Mata Khanza terbelalak ketika sesuatu ada yang mendarat sempurna di bibirnya. Hingga saat ini saja bibir itu masih beradu dengan bibirnya Rubby.
Ya, pria itu mencium Khanza, dan itu bukan yang pertama kalinya. Ciuman itu terjadi lumayan agak lama, tapi sayang, Khanza begitu kaku. Gadis itu tak membalas, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Seperti terkena sengatan listrik beberapa ratus volt. Terdiam sejenak, lalu memalingkan wajahnya menghindari ciuman itu.
Dan akhirnya bibir itu terlepas karena Khanza yang melakukannya, gadis itu tertunduk tubuhnya sudah bergetar.
"Apa yang Tuan lakukan?" tanya Khanza dengan suara seraknya, gadis itu sudah hampir menangis mendapat serangan tiba-tiba. Apa lagi dengan keadaanya yang seperti sekarang, tentu gadis itu merasa terancam.
"Khanza." Rubby menangkup pipi Khanza. Namun gadis itu tak ingin melihat ke arahnya, jadi yang Khanza lakukan hanya memejamkan kedua matanya.
"Lihat saya, Khanza," titah Rubby.
Khanza menggeleng sambil berkata. "Aku takut," lirih gadis itu.
"Apanya yang takut? Saya bukan hantu, kamu tidak perlu takut!"
Rubby lebih dari hantu menurut Khanza, datang tiba-tiba dan langsung menerkamnya. Seperti orang kesurupan bagi Khanza, karena Rubby sudah merampas bibirnya bagitu saja.
"Kenapa Tuan selalu menciumku?" tanya Khanza dengan polosnya.
Rubby bingung harus menjawab apa, Khanza bagitu tidak mengerti ketika lelaki dewasa menciumnya. Apa lagi kalau bukan menginginkannya?
"Apa kamu tidak tahu apa maksudku?" Khanza menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Sepertinya saya harus menikahimu, Khanza."
Mendengar kata menikah, Khanza langsung membuka matanya dan melihat ke arah Rubby. Tatapan mereka bertemu, gadis itu mencari keseriusan di wajah Rubby. Mimik wajahnya yang tanpa senyum sama sekali, pria itu sangat serius melihat ke arahnya.
"Me-menikah." Khanza tidak percaya begitu saja pada pria yang memiliki istri itu.
"Tuankan punya istri? Untuk apa menikah lagi?" Menurut Khanza, hidup Rubby sudah sempurna. Jihan cantik dan juga dikenal banyak orang, tentu akan bangga jika seseorang memiliki wanita seperti Jihan.
Namun pada kenyataannya, Rubby sangat tersiksa dengan pernikahannya. Dulu, Rubby sangat bahagia memiliki istri seperti Jihan, lambat laun perasaan itu mulai terkikis oleh waktu. Tidak ada lagi waktu Jihan untuk suaminya, jarang bertemu, sekalinya bertemu hanya tidur.
"Aku tidak mau jadi pelakor, Tuan." Secara tidak langsung, Khanza menolak keinginan Rubby untuk mempersuntingnya. "Aku belum pernah menjalin hubungan dengan siapa pun, aku takut terjerumus pada tempat yang salah."
"Siapa yang bilang kalau itu pelakor? Jihan sudah tidak peduli lagi padaku." Dan Rubby mulai menjelaskan keadaan rumah tangganya pada Khanza.
Khanza jadi kasian, ternyata yang terlihat sempurna belum tentu bahagia. Lalu, apa dia harus harus memenuhi keinginan majikannya itu? Khanza jadi serba salah. Tidak menikah dan tinggal satu atap, apa lagi sekarang Khanza tahu kalau Rubby memiliki perasaan padanya itu yang lebih ia takutkan.
Takut sewaktu-waktu Rubby menidurinya tanpa ada ikatan pernikahan, dan itu sudah di luar batas. Khanza tidak mau berzina dengan Rubby.
"Kamu maukan menikah denganku?" tanya Rubby untuk yang kedua kalinya. "Usiaku semakin bertambah, aku ingin memiliki keturunan, Khanza!"
"Apa, Tuan menikahiku hanya karena ingin mendapatkan keturunan?" tanya Khanza serius. Gadis itu takut hanya jadi pelarian, setelah mendapatkan anak darinya pria itu akan meninggalkannya. Apa lagi, Khanza yang tidak jelas asal usulnya.
"Aku tidak ingin mengganti rahim istri, Tuan. Istri Tuan masih bisa mengandung dan memiliki anak dari Tuan. Tuan tidak perlu menikah lagi."
