Keesokan harinya.
Rubby terbangun lebih awal, pria itu begitu semangat. Hari yang ditunggu-tunggunya kini telah tiba. Rubby menggeliat terlebih dulu sebelum beranjak. Dan, Khanza pun merasakan getaran pada tubuhnya. Karena Rubby tak sengaja menyenggol gunung kembar milik Khanza dengan sikutnya.
Khanza langsung terbangun dari tidurnya. Spontan, Khanza memukul-mukul Rubby dengan bantal.
"Dasar Tuan mesum ...," teriak Khanza.
Rubby yang tak menyadari apa yang telah dilakukannya terheran-heran. Padahal ia tak melakukan apa-apa. Apa karena ia mengingkari janjinya yang tidur disofa dan malah tidur satu ranjang? Pikir Rubby.
Tapi, kalau alasannya itu tak masuk akal sekali. Bahkan ia tak menciumnya sekali pun, hanya keadaan tidur yang memeluk tubuhnya. Hanya itu, tidak lebih.
"Apa yang kamu lakukan, Khanza?" Rubby mengambil bantal yang menjadi alat memukul tubuhnya.
Sedangkan Khanza, ia langsung melindungi gunung kembar miliknya. Ia harus menjaga extra agar tidak terjamah sebelum kata sah terucap. Rubby pun mengerutkan kedua alisnya. Khanza kenapa? Apa yang gadis itu lakukan? Kenapa ia menutup bagian dadanya?
"Awas kalau berani menyentuhnya!" ancam Khanza dengan mata mengintimidasi.
Rubby pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, apa wanita itu sedang pms? Bisa gawat kalau begitu, bisa gagal total nanti malam. Rubby menjadi panik seketika. Diantara mereka malah terjadi salah paham.
Hingga pada akhirnya, pintu apartemen miliknya ada yang mengetuknya.
"Siapa yang datang pagi-pagi begini?" tanya Khanza. Gadis itu seakan lupa bahwa hari ini adalah hari di mana Rubby akan mengijab kobul dirinya.
Sedangkan Rubby, pria itu mana mungkin lupa akan hari pentingnya. Padahal ini bukan yang pertama baginya, pria itu nampak antusias sekali. Khanza masih berada di posisinya. Malah ia kembali menarik selimutnya.
Namun, dengan cepat Rubby menahannya.
"Tukang rias sudah datang, cepat mandi! Saya tidak ingin terlambat," ujar Rubby pada Khanza.
"Kenapa aku sampai lupa." Khanza pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sedangkan Rubby, ia membuka pintu dan ternyata benar, tukang rias yang datang. Rubby pun mempersilahkan untuk masuk.
"Tunggu sebentar, ya?" kata Rubby pada mereka.
Rubby bergegas kembali ke dalam kamar, ia mendengar gemircik air yang dipastikan itu Khanza yang sedang mandi. Tak lama dari situ, Khanza pun selesai mandi dan segera keluar, ia tak tahu kalau ada Rubby di sana menunggunya.
Ketika Khanza keluar, Rubby langsung menghampiri. Sedangkan Khanza, gadis itu langsung menutup tubuhnya dengan kedua tangannnya. Ia kira, Rubby akan menemuinya. Namun, nyatanya bukan.
Pria itu pun langsung masuk ke kamar mandi tanpa menggoda Khanza. Setelah pintu ditutup, Rubby membukanya kembali. Ia menoleh ke arah Khanza.
"Kali ini kamu tidak akan bisa lepas lagi dariku," ujar Rubby di ambang pintu. "Tunggu setelah kata sah terucap, saya pastikan kamu menjadi milikku seutuhnya." Setelah kata itu terucap, Khanza segera pergi meninggalkan Rubby.
Semakin takut saja gadis itu.
***
Di ruang tamu.
Khanza yang sedang di make ofer, tak henti-hentinya gadis itu mengeluarkan keringat dari permukaan wajahnya, sampai tim perias begitu kesusahan. Bedak jadi tidak menempel dengan sempurna.
"Nona, tolong kerja samanya. Kalau begini terus make upnya tidak akan kelar," ujar Mince yang sedang merias wajah Khanza.
Mendengar kegaduhan membuat Rubby menghampiri Khanza.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Rubby.
"Ini, Tuan. Nonanya berkeringat terus, 'kan jadi lama selesai kalau begini terus," jawab Mince.
Rubby malah tersenyum. "Pasti gadis itu sedang ketakutan," batin Rubby.
"Rilex, jangan tegang," bisik Rubby.
Hingga Khanza langsung bergidik, karena hembusan napas Rubby begitu terasa di telinga Khanza. Karena tak mau mengganggu lagi, Rubby pun menunggu di sofa sembari memainkan ponsel.
