Jam enam pagi Sheli sudah bersiap menarik koper kecil menuruni anak tangga. Wanita itu mengomel karna sang asisten belum juga muncul.
Di dapur Niar sibuk menyiapkan makanan, mondar-mandir menghidangkan makanan ke atas meja makan. "Selamat pagi, Nona," sapanya ketika melihat Sheli sudah berdiri di anak tangga terakhir.
"Pagi," balas Sheli. Wanita itu membiarkan kopernya tergeletak di lantai bawah. Ia segera duduk di kursi meja makan.
Saat Niar akan kembali ke dapur, Sheli mencegahnya. "Tunggu!"
"Iya Nona?" Niar mendekat dan melihat ke arah Sheli.
"Duduklah, ada yang ingin aku bicarakan hal penting denganmu," ujar Sheli menyuruh Niar duduk di meja yang sama.
Niar duduk berjarak satu kursi dari tempat Sheli duduk.
"Apa kamu sudah menikah?" tanya Sheli dengan suara pelan.
"Belum, Nona." Niar memandang Sheli dengan pandangan aneh, ia menebak apa yang akan disampaikan wanita itu. Jangan-jangan Sheli menyuruhnya menjadi istri kedua, seperti semalam. Tidak! jika benar begitu, ia akan menolak mentah-mentah.
"Kamu tau maksut saya yang semalam? Jadi istri kedua untuk suami saya dan melahirkan keturunannya. Kamu tenang saja, saya akan bayar kamu satu milyar." Sheli tersenyum penuh arti. Jumlah uang yang ditawarkan sangatlah banyak, ia yakin perempuan kampungan di depannya itu pasti setuju.
"Maaf Nona, berapapun anda membayar saya, saya tidak mau! Saya ingin pekerjaan yang halal dan tidak mau mencari masalah. Walau saya butuh uang, tapi saya tidak mau menjual anak!" tolak Niar dengan tegas. Ia menatap wanita sexy didepannya dengan tatapan kesal bercampur marah. Apa yang tadi di tebaknya kini terbukti. Sheli ingin memanfaatkan dirinya sebagai mesin pencetak anak untuk Yusha.
Sheli terlihat marah. "Miskin aja belagu! Apa uang yang saya tawarkan kurang banyak? Kamu tinggal sebutkan saja mau berapa, nanti saya bayar. Apa susahnya tinggal nikah, hamil, melahirkan setelah itu beres, kamu gak ada hubungan lagi dengan suami saya ataupun bayi kamu. Kamu bebas seperti sebelumnya," ujar Sheli.
"Kamu tau, uang satu milyar itu banyak banget. Dengan uang itu kamu bisa membeli apapun yang kamu mau. Kamu bisa kaya mendadak," imbuh Sheli mencoba merayu.
"Tidak Nona! Saya tetap menolak. Saya punya impian hanya menikah dengan lelaki yang saya cintai. Dan ... menikah bukanlah hal yang bisa di permainkan, kita terlibat perjanjian langsung dengan Allah. Allah akan murka dengan hambanya yang bermain-main dengan pernikahan," jawab Niar.
"Kamu sok alim! Ah sudahlah, kalau gak mau ya sudah, masih banyak wanita yang mau menerima tawaran saya! Pantes aja kamu hidup miskin, kamu keras kepala, belagu juga! Kesempatan gak datang dua kali. Jangan sampai kamu menyesal," cibir Sheli.
"Insya Allah, saya tidak menyesal, Nona," balas Niar mantap.
"Good morning, Seees .... " seorang pria datang, oh bukan-bukan! dia pria tapi berpakaian seperti wanita. Tergolong bertulang lunak. Tiba-tiba muncul dan menyelonong masuk. Tadi pagi sekali Niar membuka kunci pintu depan saat menyapu teras. Jadi, asisten Sheli bisa masuk begitu saja.
"Glory! Lihat, ini jam berapa dan kamu baru muncul! Astaga ... kita bisa ketinggalan pesawat. Pagi ini gak ada yang beres, semua kacau!" sentak Sheli mengomel.
"Hei ... hei, sabar dong my angel. Pesawat terbang jam setengah delapan, masih banyak waktu buat bersantai." Ternyata makhluk jadi-jadian itu bernama Glory. Dengan gerakan alay duduk di meja makan.
