Tak perlu susah payah membujuk kedua orang tuanya agar memberi ijin, sekali Niar memberitahukan niatnya untuk pindah kerja menjadi asisten rumah tangga Sumiati dan Nesva langsung menyetujui. Tentu saja dibubuhi olokan dari Nesva yang selalu merendahkan Niar. Menghinanya dengan kata-kata kasar.
Niar sempat menitikan airmata saat Nesva berkata, "Pergi sana jadi babu! muka-muka kayak kamu memang pantasnya jadi pembantu! haha ...."
Niar tak menjawab. Sanggahan apapun takkan merubah Nesva dan sang ibu menyukainya. Justru membuang tenaga jika melawan mereka.
Saat Niar berpamitan hanya pak Bejo yang menunjukan kesedihan. Lelaki paruh baya itu mencoba menahan Niar agar mengurungkan niat. "Kamu kerja di tempat laundry aja gak apa, Nak. Jangan kerja di tempat jauh. Bapak khawatir di tempat kerja barumu ada orang yang gak suka sama kamu, nanti kamu minta bantuan siapa? Gaji berapapun gak apa, yang penting keselamatanmu, Niar," ucap pak Bejo mencoba membujuk Niar.
"Pak, insya Allah Niar baik-baik saja. Niar pengen mandiri, tolong ijinin Niar kerja di sana. Niar bakal sering pulang kalau pas hari libur. Bapak gak perlu khawatir, ya." Niar sudah membulatkan tekad. Bayangan bekerja di tempat baru bagai angin segar, ia bisa menghindari perdebatan bersama ibu dan kakaknya. Setidaknya ia bisa menghirup udara bebas, tanpa ibu yang mengujarkan kata makian juga tanpa Nesva yang merundungnya tanpa henti.
Niar memesan ojek online untuk pergi ke tempat laundry bu Nila. Ia di suruh menunggu di sana karna nanti akan ada mobil jemputan mengantarkannya ke tempat kerja yang baru, sesuai arahan bu Nila kemarin.
Niar hanya membawa ransel kecil berisi pakaiannya, tak ada barang berharga yang di bawa, karna ia pun tidak punya.
Niar berpamitan dengan bu Nila juga teman-temanya yang bekerja di tempat laundry. Lili, paling berat melepas Niar. Mereka berdua berteman dekat dan kini mereka harus berpisah.
Menempuh perjalanan kurang lebih 3jam mobil yang di tumpangi Niar telah sampai di pelataran luas. Di depannya telah berdiri bangunan megah dengan pilar-pilar kokoh sebagai penyangga.
Niar turun dari mobil dengan pandangan tak teralihkan, memandang takjub rumah mewah di depannya. Bangunan berlantai dua dengan halaman sangat luas. Entah seperti apa di dalam rumah itu, pasti lebih menakjubkan lagi.
Kedatangan Niar di sambut oleh nyonya Vivian. "Kamu yang mau bekerja di sini?" tanyanya.
"Iya Nyonya," jawab Niar dengan meremas ujung tas ransel yang di didekapnya. Gugup ketika berhadapan dengan pemilik rumah itu.
"Masih muda sekali. Kamu udah gak sekolah, Nak?" Vivian mengamati wajah Niar, mengira Niar masih seperti anak SMA.
"Saya cuma lulusan SMP. Apakah perlu ijasah untuk bekerja di sini?" Berganti Niar yang mengajukan pertanyaan.
"Oh enggak, Nak. Kerja di sini gak memerlukan ijasah. Kamu cuma harus bermental baja menghadapi anak dan mantu saya, mereka kurang ramah dengan para pekerja makanya gak ada asisten rumah tangga yang betah nginap di sini. Tapi saya harap kamu bisa betah ya, saya susah nyari orang terus." Vivian tersenyum, membuat Niar ikut tersenyum. Ternyata tidak seburuk bayangannya. Kini Niar mulai rileks berhadapan dengan Vivian.
"Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Vivian.
"Nama saya Niar, Nyonya."
"Baiklah Niar, untuk pekerjaan kamu bisa tanya dengan bibi yang kerja di sini juga. Dia ada di dapur, saya gak bisa lama harus pulang ke rumah sebelum suami saya pulang," ucap Vivian.
