Pluk ...
Yusha melempar map ke hadapan Sheli. "Kamu benar-benar tidak ingin mengandung anakku?" tanyanya dengan dingin.
"Selalu ini yang kamu bahas. Bikin aku gak betah di rumah," balas Sheli dengan mimik wajah jengah.
"Shel, please ... mari kita jalani dengan damai, coba saling mengerti dan berjalan di jalan yang sama. Jangan hanya aku yang mengerti kamu, tapi kamu gak pernah ngertiin aku. Aku kepala rumah tangga yang harus kamu ikuti. Berhentilah meniti karir, dengan pencapaian mu sekarang kamu sudah banyak di kenal orang di seluruh dunia. Apalagi yang ingin kamu kejar? Kamu tidak ingin membina rumah tangga bahagia, kita memiliki anak. Kamu menjadi istri dan ibu yang baik." cecar Yusha dengan menatap lekat ke arah Sheli.
"Aku ingin menjadi istri dan ibu yang baik, tapi bukan sekarang," ucapan Sheli menggantung di udara.
"Lalu kapan?" Yusha secepatnya memotong.
"Kapan? Aku juga belum tau. Yang pasti bukan dalam waktu dekat."
Tangan Yusha tergenggam. "Aku kira setelah kita menikah akan bahagia, nyatanya jauh seperti yang kubayangkan," ucap Yusha melirih. Ada emosi jiwa yang terpendam.
"Aku ingin memastikan. Apakah perasaanmu masih sama seperti dulu? Apa cintamu masih utuh untukku?"
"Masih, Yusha ... perasaan cintaku masih utuh dan masih sangat besar untukmu," balas Sheli.
"Lalu kenapa kamu menolak mengandung anakku dan sempat menyuruhku menikah lagi?"
Sheli menghembuskan napas panjang, ia beralih mendekati Yusha hingga jarak keduanya saling mendekat. "Semua bukan karna rasa ku memudar. Asal kamu tau, Yusha ... jauh dari lubuk hatiku merasa bersalah padamu, karna aku belum bisa mengabulkan keinginanmu. Maka itu aku mencari alternatif merelakanmu menitipkan benih anak di rahim wanita lain. Jangan kamu pikir ini mudah untukku. Tidak! Ini sama sekali tidak mudah untukku! Aku juga terluka merelakan semuanya. Tapi apa boleh buat, hanya itu jalan satu-satunya bisa mengabulkan keinginanmu dalam waktu dekat juga tanpa menghentikan karirku." jelas Sheli memaparkan kalimat panjang lebar.
"Apa begitu sulit meninggalkan karir mu demi aku?"
"Pertanyaan itu sulit untukku jawab. Yang jelas aku belum siap meninggalkan duniaku. Dunia impianku yang sejak kecil aku idamkan. Sekarang semua ada di genggaman, tidak semudah itu aku melepaskannya." Sheli mengiba di depan Yusha. Membuat Yusha melemah, lelaki itu tidak menggebu seperti tadi.
Yusha bernapas panjang, pada saat itu Sheli lebih mendekat dan tiba-tiba merengkuh tubuh Yusha. "Aku masih mencintaimu, Yusha. Sangat," ucap Sheli dengan meloloskan airmata.
Yusha membalas merengkuh dengan lebih erat, sekeras dan semarah apapun Yusha tetap akan luluh dengan kelembutan wanita itu. Karna Yusha masih mencintai Sheli, hanya saja pemikiran Sheli yang melukai hatinya.
"Kamu mau 'kan mempertimbangkan keinginanku, Yusha?" Kali ini Sheli memanfaatkan keadaan agar Yusha mau melakukannya.
"Tindakan itu pasti melukai dia, aku tidak tega, Shel!"
"Tapi seimbang dengan imbalan yang kita berikan," Sheli belum menyerah.
"Dalam berpoligami harus adil, aku takut tidak bisa melakukannya." Yusha membuang pandangan ke sudut ruangan.
"Hei Yusha ... ini bukan poligami, anggap saja kita menyewa rahimnya untuk mengandung anakmu. Kamu hanya perlu menghabiskan satu malam dengan wanita itu, setelah dia hamil kita urus dia dengan baik dan sesudah dia melahirkan tinggal kamu talak. Udah Selesai," usul Sheli dengan enteng.
"Bukankah itu sangat jahat!"
Sheli mendongak dan mengecup bibir Yusha sekilas. "Tidak. Itu tidak jahat, Yusha. Demi kebahagiaan kita."
"Demi kebahagiaan kita lalu mengorbankan wanita lain?"
"Semua sesuai,"
"Apakah masih tetap dengan wanita itu?"
"Ya. Dia perempuan baik, maka keturunan mu pasti baik,"
"Akan aku coba,"
"Benarkah?" Sheli setengah berteriak karna terkejut.
