Rubby pun terdiam sejenak.
"Lalu, apa dia bosan hidup sampai dia harus menabrakkan dirinya? Saya rasa gadis itu mungkin sedikit gila karena ayahnya masuk bui." Rubby nampak geram bila mendengar nama Seno.
Pria bau tanah itu masih bisa menggelapkan uangnya, apa gaji yang diterima Seno masih kurang sampai ia harus bebuat seperti itu?
Dan Rubby tidak menyaring kata-katanya pada anak pak Seno tersebut. Bagi Rubby, siapa yang berhubungan dengan Seno adalah musuhnya.
"Tapi saya merasa kasihan, Tuan. Gadis itu hampir menangis tadi."
"Lah ... Paling juga air mata buaya, seperti orang tuanya pandai mengelabui orang," jelas Rubby yang masih emosi.
Dan mobil pun terus melaju, tak terasa mereka sudah sampai di resto. Di mana mereka akan bertemu dengan kliennya.
Di sana sudah ada Wira. Klien penting yang di bilang Bayu.
Bayu dan Rubby segera menghampiri. Rubby sepertinya kenal dengan kliennya, pria itu mencoba mengingat-ingat wajah kliennya yang ia rasa tidak asing. Begitu pun dengan Wira, pria itu sama sedang berpikir, lalu kemudian.
"Rubby."
"Wira."
Ucap mereka bersamaan, setelah itu mereka langsung menghamburkan tubuh mereka masing-masing. Dan ternyata, Rubby dan Wira adalah teman sewaktu sekolah.
Bukannya membicarakan masalah bisnis, mereka malah asyik bernostalgia.
"Apa kamu sudah menikah?" tanya Rubby pada Wira.
"Ya, aku sudah menikah dua tahun yang lalu. Bahkan aku sudah mempunyai anak. Kembar malah." Wira terkekeh sendiri. Batapa perkasanya dia jika teringat ke arah situ.
"Lalu, bagaimana denganmu? Aku rasa tidak mungkin kalau kamu masih single." ujar Bayu.
"Aku juga sudah menikah, namun belum dikaruniai anak," lirih Rubby. Sudah lima tahun ia menikah namun tak kunjung memiliki keturunan. Bukan mandul, hanya sang istri terus menjaga dirinya agar tidak hamil dulu. Bahkan Rubby sudah memeriksakan diri, ia pria normal.
"Sabar, mungkin belum waktunya."
Rubby pun terseyum miris, rumah tangganya kenapa jadi kacau begini?
Tak ingin membahas masalah keluarga dan itu hanya akan menyakitkan bagi Rubby. Rubby pun mengganti topik, ia membahas masalah pekerjaan dengan Wira.
Wira pengusaha yang cukup sukses, tak hanya itu, Wira sedikit play boy. Namun hanya mencari kesenangan ketika sedang penat dalam pekerjaan.
"Apa kamu masih setia seperti dulu?" tanya Wira, karena setahu Wira, Rubby tidak begitu dekat dengan banyak perempuan.
"Apa yang manjadi istrimu sekarang, Jihan?" tebak Wira.
Dan Rubby pun mengangguk.
"Apa ada masalah dengan kesetian?"
Wira pun terbahak. "Tidak! Tidak ada yang salah dengan itu. Aku kira kamu mau mencoba gadis lain, mungkin!"
Seperti mendapat tantangan, Rubby jadi penasaran dan ingin mencobanya, apa karena ini sikap Jihan yang menjadi Rubby kepikiran akan omongan Wira.
Sedangkan Bayu, ia hanya menjadi pendengar setia. Tak berani ikut campur jika bukan masalah pekrjaan. Rubby melirik ke arah Bayu sekilas. Namun, sekretarisnya itu terlihat cuek.
Setelah dirasa cukup demgan pertemuannya. Rubby pun pamit undur diri.
"Nanti kita nongkrong bareng," kata Wira, dan Rubby pun mengangguk. "Kita cari hiburan," bisik Wira. Pria yang sedang puasa itu mencari hiburan tersendiri, apa lagi istrinya yang baru melahirkan. Ia tidak bisa meminta jatahnya pada sang istri, dan Wira mulai bandel.
Wira benar-benar konyol, membuat Rubby menjadi semakin frustrasi. Ia tak mendapat belain dari Jihan, hingga ia menerima ajakan Wira namun tidak sekarang.
