Part 4

"Bapak," panggil Niar dan menoleh ke arah pak Bejo yang berdiri disisi pintu.

Pak Bejo mendekati putri keduanya, mengelus pucuk kepala Niar dengan rambut hitam nan lebatnya. "Kamu akan tetap di sini, Nak. Kamu putri bapak yang baik. Maafin Bapak kurang perhatiin kamu, sering mengabaikan keberadaanmu. Bapak sibuk bekerja, sampai lupa caranya memberi kasih sayang," ucap Bejo merasa bersalah.

"Pak, kenapa Ibu dan Kak Nesva gak sayang sama Niar? Kenapa Ibu selalu bilang Niar anak pembawa sial." Gadis kecil itu telah memupuk airmata, jika ia berkedip airmata itu akan keluar.

"Ibu memang bersikap sedikit kasar. Banyak beban pikiran membuat Ibu sering marah-marah. Niar tolong maafin Ibu, ya. Jika Niar tetap jadi anak baik, suatu saat Ibu akan sayang dengan Niar. Dan, ada yang perlu Niar ingat, tidak ada anak pembawa sial. Setiap anak membawa kebahagiaan juga rezeki sendiri," ujar pak Bejo memberi pengertian.

"Tapi, kapan Ibu sayang sama Niar, Pak? Niar cuma pengen tidur di samping Ibu juga dipeluk ibu." Kali ini airmata Niar berhasil lolos. Tangan mungilnya segera menghapus dengan cekatan.

Itulah permintaan sederhana dari bocah berumur 8tahun yang belum pernah merasakan hangatnya didekap sang ibu. Keinginan itu tidak sulit untuk diwujudkan, bahkan sangat mudah bagi kebanyakan ibu lainnya. Namun, semua itu tidak berlaku pada Sumiati, ibu dua anak yang enggan mewujudkannya. Entah apa penyebab Sumiati begitu membenci kehadiran Niar.

"Secepatnya ... Bapak akan mengusahakan. Niar tetap bersabar dan tetap hormat pada ibu, ya. Karna surga ada di bawah telapak kaki ibu," ujar pak Bejo dengan membubuhi nasehat.

"Iya, Pak. Walau Ibu gak sayang sama Niar, tapi Niar sayang banget sama Ibu. Niar selalu berdoa semoga Ibu panjang umur dan bisa sayang sama Niar seperti Ibu sayang sama Kak Nesva."

Tanpa mereka tahu, Sumiati berdiri di samping pintu. Dengan jelas mendengar percakapan suami dan anak keduanya. Tapi, apa tanggapan ibu dua anak itu? Ia hanya mencebik kesal mendengar permintaan Niar yang baginya sangat memuakkan. "Sampai kapanpun aku tidak mau mengabulkan keinginanmu, anak sialan!" umpatnya kesal.

••••••••••••••••••

Seperti hari biasa, rutinitas hari-hari di lakoni Niar dengan ceria. Bocah itu tak pandang kondisi hatinya, tetap berangkat ke sekolah meski berjalan kaki.

Pikirannya masih menuju pada Nesva yang beberapa menit lalu mendahuluinya dengan menaiki sepeda mini, kapan ia bisa memiliki sepeda seperti itu?

Meski setiap kali mata itu mengeluarkan airmata, tapi seolah sumbernya masih sangat melimpah hingga airmatanya tak pernah surut. Bagaimana ia tak menangis menjalani ketidak adilan ibu dan kakaknya. Ia menanggung malu dan hinaan dari teman-teman sekolah karna seragamnya yang lusuh, sedangkan Nesva—sang kakak, tidak pernah merasakan yang di rasa.

Ingin sekali ia berteriak untuk menyuarakan semuanya. Tapi apa daya, semua tak ada guna. Justru ia akan mendapat kemarahan bahkan pukulan dari Sumiati.

Beruntung di sekolah ada ibu guru yang selalu memantau, hingga Niar jarang diganggu oleh murid yang tidak menyukai bocah itu. Di sekolah pun tak ada teman yang mau menghampiri atau sekedar berbicara padanya, di tempat keramaian pun seolah seperti sendiri, itulah kehidupan Niar.

••••••••••••••••

Ada yang berbeda dengan kepulangan Niar kali ini, gadis kecil itu tidak berjalan kaki melainkan dibonceng sepeda motor oleh ibu wali kelas yang mengantarkan langsung ke kediaman Sumiati.

Airmata deras membanjiri kedua Niar.

"Assalamu'alaikum," Ibu Wali Kelas Niar mengucap salam.

Sumiati tergopoh-gopoh muncul dari arah dapur. "Wala'ikum salam," jawabnya.

"Silahkan masuk, Bu." Sumiati mempersilahkan tamunya masuk. Bisa dilihat dari penampilannya yang memakai seragam guru, perempuan itu pasti ibu guru di sekolah anaknya.

Setelah mereka duduk dengan santai, Ibu Wali Kelas mulai bicara. "Begini Bu, Niar tadi tidak sengaja melempar bola ke jendela kaca hingga pecah, saya ke sini untuk menyampaikan hal itu dan memberitahukan wali murid agar membayar uang kompensasi untuk kerusakan kaca yang disebabkan oleh putri ibu." Ibu wali Kelas menjelaskan dengan nada sopan.

Sumiati langsung melirik tajam ke arah putrinya, kemarahan langsung terpancar dari kilatan matanya.

Niar menundukkan kepala, gadis kecil itu tak ada keberanian membalas tatapan sang ibu yang sangat menakutkan. Gadis kecil itu tahu jika sang ibu akan murka setelah kepergian guru kelasnya. Ia hanya pasrah dengan keadaan.

