Sesaat Khanza terdiam. Gadis itu mulai mendapatkan kenyamanan berada dalam pelukan pria beristri itu. Hingga beberapa menit kemudian, ia tersadar. Khanza melepaskan diri dari pelukkan Rubby.
"Maaf, Tuan. Seharusnya kita tidak begini! Kita bukan mukhrim," ucap Khanza sembari mundur beberapa langkah dari hadapan Rubby.
"Kalau begitu, secepatnya saja kita menikah," ujar Rubby. "Saya akan mempersiapkannya semuanya besok!"
Khanza membulatkan matanya, mulutnya menganga. Kenapa secepat ini? Bahkan Khanza tidak tahu siapa yang akan menjadi walinya. Hidup tanpa orang tua kandung membuat hatinya bertanya, siapa dirinya? Berasal dari mana ia? Lalu, di mana keberadaan orang tuanya? Apa Khanza masih punya keluarga?
Rubby kembali mendekat.
"Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu tidak mau menikah denganku?"
Khanza tidak menjawab, karena bukan itu alasanya kenapa ia menjadi terdiam. Tak lama, Khanza mengeluarkan suara.
"Pernikahan ini butuh wali, Tuan. Aku tidak tahu di mana keberadaan orang tuaku," lirih Khanza. Gadis itu mulai menitikkan air matanya, tidak terpikirkan akan menikah secepat ini.
"Lalu, pernikahan ini ditunda, itu maksudmu?" tanya Rubby. "Butuh waktu lama mencari keberadaan orang tuamu. Lagian, mau mulai dari mana kita mencarinya? Tidak ada titik terang!"
Gadis itu terheyak, tubuhnya terasa lemas, Khanza hanya bisa pasrah menerima nasib akan hidupnya. Khanza menghela napas, lalu bergegas pergi meninggalkan Rubby. Tapi ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu, ia menoleh ke arah Rubby.
"Sebaiknya Tuan siap-siap, bukankah Tuan akan pergi ke kantor?"
Setelah mengatakan itu, Khanza memutar handle pintu dan membukanya lalu keluar. Khanza ke dapur, ia akan membuatkan sarapan untuk Rubby. Disaat sedang memasak, Khanza malah melamun, ia mulai memikirkan keberadaan orang tuanya yang kini entah di mana.
Untuk Rubby, pria itu baru saja selesai mandi. Dan langsung memakai baju, kini ia sudah rapi dengan setelan jas yang sangat pas di tubuhnya. Rubby pun keluar dari kamar, ketika sudah sampai di ruang tamu, ia mencium sesuatu. Baunya dari arah dapur, penasaran bau apa itu? Karena ini sangat menyengat di penciumannya. Setibanya di dapur ...
"Ya ampun, Khanza ...," pekik Rubby. "Bau apa ini?"
Khanza yang baru menyadari dengan baunya, langsung mematikan kompor, masakannya sudah gosong. Kenapa juga ia harus melamun seperti ini? Bukankah ia sudah terbiasa hidup tanpa adanya orang tua kandung? Ia sudah terbiasa hidup dengan orang lain.
"Kamu kenapa, Khanza? Tolong! Jangan sepertini. Kamu membuatku khawatir, Khanza! Sudah, tidak usah memasak. Kamu istiraht saja, ya?" Rubby mengacak asal rambut gadis itu.
"Ta-tapi ... Tuan belum sarapan," ucap Khanza.
"Itu gampang, saya bisa sarapan di kantor," jelas Rubby menghilangkan kekhawatiran dalam diri Khanza, pria itu tahu, Khanza tidak mungkin membiarkan Rubby pergi dalam keadaan perut kosong.
"Kamu istirahat saja ya? Saya pergi dulu, sekalian cari informasi keberadaan orang tuamu." Sebelum pergi, Rubby mencium kening Khanza. Sepertinya ada yang kurang jika ia belum menciumnya.
"Selalu menciumku!" gerutu gadis itu.
"Memangnya kenapa? Kamu 'kan calon istriku! Lagian itu masih kurang," ujar Rubby.
Khanza menatap tajam Rubby, pria itu mulai nakal. Belum jadi suami saja ia sudah berani, apa lagi nanti jika sudah menjadi suaminya, pasti Rubby tidak akan melepaskan dirinya.
Membayangkannya saja Khanza sudah bergidik ngeri.
"Kamu kenapa bergidik begitu? Kamu membayangkan sesuatu ya?" tuduh Rubby.
"Membayangkan apa? Sudah sana, nanti keburu siang."
Rubby mendekatkan wajahnya, dan ...
Cup
Bibir Rubby mendarat dengan sempurna di bibir ranum Khanza.
"Kalau sudah begini, saya juga semangat." Rubby pun pergi setelah mencium gadis itu. Bibir Khanza sudah menjadi candu baginya. Dengan wajah berseri-seri Rubby pergi meninggalkan apartemennya.
