"Kamu suka 'kan?" tanya Rubby setelah memakaikan cincin di jari Khanza. "Saya akan pilih ini jika kamu suka," ujarnya lagi.
"Terserah Tuan, aku ngikut saja," jawab Khanza.
"Saya pilih yang ini," kata Rubby pada pelayan toko. Pelayan toko itu langsung membungkus cincin tersebut. Dan Rubby pun langsung keluar bersama Khanza setelah membayar cincinnya.
"Kamu mau kemana lagi, Khanza?" tanya Rubby, siapa tahu Khanza ingin pergi jalan-jalan di mal dulu sebelum pulang.
"Maksud, Tuan?" Khanza tidak mengerti akan pertanyaan Rubby.
"Tidak ingin jalan-jalan dulu di sini? Mumpung saya ada waktu."
"Tidak, Tuan. Sebaiknya kita pulang saja." Khanza hanya tidak ingin bertemu dengan orang yang mungkin ia kenal, ada rasa ketakutan sendiri bagi Khanza keluar rumah bersama pria beristri.
Takut jadi gunjingan orang yang sudah jelas itu pasti, gadis itu juga harus menjaga nama baik keluarga orang tuanya, begitu pun juga keluarga Rubby. Rubby orang penting tentu banyak orang yang mengenali dirinya.
Tanpa di duga, Rubby meraih tangan Khanza dan menggenggamnya. Khanza melirik ke arah tangannya yang sedang di genggam oleh Rubby. Seketika tersemat sebuah senyuman yang terukir di bibir gadis kecil itu ketika melihat tangannya. Dan Rubby pun tahu akan hal itu.
Ah ... Rubby semakin tidak sabar menunggu hari esok tiba. Ia gemas melihat rona merah di pipi Khanza. Sepertinya Khanza mulai merasakan sesuatu, tapi gadis itu masih malu-malu. Khanza yang belum pernah pacaran apa lagi jatuh cinta, gadis itu hanya merasa jantungnya selalu di buat dag, dig, dug tak menentu oleh Rubby.
Tangan itu masih belum terlepas, hingga mereka sampai di mobil baru Rubby melepaskannya. Mereka langsung masuk ke dalam mobil dan Rubby pun langsung melajukan mobilnya.
Dalam perjalanan, Khanza menginginkan sesuatu. Ia rindu dengan jajanan waktu sekolah, menu favoritnya adalah bakso. Khanza meminta Rubby untuk menghentikan mobilnya, awalnya Rubby tidak mau. Apa lagi setelah ia tahu tempat tujuan Khanza.
"Ayo turun ...," ajak Khanza.
Rubby menolak ajakan gadis itu dengan menggelengkan kepalanya. Khanza mengerucutkan bibirnya, ia merajuk karena Rubby tidak mau menemaninya makan bakso. Rubby mencari cara agar Khanza tidak merajuk lagi, namun usahanya gagal. Khanza tak bergeming sedikit pun.
"Ayolah, Khanza ... Jangan seperti ini, kamu mau meracuniku makan di tempat itu?"
Khanza langsung mendelikkan matanya, pria itu terlalu lebay. Siapa yang mau meracuninya? Kurang kerjaan, rutuk Khanza dalam hati. Ia saja masih hidup makan bakso itu tiap hari.
"Tuan belum mencobanya saja, makanan di sana enak," jelas Khanza.
Tidak mau gadisnya cemberut, akhirnya Rubby pun turun dari mobil, menuruti keinginannya. Gini ya punya pasangan yang umurnya terpaut begitu jauh, harus banyak mengalah. Pikir Rubby.
Kalau bukan karena cinta mana mau dia diajak ke tempat beginian. Khanza kembali tersenyum, ia berjalan seperti anak kecil menuju kios bakso itu.
"Mang Ujang ..." Khanza datang menyapa mang Ujang dengan sebuah snyuman.
"Neng Khanza ... Neng apa kabar?" tanya mang Ujang.
"Kabar aku baik, Mang. Pesan dua mangkok ya? Dicampur saja," kata Khanza.
Sedangkan Rubby, pria itu masih berdiri mematung. Ia mengitari penjuru ruangan itu, ia enggan untuk mendudukkan tubuhnya di sana. Namun, dengan cepat Khanza menarik tangan Rubby supaya pria itu duduk.
Tak lama, mang Ujang datang sambil membawa pesanan Khanza.
"Mang, es tehnya dua ya?" Mang Ujang pun mengangguk, mang Ujang merlirik ke arah Rubby sebentar, lalu pergi membuatkan es teh pesanan Khanza.
Khanza langsung mencicipi bakso tersebut, Rubby hanya melihatnya tanpa ikut mencicipinya. Mang Ujang datang kembali.
