Merengkuh Derita

Merengkuh Derita

Part 1

"Maaf Bu, Niar baru datang," jawab Niar dan  segera duduk di samping pekerja lainnya, yang sedang sibuk memasukkan keripik singkong ke dalam plastik.

"Nggak pa-pa Niar. Kamu baru pulang sekolah, kan? duduk dulu nggak apa," balas Ibu Tini dengan pandangan lembut. Ibu Tini adalah ibunya Aris, pemilik rumah produksi keripik singkong.

Ibu Tini sangat tahu kehidupan yang di jalani gadis cilik bernama Niar.

Sering kali merasa iba dengan nasib malang yang di alami gadis cilik yang baru berumur 8tahun itu. Setiap kali melihat perlakukan Sumiati begitu kasar dan sering menghukum Niar tanpa belas kasih.

Itu juga alasan Tini mau mempekerjakan Niar walau Niar hanya bisa bekerja ala kadarnya.

Niar tidak mengikuti perintah ibu Tini, gadis kecil itu segera mengambil plastik dan mulai memasukan keripik singkong ke dalamnya, lalu memberikan pada mbak-mbak lainnya untuk di rapikan.

Pekerjaan itu telah dilakoni selama satu tahun terakhir, sejak ia masuk sekolah dasar.

Ibu Tini membiarkan Niar melakukan apapun sesuka hati, tidak memaksa melakukan pekerjaan berat.

Ibu Tini memiliki sikap lemah lembut. Dia memiliki dua orang anak namun putri bungsunya telah meninggal satu tahun lalu, karna terpapar virus.

Untuk itu ibu Tini bersikap baik pada Niar karna sering merindukan sosok putrinya. Kini hanya tinggal Aris yang menjadi putra semata wayang.

Jam tiga lewat lima belas menit, Niar berpamit pulang. Ibu Tini menarik tangan Niar dengan lembut dan membawanya masuk ke dalam rumah.

"Ibu ... Niar mau pamit pulang dulu," ulang Niar dengan ke bingungan, karna Ibu Tini justru membimbingnya masuk ke dalam rumah.

"Niar makan dulu ya, nanti baru pulang," tawar Tini.

"Gak usah Bu, nanti beras di rumah Ibu cepet habis kalau tiap hari Niar numpang makan di sini." Niar menolak dan menggelengkan kepalanya.

"Beras Ibu gak akan habis, kemarin Ibu panen banyak. Niar duduk dulu, biar Ibu ambilkan."

Niar menurut dan duduk dikursi meja makan. Ibu Tini mengambilkan nasi juga lauk pauk. Hampir Setiap hari menyuruh Niar makan di rumahnya. Ibu satu anak itu hapal dengan sikap Sumiati yang jarang memberi lauk pauk bergizi kepada Niar. Tini sangat kasihan melihat tubuh Niar yang kurus dan kurang terawat.

"Makasih banyak ya, Bu." Niar mengucap terima kasih saat Ibu Tini menaruh piring didepannya.

Mengambil sendok dan menata nasi untuk di makan.

"Bunda ... peci Aris di taruh di mana?" teriak Aris.

"Di atas lemari meja belajar, Nak."

Tak lama Aris keluar dari kamar. Ibu Tini beranjak menghampiri putranya. "Adzan ashar belum kedengeran, Aris udah mau berangkat?"

"Mau samperin si Hasan dulu, makanya berangkat lebih awal." Bocah lelaki itu sudah bersiap dengan tas di punggungnya.

"Niar, kamu berangkat ngaji, gak?" Aris beralih melihat ke arah Niar.

"Berangkat. Hari ini hapalan do'a masuk rumah, Kakak udah hapal belum?"

"Udah dong," jawab Aris. Bocah itu beralih lagi pada bundanya. "Aris berangkat ya, Bun. Assalamu'alaikum," pamit Aris dengan mencium punggung tangan ibunya.

"Hati-hati ya, Nak. Mudah-mudahan besar nanti jadi anak shaleh. Aamiin."

"Niar, aku duluan ya. Makannya di habisin biar cepet gede'."

"Iya Kak." Keduanya berbalas senyum. Kini Aris hilang dibalik pintu.

Ibu Tini mengantarkan Aris sampai ke depan, setelah itu kembali pada Niar. Gadis kecil itu  fokus melihat pada rak buku. "Kenapa Niar?" tanyanya.

"Gak apa, Bu. Niar cuma baca buku hapalan doa-doa di rak itu," tunjuk Niar dengan jari kecilnya.

