Khanza pun akhirnya pulang, sebelum pulang ia mampir ke supermarket, belanja sesuai kebutuhan. Selesai belanja ia buru-buru pulang. Setibanya di apartemen, Khanza langsung bergelut di dapur ia menyiapkan bahan makanan yang akan dimasaknya.
Sebelum memasak, Khanza membersihkan tubuhnya terlebih dulu karena waktu sudah menunjukkan pukul 15.40, ia cepat-cepat menyudahi ritual mandinya. Selesai mandi dan memakai pakaian, ia kembali ke dapur dan mulai memasak.
Cukup satu jam setengah ia menyelesaikan masakannya, selesai itu akhirnya Khanza bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal. Ia meregangkan otot-ototnya, lalu mulai menyalakan televisi, ia menonton acara kesayangannya.
Entah cape atau memang mengantuk Khanza ketiduran, ia sampai tidak tahu bahwa Rubby sudah pulang dari kantor. Rubby masuk ke dalam apartemennya, ia mendengar suara TV lalu melihat kearah Khanza, gadis itu tertidur di sofa.
Sedangkan Rubby hanya menggelengkan kepalanya.
"Dasar bocah," ucap Rubby, Rubby pun mematikan tv yang masih menyala itu. Membiarkan Khanza tertidur di sana, karena ia akan masuk ke kamar. Apartemen itu terdapat hanya satu kamar.
Rubby membersihkan tubuhnya terlebih dulu, selesai mandi dan memakai baju, baru ia membangunkan Khanza. Namun Rubby tidak tega membangunkannya, ia melihat wajah itu lekat-lekat. Tidak cantik, tapi manis.
Khanza menggeliat, sambil menguap. Tiba-tiba ia terbangun begitu saja, Khanza tidak menyadari adanya Rubby yang duduk di kursi sebelahnya.
"Jam berapa ini?" tanya Khanza pada dirinya sendiri, ia pun melihat jam yang menempel di dinding, entah masih pusing atau apa, Khanza oleng dan untung ada Rubby. Jadi Rubby menangkap tubuh mungil itu.
"Hati-hati, Khanza."
Khanza terkejut adanya Rubby tiba-tiba, apa lagi dengan posisi mereka. Khanza berada di pangkuan Rubby, sadar akan hal itu, Khanza buru-buru turun.
"Maaf, Tuan. Aku sedikit pusing mungkin terbangun secara mendadak, maaf aku ketiduran," ucap Khanza.
"Sudah hampir magrib, harusnya kamu tidak tidur."
"Iya, maaf," sesal Khanza. Padahal ia tak berniat tidur.
"Saya permisi dulu, Tuan." Khanza pun berlalu, gadis itu pergi ke kamar, mengeluarkan baju yang ada di kamar itu. Khanza tidak mungkin tidur satu kamar dengan Rubby bukan?
Dan Rubby melihat Khanza sambil membawa tas besar miliknya yang dipastikan isinya itu pasti baju-baju Khanza.
"Mau kemana kamu?" tanya Rubby.
"Tidak kemana-mana, aku hanya akan menyimpannya di sini," jawab Khanza sambil meletakan tas besar itu di sudut sofa.
"Apa mau makan sekarang? Aku akan hangatkan makanannya."
Rubby pun mengangguk, mendapat anggukan dari Rubby, Khanza pergi ke dapur. Sedangkan Rubby, pria itu memainkan poselnya, ia menatap poto istrinya yang ada di layar ponsel.
"Sedang apa kamu, Jihan? Kenapa ponselmu tidak aktif." Beberapa kali Rubby menghubungi istrinya namun selalu di luar jangkauan.
"Tuan, makanannya sudah siap," kata Khanza. Namun sepertinya Rubby tak mendengarnya, ia terlalu sibuk menatap poto istrinya.
"Tuan," panggil Khanza untuk kedua kalinya, panggilan kedua, baru Rubby mendengarnya.
"Ah iya, Khanza."
"Makanannya sudah siap."
Rubby pun beranjak dari sofa lalu menuju dapur, ia duduk di kursi meja makan dan mulai menikmati makanannya.
"Sini, temani saya makan, kamu pasti belum makan 'kan." Entah kenapa Rubby mulai baik pada Khanza padahal ia benci dengan Seno. Apa karena Khanza bukan anak kandung Seno ia jadi bersikap baik padanya?
"Sini cepat! Makanan ini tidak mungkin habis jika dimakan sendiri."
