Tak terasa satu minggu telah berlalu, Niar memupuk rindu untuk keluarganya. Meskipun pertemuan mereka mungkin di bubuhi olokan, makian dan juga ketidak adilan, namun ikatan persaudaraan membuat hati Niar masih menyimpan rindu untuk mereka.
Sejahat apapun perlakuan Sumiati, ia tetap ibu yang melahirkannya ke dunia. Ia tetap menghormati wanita paruh baya itu terlepas dari ketidak adilan yang di lakukan.
Melihat Yusha menuruni anak tangga, Niar segera mendekat. "Tuan ...," panggilnya.
Yusha melihat ke arah Niar tanpa bertanya apapun, memberi kesempatan wanita di depannya untuk berbicara.
"Itu ... bolehkah minggu ini saya ijin pulang?"
"Kamu bekerja baru 6hari, dan di hari ke tujuh minta ijin pulang?" Yusha membalikkan pertanyaan Niar, mencibir wanita itu.
"Tidak boleh ya?" Dengan raut kecewa Niar membalas tatapan Yusha. "Kalau begitu maaf, Tuan. Saya tidak jadi ijin," ralat Niar.
"Alasan apa kamu ingin pulang?" tanya Yusha.
"Tidak ada alasan apapun, Tuan. Hanya merindukan keluarga saya," jawab Niar.
"Waktu libur hanya satu hari dalam satu bulan, selain itu tidak ada ijin kemana pun!" Setelah mengatakan itu Yusha berlalu menuju halaman belakang.
Niar menghembuskan napas panjang, itu artinya masih ada tiga minggu lagi untuk pulang. Padahal gadis itu merindukan suasana rumah, keluarga, juga seorang pemuda yang selalu teringat di pikirannya. Yaitu Aris, walau lelaki itu sudah menjadi pacar kakaknya tapi perasaan tidak bisa di tolak, hadir begitu saja. Meski menyimpan perasaan dalam diam namun sudah cukup bagi Niar. Memandang dari jauh dan menyebut namanya dalam do'a membuat gadis itu lega. Ia memiliki rindu namun tak bisa mengutarakan, biar Tuhan yang menyampaikan.
Terdengar ketukan pintu, Niar segera menuju ruang depan untuk melihat tamu siapa yang datang. Saat membuka pintu ada seorang pria berpakaian casual dan tersenyum manis.
"Kenapa di rumah Yusha ada wanita cantik? Kamu siapa? Temannya Sheli? Tapi sepertinya bukan! Sheli tidak mungkin memiliki teman dari planet tertutup." Pria itu keheranan menelisik penampilan Niar dari atas ke bawah dan kembali lagi ke atas.
"Saya pembantu baru di rumah Tuan Yusha," jawab Niar.
"What? Pembokat baru?" Pria itu mengernyit. "Di mana Yusha?" tanyanya.
"Tuan Yusha ada di halaman belakang." Pria itu menyelonong masuk dengan mulut berbicara sendiri."Bening-bening begini di jadiin pembokat! Sayang amat," ucapnya lirih.
Sampai di pintu belakang pemuda itu mencari keberadaan Yusha, yang ternyata sedang asik berenang pagi. Tubuh Yusha masih mengambang di atas air, dan pria tadi melangkah dengan mengendap-endap. "Baaaa ... !!!! Haha ... "
"Si al! Iblis laknat Lo!" maki Yusha yang terkejut dengan teriakan pria tadi.
"Haha .... " Pria tadi tertawa terpingkal-pingkal dengan memegangi perutnya. "Manusia bengis macam Lo masih bisa terkejut dengan kedatangan gue? Yusha ... Yusha ... Lucu Lo."
"Gak lucu! Norak tau!" sentak Yusha kesal. Ia naik ke pinggiran kolam. Sedangkan pria tadi melempar kimono ke arah Yusha. Segera di tangkap dan di pakai.
"Lo gak tugas?" tanya Yusha mengalihkan candaan garing tadi.
"Gue juga pengen libur, gak melulu ngurusin pasien. Apalagi dapet pasien seperti Lo, otak gue mau meledak!" jawabnya.
"Eh, di rumah Lo ada manusia tertutup, siapa dia? Beneran pembokat?" imbuhnya.
"Iya. Asisten rumah tangga kiriman mama. Entah dapet dari mana perempuan alim begitu. Cuma agak oon ... lelet juga kerjanya, kayak anak kecil," balas Yusha.