"Eh, di mana si Yushaka ku sayang, pria tertampan di muka bumi ini, paling unyuk-unyuk dari anakan panda, kok gak ikut sarapin, sih? Dedek Glory manja-manja ini kangen sama dia. Pengen tatap muka gitu," ucap Glory masih dengan gaya alay.
Niar yang masih berada di sana mengernyit heran melihat tingkah Glory, sedikit menggelikan bagi kaum normal.
"Lebih baik kamu gak tatap muka sama Yusha, kamu mau wajah kamu hancur babak belur, di hajar dia!" cibir Sheli.
Di tempatnya duduk Glory memanyunkan bibirnya. "Eih jangan dong. Wajahku ini aset berharga, Neeek. Butuh ratusan juta buat menyulap yang beginian biar jadi perfect."
"Eh Neeek, siapa itu? Aku baru liat dia?" Glory bertanya dengan Sheli tapi melirik ke arah Niar.
"Pembokat baru. Udah yuk kita langsung berangkat, takut ketinggalan pesawat. Bentar lagi langganan macet soalnya." Sheli tidak jadi sarapan dan bangkit dari duduknya.
"Nanti dulu napa sih, Nek. Ini enak banget roti bakarnya. Biarin aku ngisi tenaga, napa!" balas Glory dengan mengunyah penuh makanan.
"Niar, kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa hubungi aku."
"Tidak Nona, saya tidak akan berubah pikiran."
"Cih ...." Sheli berdecih tidak suka. "Kalau Yusha sudah bangun, bilang padanya aku sudah terbang ke Korea. Bilang juga jangan menghubungiku jika tidak aku duluan yang menghubunginya. Kalau pagi begini jangan buatkan dia kopi, buatkan saja teh herbal. Maaf aku harus segera pergi, tidak sempat nunggu dia bangun. Udah, sampaikan semua tadi pada Yusha. Jam 06.40 menit kamu bangunin dia untuk siap-siap ke kantor. Dan pilihkan juga baju yang akan dia pakai. Mengerti! Apa kamu ingat semuanya?" tanya Sheli memastikan.
"Saya ingat, Nona. Tapi ... apa saya juga harus menyiapkan baju yang akan di pakai Tuan Yusha?"
"Iya dong! Apa gunanya kamu jadi pembantu kalau gak buat ngurusi kebutuhan Yusha! Saya harus berangkat sekarang." Sheli mengambil tas kecil lalu berdiri, tidak memperdulikan Glory yang masih asik menikmati roti bakar. High hell Sheli menggema ke seluruh ruangan dengan Glory yang tergopoh menyusul langkah Sheli.
Niar membawa piring kotor bekas Glory untuk di cuci. Lalu meneruskan pekerjaannya, tapi bi Mur dan mbak Sari ternyata sudah datang.
"Pagi, Niar. Wah ... kamu cekatan juga ya, sudah beres semua menyiapkan makanan," ujar bi Mur.
"Iya loh, pagi-pagi udah hampir selesai. Kamu istirahat dulu biar kami yang lanjutkan," ucap Sari menimpali.
"Makasih ya, Bi, Mbak. Ini hampir jam 06.40 kata nona Sheli, tuan Yusha harus di bangunkan jam segitu."
"Iya. Biasanya tuan Yusha ada yang membangunkan," balas bi Mur.
"Kamu aja yang bangunkan," pinta mbak Sari.
"Mbak aja deh yang bangunin. Niar takut," tolak Niar.
"Aku yang bikinin teh, kamu yang bangunin. Aku bosan tiap hari bangunin si pemarah itu." bisik mbak Sari di samping telinga Niar dengan cekikikan.
"Mbak ini," Niar melirik sekilas dengan senyum lucu. "Ya sudah, coba Niar bangunin." Dengan terpaksa dan ketakutan Niar menapaki anak tangga menuju kamar Yusha. Belum sampai di depan kamar Yusha tapi jantung Niar berdetak sedikit kencang. Ia takut berhadapan langsung dengan Yusha yang sering menatapnya tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
khairi
di grogoti kanker rahim mu baru kau sadar....
2021-11-02
0
Sumi Sumi
lanjut
2021-10-09
0
Nuranita
double up nih akak mei😂😂😂😂😂😂😂😂
2021-08-30
0