"Hanya demi kamu," ujar Yusha.
"Terimakasih, sayang. Kamu yang terbaik," Sheli menghujani ciuman di wajah Yusha. Wanita itu tersenyum lebar dan tak renggang memeluk suaminya. Akhirnya rencana itu disetujui. Maka ia tidak perlu susah-payah mengandung benih Yusha. Baginya, wanita hamil adalah makhluk terjelek di muka bumi. Dan ia belum siap menjadi jelek.
Yusha sendiri tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia menautkan bibirnya dengan bibir Sheli. Keduanya terlibat ciuman panas, hingga tangan Yusha bereaksi menyusuri punggung Sheli.
"Aku mencintaimu, Sayang," ucap Sheli di sela ciumannya.
"Aku lebih mencintaimu, Sheli," balas Yusha.
"Astagfirullah hal'adzim ...," pekik Niar tertahan. Ia terkejut dan menutup dengan kedua tangannya. Pertama kali melihat pasangan suami istri sedang berciuman panas. Ia yang tadinya ingin ke dapur langsung menghentikan langkahnya karna tak sengaja melihat hal yang belum pernah di lihatnya.
Yusha mendesah berat dan mengumpat kesal karna Niar mengganggu aktifitasnya. Sedangkan Sheli langsung menghadap ke arah Niar. "Sorry, kami berciuman di tempat terbuka," ucapnya.
"Maaf Nona, tadinya saya ingin ke dapur mengambil minum,"
"Minumlah, setelah itu kemari ada yang ingin kami sampaikan."
Karna haus Niar melanjutkan langkah untuk pergi ke dapur dengan degub jantung masih berdebar. Setelah itu memberanikan diri duduk di kursi paling ujung. Pemikirannya tidak bisa menebak apa yang akan di sampaikan kedua majikannya, hanya saja menyimpan ketakutan jika Sheli atau Yusha akan marah karna telah memergoki keduanya berciuman.
"Niar, suami saya sudah setuju ingin menjadikanmu istri kedua,"
"Apa?" Belum usai Sheli menjelaskan Niar terkejut dan berdiri.
Yusha diam saja tanpa memandang Niar, membiarkan Sheli yang berbicara.
"Maaf Nona, Tuan, saya tidak akan pernah mau menerima tawaran anda. Lebih baik saya berhenti bekerja." Lagi-lagi Niar menolak tegas.
"Kamu tidak tergiur dengan tawaran saya?"
"Tidak Nona!"
"Baiklah, anggap saja saya dan suami saya minta tolong padamu. Demi kebahagiaan rumah tangga kami, Niar." Sheli merendahkan diri di depan Niar. Mungkin saja bisa mempengaruhi Niar dan wanita itu akan luluh.
Niar terdiam, sebenarnya ingin sekali menolak kembali, tapi hatinya yang baik tidak tega untuk menolak.
"Tolong kamu pikirkan dulu," ucap Sheli.
"Kenapa saya memilih kamu, karna saya yakin kamu wanita baik. Keturunan Yusha pasti akan baik seperti ibunya," imbuh Sheli.
Pembicaraan itu terhenti. Sheli memberikan waktu untuk Niar berpikir ulang.
Malam usai bertempur dengan keringat, ketika Yusha sudah terpejam Sheli bangun menuju ke kamar mandi. Ia menyalakan ponsel dan mengirim pesan pada seseorang.
*Cari tau tentang keluarga Niar di kampung. Segera hubungi aku setelah kamu mendapat laporan secara rinci!*
Wanita itu tersenyum miring, entah apa yang di pikirkan tentang rencana liciknya. Yang pasti, apapun kehendaknya harus terlaksana. Apapun itu.
Sheli kembali menghidupkan layar ponsel dan menghubungi seseorang. Cukup lama berbincang-bincang hingga ketukan pintu juga suara Yusha menghentikan percakapannya.
"Kamu berbicara dengan siapa tengah malam begini?"
"Oh ... siapa lagi kalau bukan makhluk jadi-jadian si Glory. Dia ngasih tau, lusa ada penghargaan untuk modeling internasional. Do'akan aku menang ya, sayang." Sheli tersenyum manis.
"Aku yakin kamu pemenangnya, kamu handal dalam hal apapun," puji Yusha.
"Termasuk di atas ranjang kah?"
"Ya, kamu yang paling hebat."
Keduanya tertawa bahagia di tengah malam. Yusha menggendong Sheli untuk di rebahkan ke atas ranjang lagi. Lalu keduanya tidur dengan berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sumi Sumi
niar ini awal kehidupan yg akan sabgt rumit
2021-10-09
0
Aidafitriyantipepi
awal kehidupan baru Niar....🤔
2021-09-23
0
Yusna Zahra
up yg banyak akak Mey
semangat💪💪💪
2021-08-24
0