10tahun berlalu, Niara Livia Putri tumbuh menjadi gadis dewasa dan pekerja keras. Tiada hari tanpa mencari rupiah, meski gadis itu hanya bekerja di tempat laundry namun semangatnya perlu di acungi jempol.
Niar tumbuh menjadi gadis alim yang irit bicara, hanya bersuara seperlunya saja.
Selama sepuluh tahun mengalami ketidak adilan, apa lagi yang mampu dia perbuat karna sampai saat ini keadaan itu tidak berubah.
Sumiati tetaplah Sumiati, ibu kandung namun seperti ibu tiri. Meski kedua putrinya beranjak dewasa tak membuat mata hati Sumiati terbuka dan bisa menyayangi Niar seperti dia menyayangi Nesva.
Nesva tumbuh menjadi gadis manja dengan segala kejulid-an pada adiknya. Ia pun masih sama seperti sang ibu, tidak pernah menganggap adiknya ada. Tak pernah tegur sapa dan saling acuh.
Laundry tempat Niar bekerja tidak terlalu jauh, setiap jam enam pagi Niar telah mengayuh sepeda menuju tempat kerjanya. Tentu saja setelah menyelesaikan pekerjaan rumah karna Sumiati tidak akan membiarkan Niar pergi sebelum keadaan rumah bersih dan nyaman.
Berbeda dengan sang kakak yang lebih beruntung bisa bekerja di perusahaan besar sebagai karyawan tetap, tapi Niar hanya sebagai buruh laundry. Nesva mempunyai kesempatan bisa menyandang gelar sarjana, sedangkan Niar hanya tamatan madrasah tsanawiyah. Perbandingan sangat jauh, untuk itu pekerjaan mereka pun jauh berbeda.
Meski gaji Nesva lebih besar daripada Niar namun sang kakak terlalu boros menghamburkan uang gaji hingga kehidupan keluarganya tak lebih baik dari sebelumnya.
Bahkan gaji Niar yang tak seberapa tetap di andalkan untuk kebutuhan makan mereka sehari-hari.
Gadis mengenakan pasmina coklat tua itu sedang mengayuh sepeda menuju tempat kerja, hari ini sedikit terlambat karna berdebat dengan sang kakak yang selalu julid kepadanya.
"Maaf Mbak Lili, saya terlambat," ucap Niar ketika baru datang.
"Tumben kamu telat, Ni. Biasanya paling rajin," balas Lili, teman Niar sama-sama bekerja di tempat itu.
Laundry tempat Niar bekerja adalah milik Pak Sapto, salah satu warga berkecukupan yang memiliki beberapa rumah usaha seperti tempat laundry juga produksi rumah jahit baju.
Istri pak Sapto sendiri memiliki saudara kaya raya, untuk itu sedikit demi sedikit pak Sapto kecipratan mujur nya.
Tempat laundry itu memiliki 8karyawan termasuk Niar, istri pak Sapto akan datang siang hari setelah menjemput anak mereka pulang sekolah. Bu Nila termasuk galak dan disiplin, tidak suka negosiasi dengan karyawan yang suka berulah. Siapa pun akan di tendang jika tidak mematuhi peraturan.
Tak ingin mendapat teguran dari pekerja lainnya, Niar segera melakukan tugasnya. Mengambil baju kotor dan memasukannya ke dalam mesin cuci. Terkadang Niar juga mendapat tugas mengantar laundry yang sudah bersih ke rumah pelanggan.
Beberapa bulan lalu, Lili temannya bekerja di tempat itu mengajari Niar menggunakan kendaraan roda dua, berupa sepeda motor untuk mempermudah Niar mengantar baju-baju milik pelanggan.
Mobil sedan putih memasuki halaman depan laundry, keluar lah bu Nila dengan Anis–putri kedua bu Nila dengan pak Sapto. Kedatangan pemilik laundry itu menyita perhatian para pekerja, pasalnya bu Nila datang bersama suaminya yang mana hal itu jarang terjadi. Biasanya Nila hanya datang seorang diri.
"Mbak Yu tadi pagi nelpon aku, Yah," ucap bu Nila berbincang dengan suaminya.
"Ada perlu apa?" pak Sapto menanggapi. Mereka berdua berjalan masuk. Sesekali menganggukan kepala saat pekerja menyapa mereka.
"Katanya, si Yhusa pulang dari Jepang."
"Terus?" balas pak Sapto.
"Mbak Yu nyuruh aku nyari orang buat ngurusin Yhusa." Perbincangan bu Nila bersama suaminya masih berlanjut walau mereka telah duduk di meja kasir.
"Memang istrinya Yhusa kemana?" tanya pak Sapto pada istrinya.