Akhirnya Khanza pun mendudukkan tubunya di kursi, posisi mereka saling berhadapan. Rubby melihat ke arah Khanza, andai gadis itu adalah Jihan, tentu Rubby pasti sangat senang. Makan bersama ditemani istri tercinta, namun itu hanya angan-angan. Jihan sudah tidak lagi peduli dengannya.
"Tuan mau makan sama apa? Biar saya siapkan?" tanya Khanza, tapi Rubby malah bengong, tatapannya ke arah Khanza namun terlihat kosong.
"Tuan."
"Iya, Khanza. Saya hanya ingat pada-," ucapnya terputus, ia tak mungkin mengatakan bahwa rumah tangganya sedang tidak baik apa lagi pada bocah ingusan seperti Khanza. Mana mengerti gadis itu akan masalah rumah tangganya.
"Pada istri, Tuan," tebak Khanza.
Rubby menggeleng, ia tak mungkin mengiyakan walau pada kenyataannya memang benar.
"Sudahlah, kita makan. Mana piringnya?" Rubby tak melihat piring di atas meja.
"Ini, Tuan." Khanza memberikan piringnya yang sudah ada nasi serta lauk pauknya.
"Terimakasih."
Mereka pun makan bersama. Selesai makan, Khanza membereskan piring kotor lalu mencucinya. Selesai itu, Khanza tidak tahu lagi harus berbuat apa, merasa canggung ada Rubby pemilik apartemen. Inginnya Khanza rebahan di kasur, tapi itu tidak mungkin. Jadi yang Khanza lakukan, ia pergi ke balkon menatap bintang yang mulai muncul dipermukaan langit.
Rubby melihat keberadaan Khanza di sana, ia pun menghampirinya.
"Udara di sini tidak baik, masuklah," titah Rubby.
"Udaranya sejuk, Tuan. Di dalam aku kegerahan," kelit Khanza. Padahal itu hanya akal-akalan saja.
"Apa dia terganggu dengan keberadaanku?" batin Rubby. Selang beberapa menit, ponsel Rubby berdering. Ia melihat siapa yang sudah memanggilnya, dan ternyata Wira yang menghubunginya.
"Ya ada apa, Ra?" jawab Rubby pada sambungan itu. Rubby melirik sebentar ke arah Khanza, lalu ia pun pergi ke dalam mengobrol dengan Wira.
"Aku mau ke club, kamu ikut tidak?" ajak Wira.
Merasa bosan, Rubby pun mengiyakan ajakan Wira. Tak lama sambungan pun berakhir, ia pamit terlebih dulu pada Khanza.
"Khanza, saya akan pergi. Kamu baik-baik di sini," pesan Rubby. Dan diangguki oleh Khanza.
Rubby oun keluar dari apartemen, sedangkan Khanza, gadis itu bernapas lega. Ia pun bisa ke kamar dan merebahkan tubuhnya di sana, sudah terbiasa sendirian, Khanza tidak lagi merasa takut.
"Untung dia tidak bermalam di sini," ucap Khanza sambil merebahkan tubuhnya di kasur, rebahan sambil memainkan ponsel miliknya. Ia melihat sosial medianya, dalam medosos miliknya ada postingan seorang model cantik yang tengah naik daun, dan model cantik itu adalah Jihan. Khanza tidak tahu bahwa model itu adalah istri dari Rubby, penasaran dengan postingan yang lain. Khanza menekan propil milik model itu, ia melihat beberapa poto di sana.
Matanya terbelalak ketika melihat poto Rubby di sana. Begitu mesra dengan model itu.
"Apa ini istri Tuan Rubby? Bukankah model ini sedang naik daun? Sekarang saja ada di luar kota." Khanza jadi tahu kenapa Rubby memintanya untuk masak, ternyata pria itu tengah sendirian dan tak ada yang memperhatikannya. Jadi Khanza sedikit kasihan pada pria itu.
Tapi ya sudahlah, itu bukan urusannya. Khanza menyudahi memaikan ponselnya itu, karena ngantuk gadis itu memilih untuk tidur. Khanza mulai pergi ke alam mimpi. Beberapa jam kemudian seseorang masuk ke dalam apartemen, dengan sempoyongan orang itu masuk ke dalam kamar.
Dan, brak. Tubuhnya langsung mendarat di atas kasur.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Arin
hemm Rubby kan orng kaya,knp ngga sruh orng sldkin istrinya...dan nanti sprtny si Rubby ini mbok trs khnza jdi lampiasa'nya dech
2022-05-17
2
Justme
Wahh main brak2 aja
2022-03-11
1
Nila
lanjuut
2022-02-28
1