Sekarang ia memilih untuk pulang, mungkin saja Jihan sudah pulang. Karena Jihan berangkat sangat pagi, dan itu membuat Rubby semakin yakin kalau istrinya pasti sudah ada di rumah.
Hari pun mulai sore, dan memang sudah waktunya para karyawan pulang. Bayu minta pulang lebih dulu, ia izin akan menemui kekasihnya. Bahwa Bayu sebentar lagi akan menikah. Dan Rubby pun mengijinkannya.
***
"Jihan ... Apa kamu sudah pulang?" teriak Rubby di dalam rumahnya.
Tidak ada yang menjawab. "Apa dia belum pulang? Keterlaluan sekali kalau dia belum pulang!" Rubby menjadi geram.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sudah malam begini Jihan masih belum pulang, Rubby yang menunggu sudah terlihat mengantuk. Akhirnya, ia pun tertidur dengan sendirinya. Rubby sampai ketiduran di sofa, karena ia begitu mengkhawatirkan istrinya. Tak biasanya Jihan pulang lewat dari jam delapan malam.
Rubby tidur, sedangkan istrinya. Wanita itu tengah terbahak mendengarkan cerita managernya yang sedang menceritakan masa lalu mudanya. Sampai Jihan lupa waktu. Setelah itu, ia tersadar bahwa ia sudah lewat di mana ia terbiasa pulang. Pemotretan selesai jam lima sore tadi, namun managernya mengajaknya pergi, katanya cuma sebentar. Lama kelamaan Jihan asik sendiri.
"Tuan Zifan, saya harus pulang sekarang," pinta Jihan.
"Ngapain buru-buru pulang? Baru juga jam setengah sepuluh. Kaya bayi aja tidur sore-sore," cibir Zifan. "Lihat, Noni yang umurnya di bawahmu masih ada di sini, masa kalah sama anak ingusan."
Merasa diledek, Jihan pun mengurungkan niatnya. "Ah paling Mas Rubby juga sudah tidur," batin Jihan. "Gak apa-apa deh pulang telat, gak tiap hari ini." Jihan mencoba menenangkan hatinya sendiri. Padahal hatinya di landa gelisah.
"Ayo minum lagi, kita rayakan kesuksesanmu." Zifan mengangkat gelas mengajak Jihan bersulam.
***
Rubby merasakan gigitan nyamuk, ia pun terjaga. "Ya ampun aku ketiduran." Rubby melirik jam yang menempel di dinding
Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. "Kemana kamu, Jihan?" Rubby sudah mencoba menghubungi Jihan, namun nomornya tidak aktif.
Ketika Rubby akan beranjak dari sofa, ia mendengar suara deruman mobil di depan rumahnya. Rubby pun melihat dari jendela. "Siapa yang sudah mengantar Jihan?" Rubby duduk kembali di sofa, ia menunggu istrinya masuk.
Klek
Pintu terbuka dari luar, Jihan awalnya biasa saja. Namun beberapa detik kemudian, wanita itu mematung di dekat pintu, ia melihat sang suami sudah bersedekap tangan di dada.
"Dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Siapa yang mengantarmu?" Rentetan pertanyaan dari Rubby tak di jawab oleh Jihan. Jihan tahu suaminya pasti sedang marah padanya.
"Kenapa diam! Siapa yang mengantarmu?"
"Ha-hanya te-teman, Mas," jawab Jihan dengan terbata.
"Kenapa tidak menghubungiku kalau mau pulang telat! Gak biasanya kamu begini!"
Tidak ingin suaminya marah-marah, Jihan langsung mendekatinya. Ia langsung mendudukkan tubuhnya di pangkuan Rubby.
"Jangan marah-marah, Mas ... Maafkan aku," sesal Jihan. Wanita itu mendaratkan bibirnya si pipi suaminya, ia mencoba menenangkan suaminya dengan cara seperti itu. Karena Rubby akan langsung takluk jika Jihan sudah mulai merayunya, apa lagi Jihan tahu kalau suaminya menginginkannya. Karena ia sempat menolaknya beberapa kali, dan kali ini ia akan menggunakan jurusnya agar suaminya itu tak marah lagi padanya. Baru mencium bibirnya, Rubby sudah terbuai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
sherly
ya ampun si Wira sableng sialan bener jd laki
2024-03-08
0
@InunAnwar
oke juga... tanpa basa basi😁
2022-11-17
0
Endang Priya
ternyara wira nakal juga ya.
2022-07-02
0