"Maaf, apa Nyonya tidak tinggal disini?" Niar memberanikan diri bertanya.
Vivian tersenyum. "Tidak. Ini rumah anak saya, rumah saya ada di kompleks Permai Indah. Hari ini saya ke sini cuma nungguin kamu," jawab Vivian.
"Oh ... Saya kira saya bekerja dengan anda."
Setelah Vivian pergi, Niar mencari keberadaan asisten rumah tangga lainnya yang bekerja di rumah itu. Menanyakan kamar mana yang akan menjadi tempat tidurnya.
Niar meniti kamar yang akan di tempati, ternyata lebih besar dari kamarnya yang ada dirumahnya.
Bi Mur yang bekerja di rumah itu bersikap baik dan ramah, membuat Niar tidak canggung dan langsung akbrab. Begitu juga dengan mbak Sari, pembantu lainnya juga bersikap baik.
Sayang, pukul 5sore kedua orang itu harus berpamit pulang. Dan kini tinggal Niar seorang diri menghuni rumah Yusha yang sangat besar. Gadis itu bingung harus berbuat apa, ternyata sepi juga tinggal di rumah besar sendirian.
Akhirnya gadis itu mengambil ponsel dan membuka novel online untuk mengalihkan rasa jenuh.
Pukul 6sore terdengar suara mobil terhenti, Niar yang berada di ruang depan segera mengintip. Tapi tidak begitu jelas melihat keluar jendela. Ia berinisiatif membukakan pintu, siapa tahu yang datang adalah pemilik rumah itu.
Sebelum tangan Yusha membuka pintu, tapi pintu didepannya telah dibuka. Yusha sedikit terkejut menatap Niar dengan menelisik. "Siapa kamu?" tanyanya.
Niar pun sedikit terkejut melihat pria di depannya, bukankah pria itu yang bertengkar di depan rumah sakit kemarin.
"Kamu bisu? Saya tanya, kamu siapa? Kenapa ada di rumah saya?" cecar Yusha.
"Sa–saya asisten rumah tangga yang baru, Tuan," jawab Niar menunduk. Ia takut melihat tatapan Yusha yang tajam.
"Saya tidak membutuhkan pembantu baru. Saya juga gak ijinkan kamu bekerja di rumah saya!" sentak Yusha.
Niar terkejut dan mendongak. Bagaimana bisa lelaki didepannya itu berbicara seperti itu. "Ta–tapi Nyonya Vivian yang menyuruh saya bekerja di sini," jelas Niar.
"Ck ..., " Yusha berdecak dan menyelonong masuk. Pemuda itu membanting tas kerja di atas sofa lalu menghubungi nomor mamanya.
"Ma, apa-apaan! Yusha gak butuh pembantu baru!" Yusha terlihat marah berbincang dengan Vivian. Yusha sendiri tidak menyuruh mamanya untuk mencarikan pembantu. Lelaki itu kesal mendapati Niar ada di rumahnya.
"Sayang, tenang dulu. Mama sengaja cari pembantu baru biar ada yang melayani kamu, Yusha. Mama gak jamin Sheli bisa melayanimu dengan baik. Sudah! biarkan Niar bekerja dan menginap di rumahmu. Biar kamu ada yang urus, Yusha."
"Ma ...," Yusha ingin protes.
"Gak ada penolakan dan gak ada bantahan! Mama masih sibuk, nanti di sambung lagi, ya."
"Ck ... Si al!" Yusha melirik sekilas pada Niar lalu pergi ke kamarnya.
Niar menghembuskan napas panjang, ternyata yang di katakan nyonya Vivian memang benar, ia harus menyiapkan mental baja menghadapi Yusha. Dari pertama melihat Yusha bertengkar di depan rumah sakit membuat Niar tak menyukai watak pria itu terlihat keras dan sombong. Naasnya ia malah bekerja di rumah Yusha. Ia harus menyiapkan kesabaran menghadapi Yusha. Demi bapak dan masa depan yang lebih baik, ia harus bertahan bekerja di rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sumi Sumi
semangt niar
2021-10-09
0
zia feby al husna
kerja uang nya di tabung lalu buat usaha sendiri
2021-10-05
0
Tutik Yunia
jodohmu
2021-09-05
0