"Dia cantik Lo, unyuk-unyuk lagi."
"Selera Lo daun muda," Yusha mengangkat sebelah bibirnya, mengejek pria yang duduk di samping.
"Bagi gue, yang muda itu yang menggoda." Pemuda itu mengedipkan sebelah matanya. Yusha menanggapi dengan jengah.
"Ngapain Lo kesini?" Yusha kembali mengalihkan topik.
"Sheli ada?"
"Ngapain Lo nyari Sheli?"
"Ada urusan. Kemarin dia check up semua anggota tubuh, katanya badannya gak enak. Takut hamil deh, kayaknya."
Yusha terdiam, Sheli benar-benar tidak mau hamil dalam waktu dekat. Kenyataan itu kembali melukai hati Yusha. "Hasilnya apa?"
"Jelas negatif lah. Lo berdua 'kan program KB, Sheli aja yang terlalu parno. Gue udah jelasin tapi dia gak puas, maunya check semua. Tapi bersyukur Sheli gak kebobolan. Kalau sampek hamil, dia udah ada program aborsi. Apa gak kasihan sama calon anak Lo, kehadirannya gak di inginkan. Sampek mau di hilangkan sebelum lahir." jelasnya.
Yusha mengusap wajah dengan kasar, segala makian ia ucapkan untuk Sheli meskipun wanita itu tidak ada di sana. "Keterlaluan! Sheli sudah melewati batas. Gue gak habis pikir, segitunya dia tidak menginginkan anak," ucap Yusha menahan geram.
"Makan tuh cinta mati Lo, Yusha! Gue udah peringatin dari awal, bagaimana sikap Sheli, baik buruknya dia. Lo yang kekeuh pengen cepet kawin."
"Lo juga gak inget umur gue udah hampir kepala 3. Gue butuh berkomitmen gak cuma sekedar main-main. Gue juga bosen main-main sama cewek. Gue pengen serius, gue juga pengen segera punya anak." Yusha menceritakan isi hati yang di pendam kepada sahabatnya.
"Haha ... gak salah Lo pengen punya anak? Udah tobat Lo?"
"Sekali lagi Lo meringis! Gue ceburin ke kolam," sentak Yusha geram.
"Lo tau rencana gila apa yang di pikirkan Sheli? Dia nyuruh gue nikah lagi sama pembokat yang tadi." Kali ini Yusha serius.
"What? Serius Lo?" Pemuda itu terkejut dengan melebarkan bola matanya.
"Maka itu, lama-lama gue gak ngerti cara pikir Sheli yang ekstrim. Rencana pertama udah gue setujuin. Sekarang dia nyuruh gue buat jalanin rencana ke dua. Kali ini bakal gue tolak mentah-mentah. Pernikahan bukan hal yang bisa di mainin. Gue juga kasihan sama Niar, yang cuma di manfaatin doang."
"Siapa Niar?"
"Niar nama pembokat tadi, Oon!" Balas Yusha menjorokan tubuh temannya dan hampir terpental masuk ke kolam.
"Kira-kira dong Lo! Kalau gue jatuh ke kolam, gue gak bisa caper sama pembokat Lo."
Yusha mendengus. "Gak usah macem-macem. Dia anaknya polos."
"Gue juga polos, Yusha!"
"Lo polos kalau pas tugas, kalau di luar gini ngeri."
"Jangan buka kartu gue!"
"Kartu Lo kebanyakan merah."
"Eh ngomong-ngomong pembokat Lo buat gue aja. Gue jadiin bini gak apa deh."
"Ketularan oon! Dateng dulu tempat pak ustad, jadi mualaf baru Lo deketin dia."
"Dari dulu gue islam, bego'!"
"KTP-nya doang yang islam. Tindakan Lo seperti pengikutnya Dajjal."
"Lo itu Dajjal!"
Yusha bangkit dari tepian kolam, "ngomong sama Lo gak ada manfaat!"
"Cih ... Lo kira gue dapet manfaat dateng ke rumah Lo. Buang-buang waktu aja."
"Niar ... !" Yusha berteriak memanggil.
"Iya Tuan ...," Niar tergopoh mendekati Yusha.
"Bikin dua ice lemon tea sama cemilan French fries," perintahnya.
"Baik Tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lilis Lestari
Islam KTP doang pak dokter.
2022-01-30
0
Sumi Sumi
ehem ehem
2021-10-09
0
Nuranita
niar........bawain cinta buat tuan yusha yaaaaaa
2021-08-30
0