"Apa tidak ada perasaan sedikit pun di hatimu?" tanya Rubby serius. "Saya tidak main-main! Kenapa berpikir demikian? Jihan tidak ingin mengandung, Khanza! Saya tidak beranggapan kamu menggantikan rahim istriku agar aku memiliki keturunan."
"Tapi aku takut, Tuan. Takut istri Tuan marah!"
"Jihan urusanku, pria mana pun akan melakukan ini jika istrinya tidak ingin mengandung. Jihan wanita normal, Khanza! Saya tidak akan menikahi perempuan lain jika Jihan bersedia mengandung anakku. Tujuanku menikah ingin memiliki keluarga bahagia dan memiliki anak."
Rubby berusaha meyakinkan Khanza, tidak ada yang salah dengan keinginan pria itu.
"Saya harap kamu mau menikah denganku!" Rubby meraih pinggang gadis itu dan sudah tidak ada jarak yang tersisa pada mereka.
Khanza semakin takut, takut kalau Rubby akan menciumnya dan berbuat lebih dari itu.
"Beri aku untuk berpikir, Tuan. Sebuah pernikahan bukan hanya sekedar untuk memiliki keturunan. Aku hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupku."
Rubby memeluk Khanza. Tentu dia akan memberi waktu pada gadis itu, tidak mudah memang baginya menerima laki-laki yang sudah beristri dalam hidupnya, apa lagi dengan menerimanya dengan hubungan pernikahan.
"Saya akan menunggu jawabanmu, jangan lama-lama ya? Saya butuh jawabanmu."
Rubby melepaskan pelukkannya, lalu kembali mencium bibir ranum Khanza. Lagi-lagi pria itu menciumnya tanpa aba-aba. Rubby selalu membuat jantung Khanza berdisko.
Tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih diantara mereka, Rubby pun keluar dari kamar mandi. Meninggal Khanza seorang diri. Setelah kepergian Rubby, Khanza bercermin melihat pantulan dirinya di sana.
"Kenapa aku terjerumus di sini?" tanyanya sendiri. "Tapi, jika aku tidak menerima pernikahan ini, sama saja aku kumpul kebo." Tidak-tidak! Ini tidak boleh terjadi. Akhirnya ia putuskan menerima takdirnya dimadu.
"Apa aku wanita kejam, masuk ke dalam hubungan pernikahan orang?" Tidak pernah terbesit dalam benaknya menjadi istri dari pria beristri.
Tidak ingin stres, Khanza pun mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Selesai mandi buru-buru ia keluar dari kamar mandi, karena ingat bahwa Rubby akan ke kantor hari ini. Ia keluar dengan mengendap-ngendap, takut ada Rubby di kamar. Tidak ada Rubby di sana, ia pun bernapas lega.
Khanza menepuk keningnya sendiri, lupa kalau bajunya ada di ruang tamu. Makin malu saja kalau ia kesana dengan hanya menggunakan handuk. Apa lagi dengan insident barusan. Pria itu sudah melihat seluruh tubuhnya.
"Aaaaa ..." jerit Khanza dalam hati. Semoga saja Rubby tidak ada di sana. Khanza komat kamit, berdoa semoga tidak ada Rubby di sana. Berhasil sampai di ruangan tamu, buru-buru ia kembali ke kamar dan membawa tasa besar itu ke dalam kamar.
Klek
Pintu dikunci dari dalam oleh Khanza. Niatnya agar tidak ada yang masuk ke dalam sana. Dengan santai ia mengeluarkan baju yang akan digunakanya. Melepas handuk itu, lalu memakai bajunya. Selesai memakai baju, Khanza membalikkan tubuhnya.
Betapa terkejutnya Khanza melihat sosok Rubby yang tengah melihat ke arahnya. Jadi, barusan Rubby kembali melihat tubuhnya. Gadis itu menghampiri Rubby, tanpa aba-aba gadis itu memukul-mukul tubuh pria itu. Apa gunanya ia mengunci pintu? Kalau Rubby saja tetap melihat keadaan tubuhnya yang polos.
Rubby menang banyak hari ini, miliknya selalu menegang jika bersama dengan Khanza.
"Tenang, Khanza." Rubby meraih tangan gadis itu. Lalu menariknya ke dalam pelukannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Layung Fatiha
lnjut
2022-04-23
0
Sinyo
menang banyak pak jablay ini
2022-04-08
1
Justme
Ngakak
2022-03-11
0