"Itu punya Aris, tapi jarang dibaca. Memangnya Niar gak punya buku seperti itu? Buku hapalan doa itu belinya di tempat guru ngaji."

Niar menggeleng lemah. Jangankan membeli buku hapalan do'a, setiap berangkat mengaji ia memilih bagian terakhir. Ia tidak mau mendengar ejekan dari teman-temannya. Datang ke mushola jika anak-anak sudah hampir pulang dan hanya menemui ustadzah untuk membaca iqra' juga setor hapalan doa-doa.

Ibu Tini mengambil buku dan memberikannya pada Niar. "Jangan di tolak, buku ini gak di baca sama Aris daripada mubazir, biar di pakek Niar aja," terang Tini.

"Makasih banyak ya, Bu. Boleh Niar peluk Ibu?"

"Boleh dong, Nak. Sini ... " Niar mendekap tubuh Ibu Tini dengan erat, seperti pelukan anak yang merindukan ibunya. Malangnya sampai hari ini ia tak pernah merasakan hangatnya pelukan dari ibunya sendiri. Entah hal apa yang membuat Sumiati tidak mau berdekatan dengannya.

"Ini untuk upah hari ini, jangan lupa yang satunya untuk–"

"Di tabung," sambung Niar.

"Makasih banyak ya, Bu. Coba kalau Niar punya ibu seperti Ibu Tini, pasti Niar seneng banget," ujar gadis kecil itu.

"Niar bisa anggap Ibu seperti ibu sendiri, jangan sungkan minta bantuan ibu, ya. Tapi jangan bilang sama ibu kamu, nanti dia ngomel."

Bocah kecil itu mengangguk. "Niar pulang ya, Bu. Assalamu'alaikum."

"Wala'ikum salam." Tini berdiri di depan pintu memandangi langkah Niar untuk kembali pulang ke rumahnya.

Hati Tini berdesir membayangkan ucapan Niar. Andai gadis cilik itu adalah putrinya, tentu saja ia sangat bahagia.

Begitu butanya hati Sumiati selalu berbuat kasar pada Niar–gadis kecil yang baik dan shalehah. Mungkin suatu hari nanti Sumiati akan terkubur dalam penyesalan.

"Ibu, Niar pulang." Niar pulang lewat pintu belakang. Sang ibu sedang mendadani putri kesayangannya yang akan berangkat mengaji. Sumiati diam saja tanpa menyahut suara Niar.

"Bu, iqra' Nesva udah jelek. Beliin yang baru, ya," rengek Nesva.

"Iya sayang, nanti kalau ayah mu pulang bawa uang, Ibu bakal beliin iqra' baru yang paling bagus. Ini jilbabnya belum bener, sini ... Ibu benerin lagi."

Niar berdiri di sisi pintu dan mengawasi interaksi keduanya, penuh perhatian dan kasih sayang.

Iri hati langsung menyeruak dan di rasakan oleh gadis kecil bernama Niar, hal seperti itu tidak pernah di dapatkannya dari Sumiati. 'Ibu, aku juga ingin di dandani sama Ibu. Aku ingin di peluk.' Keinginan seperti itu hanya mampu di pinta dalam hati.

Mulut Niar tidak akan mengucap kalimat permintaan, karna apapun yang di pinta sang ibu tidak akan pernah memberikan.

Ia masih bersyukur di beri keluarga utuh, daripada hidup di jalanan dan tidak punya orang tua. Ia takut membayangkan hal itu, sangat takut hidup sendirian di jalanan.

"Eh–eh ... ngapain kamu malah bengong disitu? sini ... mana duit nya kasih ke Ibu buat beli lauk."

Niar memberikan upah dari Tini pada Sumiati. "Ya elah ... cuma 8ribu doang, pelit banget si Tini cuma ngasih kamu segini!" cetusnya.

"Tadi Niar berangkat terlambat jadi Ibu Tini cuma bisa ngasih segitu," balas Niar dengan menunduk, menatapi ujung baju yang bolong dan jari tangan kecilnya bermain di sana.

"Huh ... itu juga salah mu pulang sekolah sukanya keluyuran! Sana cuci piring dulu, berangkat ngajinya terakhiran aja," perintah Sumiati.

"Itu ... kamu, bawa buku apa?"

"Buku hapalan doa-doa Bu, di kasih bekasnya Kak Aris."

"Oh ... seperti punya kakak kamu kemarin?"

