 Part 4
4 Part 5
5 Part 6
6 Part 7
7 Part 8
8 Part 9
9 Part 10
10 Part 11
11 Part 12
12 Part 13
13 Part 14
14 Part 15
15 Part 16
16 Part 17
17 Part 18
18 Part 19
19 Part 20
20 Part 21
21 Part 22
22 Part 23
23 Part 24
24 Part 25
25 Part 26
26 Part 27
27 Part 28
28 Part 29
29 Part 30
30 Part 31
31 Part 32
32 Part 33
33 Part 34
34 Part 35
35 Part 36
36 Part 37
37 Part 38
38 Part 39
39 Part 40
40 Part 41
41 Part 42
42 Part 43
43 Part 44
44 Part 45
45 Part 46
46 Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47 Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48 Part 49
49 Part 50 (Memutuskan)
50 Part 51
51 Part 52 (Melepas)
52 Part 53
53 Part 54
54 Part 55 (Tak terduga)
55 Part 56
56 Part 57
57 Part 58
58 Part 59
59 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62 Siap gak siap
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92 (Lima Purnama)
93 Part 93
94 Pengumuman
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102 (Ending Story)
104 Part 103 (extra part 1)
105 Part 104 (Extra Part 2)
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 3
3
Part 4
4
Part 5
5
Part 6
6
Part 7
7
Part 8
8
Part 9
9
Part 10
10
Part 11
11
Part 12
12
Part 13
13
Part 14
14
Part 15
15
Part 16
16
Part 17
17
Part 18
18
Part 19
19
Part 20
20
Part 21
21
Part 22
22
Part 23
23
Part 24
24
Part 25
25
Part 26
26
Part 27
27
Part 28
28
Part 29
29
Part 30
30
Part 31
31
Part 32
32
Part 33
33
Part 34
34
Part 35
35
Part 36
36
Part 37
37
Part 38
38
Part 39
39
Part 40
40
Part 41
41
Part 42
42
Part 43
43
Part 44
44
Part 45
45
Part 46
46
Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47
Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48
Part 49
49
Part 50 (Memutuskan)
50
Part 51
51
Part 52 (Melepas)
52
Part 53
53
Part 54
54
Part 55 (Tak terduga)
55
Part 56
56
Part 57
57
Part 58
58
Part 59
59
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62 Siap gak siap
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92 (Lima Purnama)
93
Part 93
94
Pengumuman
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102 (Ending Story)
104
Part 103 (extra part 1)
105
Part 104 (Extra Part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!