Sedangkan Khanza, gadis itu menyentuh bibirnya sendiri. Bibirnya, kini tak lagi suci.
***
Di kantor.
Tidak ada Bayu, Rubby sangat sibuk. Ia sampai lupa menyuruh orang untuk mencari keberadaan orang tua Khanza, lagian ... Ia tidak tahu harus mencarinya mulai dari mana, satu-satunya jalan, ia harus menemui Seno. Hanya Seno yang tahu di mana ia menemukan Khanza.
Tapi, apa pria itu akan membantunya? Setidaknya, Rubby sudah menjebloskannya ke dalam penjara, tentu pria itu pasti membencinya. Tapi Seno menyayangi Khanza bukan? Pasti pria itu akan membantunya, pikir Rubby.
Sejenak, ia mengabaikan pekerjaannya. Rubby menghubungi Seno dan menyuruhnya datang ke kantor. Setelah menghubungi Seno, Rubby kembali bekerja sambil menunggu Seno datang. Kalau tidak butuh, Rubby enggan bertemu dengan pengkhianat seperti Seno. Tapi ia tidak boleh egois, gadis yang ia cintai adalah anak angkat dari Seno, ayahnya Khanza.
Bagi Khanza, Seno orang tuanya. Tanpa Seno tentu Khanza tidak mungkin seperti ini, mungkin saja sesuatu hal buruk sudah menimpanya.
Tak lama dari situ, Seno datang dan langsung ke ruangan Rubby. Pernah bekerja di sana, membuat Seno tahu akan keberadaan ruangan Rubby.
Tok, tok, tok.
Pintu diketuk.
"Masuk."
Seno pun masuk, pria itu menunduk malu. Apa lagi, ia tahu bahwa Khanza berada bersama pria itu. Ya, istri Seno sudah menceritakan semuanya. Bahwa Khanza menjadi jaminan agar ia terbebas dari penjara.
Setibanya di hadapan Rubby, Seno langsung menanyakan kabar tentang Khanza. Pria itu rindu akan putrinya.
"Tuan ... Bagaimana keadaan putri saya?"
"Dia baik, sangat baik." Rubby sedikit menyindir, ia tahu akan kelakuan istri Seno pada Khanza, karena Khanza sudah menceritakannya padanya. Dan itu sebabnya Rubby tak mengizinkan istri Seno bertemu dengan Khanza. Takut kalau nanti Khanza dimanfaatkan oleh istri Seno.
"Ada apa, Tuan memanggil saya?" tanya Seno yang masih menunduk.
"Kamu tahu di mana orang tua, Khanza?" tanya Rubby to the point.
"Untuk apa menanyakan orang tua Khanza?" Seno penasaran.
"Saya akan menikahi Khanza, saya butuh wali," jawab Rubby dengan jelas.
Seno membulatkan matanya tak percaya, bukankah Rubby memiliki istri? Lalu, Khanza di madu? Ada rasa tidak suka dengan itu. Tapi ... Ada baiknya Khanza berada bersama Rubby. Pria kaya itu pasti bisa menjaga anak angkatnya.
"Jadi, di mana orang tua Khanza?"
"Sebaiknya, Tuan jangan menemui orang tua Khanza. Itu pun kalau Tuan ingin Khanza selamat," jawab Seno.
"Apa maksudmu, Seno? Jadi kamu tahu keberadaan orang tua Khanza?"
Seno mengangguk, orang tua Khanza sudah memerasnya. Itu mkanya Seno menggelapkan uang perusahaan Rubby, semata-mata ia ingin melindungi putrinya.
"Jawab, Seno! Apa maksudmu!"
"Orang tua Khanza hanya tersisa ibunya, ibunya Khanza seorang germo," celetuk Seno. "Saya minta maaf, Tuan. Soal uang kemarin, saya terpaksa melakukan itu hanya untuk melindungi Khanza."
"Uang itu saya gunakan untuk menutup mulut seseorang," jelas Seno lagi. "Kalau memang Tuan akan menikahi Khanza, saya merestui. Tapi jangan sampai Tuan menyakiti Khanza!"
Jadi istri kedua, tentu bakal ada rintangan bagi Khanza kedepannya. Gadis itu terlalu polos jika di hadapkan dengan Rubby yang sudah beristri. Tapi Rubby sudah memikirkan itu matang-matang.
Tak akan ada yang menyakiti Khanza, termasuk Jihan, istrinya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
icungfrost_
ternyata yang jahat ibu tirinya ya...kirain pak seno juga sama jahat ke khansa
2022-12-17
0
Tobeli Hiatus 💞
gak mungkin bisa adil . pasti ada yg tersakiti wee
2022-06-30
1
Arin
walah...berhrp orng tua khnza itu kaya,ech mlh seorng germo,tpi semoga germo itu bukan mmanya amiin??
2022-05-17
3