Setelah berbincang untuk meminta keringanan dan ibu wali kelas telah berpamitan, Sumiati dengan cepat menghampiri Niar dan menjewer telinga Niar dengan kuat.

"Sakit, Bu." Tangisan Niar pecah saat tangan ibunya menyakiti daun telinganya.

"Dasar anak sialan! Apa yang kamu lakuin sampek mecahin kaca sekolah! Kamu tau kita miskin, tidak punya uang, karna ulahmu Ibu harus membayar uang ganti rugi. Dasar anak gak tau diuntung! Bisanya cuma nyusahin! Kalau bukan karna bapakmu, udah dari bayi kamu aku cekik!" Sumiati memarahi Niar dengan suara tinggi, menjewer dan menjambak rambut Niar yang tergerai panjang.

"Ibu sakit, Bu. Ampun ...." Niar meminta pengampunan dan belas kasih agar tangan Sumiati mau beralih pada rambutnya yang terasa panas karena dijambak begitu kuat. Ketika tangan itu beralih, tak bisa membuat Niar lega, gadis itu meringis lagi ketika tangan Sumiati mencubiti lengannya dengan kuat dan terasa sangat sakit.

"Maafin Niar, Bu. Niar gak sengaja, itu bukan salah Niar. Temen Niar yang salah," mohon Niar. Bocah kecil itu ingin menyampaikan kebenaran tapi Sumiati tidak mau mendengarkan dan menarik paksa tangan Niar untuk dibawa masuk ke dalam kamar Niar.

Mendorong tubuh Niar hingga jatuh di lantai yang keras.

"Kamu, Ibu hukum! Tidak boleh pergi ke mana pun! Gak ada makanan atau minuman! Ibu akan bukain pintu ini kalau bapak kamu sudah pulang!" ujar Sumiati dengan dingin dan melangkah keluar meninggalkan kamar Niar yang sempit dan engap.

Brak ...

Daun pintu dibanting dengan kuat lalu dikunci dari luar.

"Ibu ... tolong bukain pintunya, Bu. Bu ... Niar haus!" teriak Niar dengan berusaha menggedor pintu kamar. Tapi sama sekali tidak mendengar sahutan dari ibunya.

"Bu ... Niar laper, Bu." Suara Niar melemah, hingga gadis cilik itu berjongkok di belakang pintu. Isak tangis masih jelas terdengar, namun tenaga untuk berteriak sudah menipis, setengah hari menahan lapar dan haus tapi sampai di rumah ia dikurung tanpa setetes air dan makanan.

Niar masih menangis dengan menyandarkan kepala disisi kusen. "Kapan Niar tumbuh besar, ya, Allah? Niar ingin bekerja dan mencari uang yang banyak untuk Ibu. Jika Niar memberi uang banyak, mungkin ibu akan sayang Niar." Niar masih sangat dini, namun pikirannya dituntut lebih untuk dewasa.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Ndak usah dikasih tu ibu Durjana...

2023-08-02

0

Sweet Girl

Sweet Girl

😭😭😭😭😭

2023-08-02

0

Sweet Girl

Sweet Girl

edan koe Bu...

2023-08-02

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 3
3 Part 4
4 Part 5
5 Part 6
6 Part 7
7 Part 8
8 Part 9
9 Part 10
10 Part 11
11 Part 12
12 Part 13
13 Part 14
14 Part 15
15 Part 16
16 Part 17
17 Part 18
18 Part 19
19 Part 20
20 Part 21
21 Part 22
22 Part 23
23 Part 24
24 Part 25
25 Part 26
26 Part 27
27 Part 28
28 Part 29
29 Part 30
30 Part 31
31 Part 32
32 Part 33
33 Part 34
34 Part 35
35 Part 36
36 Part 37
37 Part 38
38 Part 39
39 Part 40
40 Part 41
41 Part 42
42 Part 43
43 Part 44
44 Part 45
45 Part 46
46 Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47 Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48 Part 49
49 Part 50 (Memutuskan)
50 Part 51
51 Part 52 (Melepas)
52 Part 53
53 Part 54
54 Part 55 (Tak terduga)
55 Part 56
56 Part 57
57 Part 58
58 Part 59
59 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62 Siap gak siap
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92 (Lima Purnama)
93 Part 93
94 Pengumuman
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102 (Ending Story)
104 Part 103 (extra part 1)
105 Part 104 (Extra Part 2)
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 3
3
Part 4
4
Part 5
5
Part 6
6
Part 7
7
Part 8
8
Part 9
9
Part 10
10
Part 11
11
Part 12
12
Part 13
13
Part 14
14
Part 15
15
Part 16
16
Part 17
17
Part 18
18
Part 19
19
Part 20
20
Part 21
21
Part 22
22
Part 23
23
Part 24
24
Part 25
25
Part 26
26
Part 27
27
Part 28
28
Part 29
29
Part 30
30
Part 31
31
Part 32
32
Part 33
33
Part 34
34
Part 35
35
Part 36
36
Part 37
37
Part 38
38
Part 39
39
Part 40
40
Part 41
41
Part 42
42
Part 43
43
Part 44
44
Part 45
45
Part 46
46
Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47
Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48
Part 49
49
Part 50 (Memutuskan)
50
Part 51
51
Part 52 (Melepas)
52
Part 53
53
Part 54
54
Part 55 (Tak terduga)
55
Part 56
56
Part 57
57
Part 58
58
Part 59
59
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62 Siap gak siap
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92 (Lima Purnama)
93
Part 93
94
Pengumuman
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102 (Ending Story)
104
Part 103 (extra part 1)
105
Part 104 (Extra Part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!