"Iya. Ibu gak beliin aku buku hapalan doa-doa, jadi Niar ketinggalan buat hapalan. Kak Nesva juga gak boleh di pinjem bukunya," terang Niar.

"Eh, dengerin! Kamu gak hapal doa-doa juga gak apa, gak ada gunanya! Yang terpenting putriku lebih pintar dari kamu," cetus Sumiati tidak suka.

"Tapi Niar juga putri ibu?"

"Iya ... tapi kamu itu putri pembawa SIAL!"

Walau kata itu sudah puluhan kali terdengar tapi mata Niar selalu berkaca-kaca dan berhasil meloloskan airmata. Kedua mata Niar menyiratkan kepiluan dan luka mendalam. Kenapa Ibu selalu mengatakan aku anak pembawa sial?

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

yooo opo'o Tor..???

2023-08-02

0

auroria wati

auroria wati

percaya atau tdk ibu kandung macam begini didunia nyata ternyata banyak bahkan ditiktok bnyk yg coment diperas hny dimintai uangnya ketika gajian,kl dipikir kyk ga masuk akal tp ini benar2 real.

2023-04-09

0

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

astaghfirullah... ibunya kok gitu

2022-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 3
3 Part 4
4 Part 5
5 Part 6
6 Part 7
7 Part 8
8 Part 9
9 Part 10
10 Part 11
11 Part 12
12 Part 13
13 Part 14
14 Part 15
15 Part 16
16 Part 17
17 Part 18
18 Part 19
19 Part 20
20 Part 21
21 Part 22
22 Part 23
23 Part 24
24 Part 25
25 Part 26
26 Part 27
27 Part 28
28 Part 29
29 Part 30
30 Part 31
31 Part 32
32 Part 33
33 Part 34
34 Part 35
35 Part 36
36 Part 37
37 Part 38
38 Part 39
39 Part 40
40 Part 41
41 Part 42
42 Part 43
43 Part 44
44 Part 45
45 Part 46
46 Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47 Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48 Part 49
49 Part 50 (Memutuskan)
50 Part 51
51 Part 52 (Melepas)
52 Part 53
53 Part 54
54 Part 55 (Tak terduga)
55 Part 56
56 Part 57
57 Part 58
58 Part 59
59 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60 Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61 Part 60
62 Part 61
63 Part 62 Siap gak siap
64 Part 63
65 Part 64
66 Part 65
67 Part 66
68 Part 67
69 Part 68
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92 (Lima Purnama)
93 Part 93
94 Pengumuman
95 Part 94
96 Part 95
97 Part 96
98 Part 97
99 Part 98
100 Part 99
101 Part 100
102 Part 101
103 Part 102 (Ending Story)
104 Part 103 (extra part 1)
105 Part 104 (Extra Part 2)
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 3
3
Part 4
4
Part 5
5
Part 6
6
Part 7
7
Part 8
8
Part 9
9
Part 10
10
Part 11
11
Part 12
12
Part 13
13
Part 14
14
Part 15
15
Part 16
16
Part 17
17
Part 18
18
Part 19
19
Part 20
20
Part 21
21
Part 22
22
Part 23
23
Part 24
24
Part 25
25
Part 26
26
Part 27
27
Part 28
28
Part 29
29
Part 30
30
Part 31
31
Part 32
32
Part 33
33
Part 34
34
Part 35
35
Part 36
36
Part 37
37
Part 38
38
Part 39
39
Part 40
40
Part 41
41
Part 42
42
Part 43
43
Part 44
44
Part 45
45
Part 46
46
Part 47 (Tuhan, ambil saja nyawaku, hingga aku takkan lagi berteman dengan lara)
47
Part 48 (Terlahir sebagai wanita tanpa keberuntungan)
48
Part 49
49
Part 50 (Memutuskan)
50
Part 51
51
Part 52 (Melepas)
52
Part 53
53
Part 54
54
Part 55 (Tak terduga)
55
Part 56
56
Part 57
57
Part 58
58
Part 59
59
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
60
Bukan Up!!! (Permintaan maaf)
61
Part 60
62
Part 61
63
Part 62 Siap gak siap
64
Part 63
65
Part 64
66
Part 65
67
Part 66
68
Part 67
69
Part 68
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92 (Lima Purnama)
93
Part 93
94
Pengumuman
95
Part 94
96
Part 95
97
Part 96
98
Part 97
99
Part 98
100
Part 99
101
Part 100
102
Part 101
103
Part 102 (Ending Story)
104
Part 103 (extra part 1)
105
Part 104 (Extra Part 2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!