Akhirnya, Khanza selesai di make up. Rubby begitu terpesona melihat bidadari tak bersayap itu. Bajunya begitu melekat sangat pas di tubuh Khanza, make up yang sederhana namun sangat terlihat cantik. Rubby begitu menyukainya.
Rubby juga sudah terlihat sangat tampan. Pria itu begitu serasi dengan Khanza, umur tak jadi soal baginya.
Khanza berjalan begitu anggun, gadis itu belum terbiasa menggunakan kebaya dan bawahannya. Apa lagi, ia menggunakan hak tinggi. Tingginya mengimbangi dengan tubuh Rubby.
Rubby menarik tangan Khanza dan melingkarkan tangan itu di tangannya. Berjalan berbarengan bagai raja dan ratu. Bayu pun sudah datang, pria itu menunggunya di luar apartemen.
Acara ijab kobul akan dilaksanakan di Masjid terbesar di ibu kota. Namun secara tertutup, tidak ada yang tahu pernikahan mereka kecuali orang tua Khanza dan penghulu serta Bayu tangan kanan Rubby.
Rubby dan Khanza pun keluar dari apartemen. Bayu yang melihatnya sangat takjub akan kecantikan gadis kecil itu, Rubby juga terlihat sangat berbeda di mata Bayu.Tak terasa, mereka pun sampai di mobil, mobil langsung melaju ketika mereka sudah duduk di tempat masing-masing. Rubby duduk di kursi belakang dengan Khanza, pria itu sedari tadi menggenggam tangan calon istrinya.
"Tanganmu dingin sekali, Za," kata Rubby.
Khanza tak menjawab, ia hanya mengulum senyum pada calon suaminya itu. Padahal hatinya begitu dag, dig, dug tak karuan. Kanza merasa mimpi bisa bersanding dengan pria yang umurnya terpaut cukup jauh. Tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk tenang.
Sedangkan orang tua Khanza sudah menunggu di masjid. Bu Seno nampak bahagia, ibu paruh baya itu sangat memimpikan memiliki menantu orang kaya, walau Khanza bukan anaknya tentu dia sangat memimpikan itu.
"Pa, Khanza menikah itu karena Mama, loh. Mama yang menyuruh Khanza bernegoisasi dengan Tuan Rubby," ucap bu Seno.
Seno nampak terkejut, jadi anaknya rela mengorbankan kebahagiaannya. Seno berpikir bahwa Khanza menikah karena terpaksa, semoga saja Khanza bahagia, doa Seno pada anaknya.
Tak lama kemudian, Rubby dan Khanza pun tiba di masjid. Bu Seno langsung menyambut kedatangan mereka. Semoga saja apa yang dilakukan bu Seno kali ini tulus pada Khanza.
Secara, Khanza pasti mengangkat derajat orang tuanya.
***
Sepasangan pengantin itu sudah duduk berdampingan. Pak penghulu pun sudah siap.
"Apa sudah siap?" tanya pak pengulu pada Rubby.
"Saya sudah siap," jawab Rubby mantap.
Seno menjabat tangan Rubby. Rubby menghela napas sebelum mengucapkan ijab, sebenarnya pria itu juga deg-degan padahal ini bukan yang pertama kali baginya.
Dengan sekali tarikan napas, Rubby berhasil mengucapkan di mana ia menyebut nama Khanza di hadapan Seno juga penghulu. Disaat itu pula terdengar kata 'SAH' dari para saksi, yang tak lain adalah Bayu dan bu Seno.
Khanza mencium tangan suaminya, setelah itu Rubby mencium kening Khanza.
Hingga pada akhirnya acara pun selesai.
"Bayu, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan 'kan?" kata Rubby. Bayu pun mengangguk.
Khanza pamit kepada kedua orang tuanya, Seno menitikkan air matanya. Baru serasa kemarin anaknya itu masih kecil, sering ia gendong. Sekarang, gadisnya sudah menjadi milik orang.
"Berbahagialah dengan suamimu, ingat pesan Papa, jangan ikut campur jika suami sedang ada masalah dengan istri pertamanya." Seno selalu mengajarkan Khanza akan kebaikan.
"Iya, Pa." Khanza memeluk Seno terlebih dulu
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Puji Hartati Soetarno
maaf,,othornya harus banyak belajar lagi tentang syarat sahnya sebuah pernikahan, walaupun ini cuma novel..tp syarat sah nikah itu tidak bisa buat mainan...
pak Seno tidak boleh jadi wali Khanza,,trus saksi nikah jg tidak memenuhi syarat...
hmmm
agak ngawur sih ini,pdhl cerita nya bagus
2024-01-27
1
Satriawanty Meitridwi Irwansyah
setahu yg ku pelajari..pak seno tdk punya hak menikah kan khanza krna tdk ada ikatan darah..klw walix khanza tdk ada maka dia akan mnggunakan wali hakim..
2022-10-13
1
Layung Fatiha
jgn ikut cmpur soal istri prtma jd 😭😭
2022-04-24
0