"Silahkan, Neng," ujar mang Ujang. "Neng, itu Omnya kenapa ga ikut makan?"
Rubby langsung berubah, wajahnya terlihat masam. Masih muda begini dibilang om-om. Rubby merutuk.
Khanza tertawa ketika mang Ujang bilang kalau Rubby omnya. Melihat wajah masam Rubby, mang Ujang langsung melipir pergi.
"Tuh ... Yang lain juga menganggap Tuan, Om. Berhentilah memasang wajah masam itu, gak enak dipandangnya. Ingat umur," cibir Khanza.
Bukannya berhenti masam, Rubby malah tambah kesal dengan ucapan Khanza.
"Jelek," cetus Khanza. "Aaa ..." Khanza mencoba menyuapi Rubby bakso. Pria itu melihat ke arah sendok yang sodorkan oleh Khanza.
"Ini enak, ayo coba!" Khanza mendaratkan sendok itu ke dalam mulut Rubby, tentu pria itu tak menyia-nyiakannya. "Enak 'kan?"
Rubby mengangguk pelan.
"Ini menu favoritku waktu sekolah," jelas Khanza.
"Apa kamu menikmati masa remajamu?" tanya Rubby.
"Tentu, bukannya sekarang aku juga masih remaja? Tapi, masa remajaku habis sampai hari ini," celetuk Khanza.
Rubby menyatukan kedua alisnya, mencerna ucapan Khanza.
"Sudah jangan bingung seperti itu." Khanza tidak mau membahasnya lagi, ia harus merelakan masa remajanya hilang. Namun, gadis itu tak menyesal, melihat ayahnya bebas Khanza bahagia.
Dengan lahap, Khanza memakan makanannya. Begitu juga dengan Rubby, ia makan sendiri. Tak lama, mereka pun selesai menyantap bakso itu. Dan sekarang tinggal pulang.
***
Sampai apartemen, Rubby langsung menyimpan baju keramat yang ia beli tadi. Takut Khanza mengetahuinya. Pria itu mengendap-ngendap menuju lemari yang kini sudah diisi baju Khanza.
"Cari apa?" tanya Khanza tiba-tiba.
Rubby yang terkejut akan hal itu malah menjatuhkan baju keramat berwarna merah. Melihat benda yang jatuh dari lemarinya, Khanza pun langsung menghampirinya dan memungut baju itu.
Baju ia layangkan ke udara, matanya langsung menajam ke arah Rubby. Sedang Rubby menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari nyengir bak kuda.
Pria itu benar-benar merencanakan malam pertamanya. Khanza bergidik ngeri, ia langsung saja melempar baju itu ke dalam lemarinya secara asal.
Bug
pintu lemari itu ditutup dengan kasar. Rubby memejamkan kedua matanya sejenak, dan langsung mengusap dada. Bagaimana kalau malam pertamanya tak sesuai ekspektasi? Rubby langsung lunglai seperti kekurangan cairan.
Khanza pergi meninggalkan Rubby, pergi bukan karena marah. Ia akan menyiapkan makan malam untuk mereka.
***
Di dapur, Khanza sudah sibuk dengan penggorengannya. Keringat yang mulai bermunculan di area wajahnya sudah nampak terlihat. Rubby datang tiba-tiba, membawa selembar tisu dan langsung mengelap keringat di kening Khanza.
Sejenak, Khanza menghentikan aktivitasnya. Ia melihat ke arah Rubby, melihat wajah itu dengan intens. Pria berumur itu masih mempesona di mata kaum hawa.
Pandangan mereka pun bertemu, sejenak mereka terdiam dengan tatapan saling mengunci. Lama semakin lama, Rubby memajukan wajahnya. Ia meraih bibir ranum Khanza, kali ini Khanza mulai bisa mengimbangi dan membalasnya.
Menyesap bibir itu dalam-dalam, sampai hasrat Rubby mulai membuncah. Tangan Rubby tidak tinggal diam, ia meraih pinggang gadis itu. Mengeratkan tubuh Khanza dengan tubuhnya, hingga Khanza merasakan sesuatu yang menegang di bawah sana.
Rubby melepaskan tangannya dari pinggang Khanza. Tangan itu nakal kembali. Kali ini, Rubby mulai meraba ke bagian atas, membuka kancing baju milik Khanza, Dan ...
Tok, tok, tok
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Enung Samsiah
tok tok tok,,, untung ada yg dtng,,, tahan napa sih sampi kan besok bkl saha saha sah,,, saksi sah????
2023-09-09
0
Layung Fatiha
lnjt
2022-04-24
0
Sinyo
sebenarnya sih kasian jga si jihan..klo pun jihan salah setidak nya cerai kn dulu gtu biar gak sakit di selingkuhin..juhan kn jga erhak bahagia rubby
2022-04-08
1