"Ayah lupa? walau Yhusa punya istri, tapi gak pernah di urusin. Si Sheli selalu mentingin karirnya sebagai modeling yang lagi naik daun daripada ngurus Yhusa."
Perbincangan bu Nila bersama pak Sapto bisa di dengar oleh pegawai yang sedang berkemas baju di ruang sampingnya, termasuk Niar. Dengan jelas bisa mendengar percakapan itu.
"Orang kaya mah sama-sama sibuk nyari uang ya, Ma. Asisten rumah tangga udah ada 7orang masih nyari lagi," balas pak Sapto keheranan.
Jam makan siang Niar telah berkumpul dengan teman-teman lainnya. Gadis itu membuka kotak bekal yang tadi dibawanya. Sedang asik menikmati makan siang, terdengar seseorang sedang mencari keberadaanya.
"Niar, bapak kamu jatuh dari motor." Salah satu tetangga Niar datang untuk memberitahu.
"Ya ampun, bagaimana keadaan bapak?" tanya Niar dengan panik.
"Bapakmu di bawa ke rumah sakit, bude Sumiati meminta kami memberitahu mu agar segera menyusul kesana."
•••••••••••••
"Bapak," panggil Niar lirih.
Pak Bejo terbaring lemah di atas brankar rumah sakit, tangan kanannya terdapat gips, juga ada beberapa bagian tubuh lainnya mengalami lecet-lecet.
"Bapak gak apa, Niar. Jangan nangis," ucap pak Bejo lirih menenangkan Niar yang menangis terisak di sampingnya.
"Bapak kok bisa jatuh?"
"Bapak di serempet motor dari belakang, tapi motor itu kabur," terang pak Bejo.
"Ya ampun, Pak. Harusnya lain kali hati-hati," balas Niar.
Ketika Niar dan pak Bejo terlibat pembicaraan, Sumiati tiba-tiba masuk dan menghampiri brankar suaminya. "Nih, struktur pembayaran rumah sakit. Kamu yang bayar! Ibu gak punya uang." Sumiati melempar kertas kecil di depan Niar.
Niar mengambil kertas itu dan melihat nominal yang tertera. "Sebanyak ini, Bu?" Niar terkejut.
"Iya lah. Rumah sakit besar, biayanya juga besar," balas Sumiati bersedakep.
"Bu, uang Niar gak cukup," jawab Niar.
"Ya terserah. Kamu bisa usaha pinjam bos mu atau pinjam bu Tini." Sumiati tidak perduli tentang pembayaran rumah sakit.
"Niar gak berani mau casbon, takut sama bu Nila orangnya disiplin banget. Kalau pinjam ibunya kak Aris juga gak enak, kita masih punya tanggungan sama bu Tini," balas Niar.
"Bagaimana dengan kak Nesva? mungkin gaji kakak cukup buat bayar rumah sakit bapak," imbuh Niar.
"Gaji Nesva bulan ini udah ke pakek, dia mau touring sama temennya ke Jogja," ibu paruh baya itu begitu tahu tentang jadwal Nesva.
"Tapi Bu, keadaan darurat begini harusnya kak Nesva mengesampingkan waktu bersama temennya. Lebih penting biaya rumah sakit bapak daripada buat bayar touring," balas Niar dengan protes.
"Eh kamu gak usah sok pintar! kamu gak tau, itu keinginan Nesva dari dulu bisa pergi ke Jogja bersama temen-temennya. Gak mungkin batal hanya gara-gara bayarin kecelakaan bapak kamu yang dadakan ini." Bukannya mendukung Niar, tetap saja Sumiati mementingkan putri sulungnya.
"Sana kamu pergi cari pinjaman kemana aja, terus bayarin biaya rumah sakit!" perintah Sumiati.
"Bu ... kenapa harus Niar lagi yang kamu beri beban untuk membayar biaya rumah sakit. Putri kita gak cuma Niar, coba dulu bicara sama Nesva siapa tau mau merubah keputusannya," sahut pak Bejo lirih. Sesekali meringis saat tak sengaja bergerak dan menyentuh besi penyangga brankar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ida Martha
Mak kayak gtu minta di rukiah sepertinya . otaknya yg konslet biar bener... gedek banget liat Mak kayak gtu..
2023-01-08
0
Rizki Anis
bapanya aja yang gobloggg. anak culas d Britain sekolah tinggi yg rajin Dan berbakt mlah gak d sekolahin, istri gak bner mah mnding tinghalin..
2022-03-12
0
khairi
edaaaan bin gelok 😈😈😈😈😈😈 segala jenis bersarang di hati bubur sumsum.
2021-11-02
0